The Extraordinary
Dunia modeling semakin diramaikan oleh model yang jauh dari definisi cantik secara umum.
Beberapa tahun lalu, dunia modeling memang sempat dipenuhi oleh instafamous model yang juga anak selebritas. Kekuatan mereka yang mampu mempengaruhi jutaan pengikut di media sosial terbukti menjadi daya tarik tersendiri. Tak heran jika berbagai brand memperebutkan mereka untuk dijadikan brand ambassador. Namun layaknya tren mode yang cepat berganti, dunia permodelan
pun demikian. Berbeda lagi dengan era para supermodel pada zaman Cindy Crawford dan Janice Dickinson. Jika model pada zaman itu memiliki karakteristik yang mirip dengan satu sama lain, kini ada lebih banyak karakteristik yang bisa ditemukan. Mulai dari yang memiliki paras unik hingga transgender sekalipun. Sebut saja Adwoa Aboah. Meskipun kecantikannya berbeda dari supermodel tahun 1990-an, wanita kelahiran Amerika Serikat ini sukses dipercaya oleh berbagai rumah mode untuk berjalan di panggung peragaan busana mereka. Mulai dari Fendi, Dior, Burberry, hingga Chanel. Model baru dengan wajah unik lainnya adalah Jazzelle Zanaughtti. Meskipun belum seterkenal Adwoa, keunikannya membawa perempuan yang masih berusia 21 tahun tersebut untuk membintangi kampanye iklan Nike, Opening Ceremony, dan Nars. Ia pun telah berjalan untuk Fenty x Puma, Ashish, dan Ashley Williams. Seorang transgender, Dara Allen, juga sukses mencuri perhatian sejak membintangi kampanye iklan Marc Jacobs Beauty musim ini. Jika dulu hanya Andreja Pejic yang menjadi model transgender satu-satunya, kini semakin banyak model transgender lain bermunculan dan sukses membuktikan bahwa mereka tak kalah stunning. Contoh lainnya adalah Teddy Quinlivan yang ‘ditemukan’ oleh Direktur Kreatif Louis Vuitton, Nicholas Ghesquière. Hingga saat ini, ia telah berjalan di sejumlah panggung runway rumah mode ternama, termasuk Coach, Louis Vuitton, Miu Miu, Versace, Max Mara, dan Gucci. Meski masih belum disadari oleh khalayak luas, kehadiran para model dengan keistimewaan ini menjadi bukti bahwa dunia modeling sudah lebih terbuka bagi siapa saja, selama mereka memiliki the “it” factor.