MATAHARI DARI DILI
Sepak terjang Vivick Tjangkung dalam memberantas penyalahgunaan dan peredaran narkoba.
Selama 27 tahun berkecimpung di kepolisian, Vivick Tjangkung, 47, masih terus berusaha keras memberantas penyalahgunaan Narkoba di lingkungan sekitar kita. OLEH RENGGANIS PARAHITA
Sosoknya yang tegas, disiplin, dan straight to the point, seolah menyiratkan kepribadian yang kaku dan keras hati. Namun di luar dugaan, persona tangguh asal Timor Timur yang dikenal dengan kerja kerasnya memberangus narkotika dan obatobatan terlarang ini sangat humble, luwes, ceria, dan feminin. Anak keenam dari tujuh bersaudara yang memulai pendidikan di Bintara Polri pada tahun 1990 dan kini menjabat sebagai Kasat Narkoba Jakarta Selatan ini pun punya segudang cerita menarik untuk ditelisik.
Born Artsy
Tanpa banyak diketahui, darah seni mengalir deras dalam dirinya. Sejak remaja, perempuan yang sempat punya cita-cita menjadi sekretaris ini sudah lihai menari, menyanyi, bermain alat musik, hingga berlenggak-lenggok di atas runway. Beberapa lomba fashion show tingkat daerah berhasil diikuti sekaligus dimenangkannya. Tak berbeda dengan kompetisi tarik suara dan tari yang juga selalu diakhiri dengan membawa pulang piala. Pengalaman dan potensi inilah yang kemudian menjadikan Vivick Tjangkung tumbuh sebagai pribadi yang percaya diri dan pantang menyerah dalam menggapai mimpi.
And the Journey Begin
Selepas SMA, ia bermimpi untuk bisa melanjutkan pendidikan di Jawa seperti tiga orang kakaknya yang telah terlebih dahulu menuntut ilmu di Surabaya. Namun karena sang ayah terlanjur melihat darah seni yang begitu kental dalam dirinya, maka diputuskan bahwa ia lebih baik kuliah di Dili saja. Mengetahui hal tersebut, ambisi Vivick Tjangkung kian tak terbendung. Entah bagaimana caranya ia harus bisa bersekolah di Jawa. Sejak itu, pencarian informasi mengenai sekolah gratis mulai dilakukan hingga dapatlah info mengenai sekolah kesehatan di Denpasar dan sekolah polisi di Jakarta. So she broke the wall! Memilih untuk menjadi polisi demi bisa sekolah di Jawa adalah yang ia lakukan untuk merealisasikan mimpinya. Dari 15 orang perempuan yang mendaftar, hanya dirinyalah yang terpilih dari Dili. Meski begitu, sang ayah tetap menentang dengan kekhawatiran bahwa bakat seni anaknya tak akan mungkin bisa sebanding dengan cara kerja polisi yang didominasi lelaki dan wajib punya fisik kuat dan stamina prima. Apa bisa? Apa mungkin?
When in the Corps
Selama jadi bagian dari kepolisian, ternyata Vivick Tjangkung
menikmati semua proses yang harus dilewati. Mulai dari masa-masa pendidikan hingga pengangkatannya sebagai sekretaris di salah satu bidang. Di sini, satu citacitanya pun tercapai. Ia mulai diwajibkan untuk memerhatikan penampilan dengan diharuskan mendandani diri dengan tampilan yang pantas dan berpakaian menarik. Untungnya, sense of fashion yang dimiliki terbilang bagus dan ia mengerti betul cara berdandan karena sebelumnya, ia sudah mencintai dunia mode dan kecantikan. That’s why ia kerap terlihat menonjol dibandingkan yang lain. “Dulu saya sempat dikira melakukan pekerjaan-pekerjaan yang melenceng karena pakaian dan aksesori saya selalu terlihat bagus. Saya disangka membeli semuanya dengan harga mahal. Padahal jujur saja, semua saya dapatkan di pasar Bendungan Hilir. Saya orang yang sangat irit. Semua pengeluaran dan pemasukan saya hitung benar-benar sampai khusus saya buatkan pembukuan agar segalanya bisa terpenuhi. Untuk membeli baju, buku, membayar transportasi, makan, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, sebisa mungkin saya selalu cari alternatif barang termurah namun tetap fungsional dan enak dipandang,” ujarnya. Sejak itu, kariernya di kepolisian semakin baik dan gemilang. Semua tugas dan kewajiban bisa ditanganinya hingga sempat dapat kepercayaan menjadi Komandan Peleton sebelum sampai pada jabatannya yang sekarang.
The Ups and Downs
Hidup sendiri di kota besar dengan pekerjaan yang tidak mudah dan penghasilan yang bisa dibilang pas-pasan, membuatnya merasa harus memaksimalkan semua potensi yang dipunya. Untuk menambah pemasukan, tanpa ragu ia ikuti audisi tarik suara yang diselenggarakan oleh TVRI pada masa itu. Setelah diterima, ia pun mendapat pekerjaan menyanyi dan dikontrak untuk menyanyikan lagu-lagu pop selama beberapa waktu. Tak hanya itu, berbagai lomba baca puisi, peragaan busana, dan menyanyi juga masih dilakukan jika hadiahnya berupa uang. Untungnya ia selalu berhasil memenangkannya. Hingga satu hari datang telegram dari sang ayah yang memintanya untuk melanjutkan kuliah, maka ia pun memutuskan untuk mengambil jurusan komunikasi di Universitas Moestopo dan diselesaikannya dengan penghasilan sendiri. Kondisi itulah yang menjadikannya sangat taat pada perhitungan finansial. Work hard, spend wiser. Kini, dengan jabatan terakhirnya sebagai Kasat Narkoba Jakarta Selatan, perempuan kelahiran 15 Maret 1971 ini pun masih bersemangat mengambil gelar Doktoral di Universtas Sahid setelah sukses merampungkan Magisternya di Universitas Mercu Buana. Semua tidak ia lakukan demi pencapaian ego belaka, melainkan untuk pembuktian pada sang ayah bahwa ia bisa berhasil menjalani pilihannya.
Because God Says So
Terlahir dalam lingkungan keluarga Katolik yang sangat taat membuat Vivick Tjangkung memercayakan segala sesuatunya pada kuasa Tuhan. “Saya bisa jadi seperti sekarang karena tiga faktor utama, yaitu
berkat uluran tangan Tuhan, doa orangtua, dan usaha ‘lurus’ yang saya lakukan. Banyak hal yang pada awalnya bahkan tak terbesit dalam angan namun malah akhirnya bisa terlaksana. Jika Tuhan menginginkannya, kenapa tidak? Semua tentu bisa terjadi. Mungkin karena keyakinan itu, saya tak pernah merasa takut untuk bermimpi dan mengejar cita-cita karena saya yakin Tuhan pasti dengar. Dalam hal apa pun dan dalam melakukan apa pun, doa adalah hal paling utama yang selalu saya lakukan karena itu adalah juga salah satu nilai yang selalu keluarga saya tanamkan.”
In The Name of Our Country
Sebagai salah satu abdi negara, tugas yang diemban tentu tidak mudah. Terlebih dalam hal pemberantasan penyalahgunaan narkoba. Untuk hal ini, salah satu terobosan yang ia canangkan adalah aplikasi Qlue yang bisa dengan mudah diunduh melalui Google Play Store atau Apple App Store. Pada aplikasi ini, masyarakat umum diharapkan bisa melapor tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan peredaran narkoba di lingkungan sekitarnya, mulai dari orangorang yang tampak mencurigakan, tempat pererdaran, atau apa pun yang berhubungan dengan drugs dealing
& drugs using. Tak perlu khawatir karena kerahasiaan pelapor SANGAT terjaga dan semua yang memberi informasi TIDAK akan terjerat dalam urusan hukum. Masyarakat adalah klien yang bisa dipercaya untuk membantu polisi dalam menuntaskan masalah ini. “Tantangannya adalah masyarakat masih takut untuk memberi laporan. Jadi, aplikasi Qlue sendiri sampai sekarang masih belum digunakan secara optimal. Padahal itu adalah cara termudah untuk membantu kami mengetahui titik-titik yang kasat mata. Kami pun sudah melakukan banyak usaha dari mulai membuat baliho, memasang billboard, menggandeng artis ibu kota khususnya yang berdomisili di Jakarta Selatan, menjalin kerjasama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI), bermitra dengan instansi pendidikan dan pemerintahan, serta beberapa panti rehabilitasi untuk semakin menyadarkan bahwa penumpasan bandar narkoba tidak akan ada artinya jika mental dan psikologi masyarakat tidak turut dididik untuk menjauhi obat-obatan tersebut,” jelas Vivick. Oleh karenanya, seluruh pusat rehabilitasi diharapkan mampu melakukan penekanan terhadap pembenahan mental para pasien agar tidak kembali terjerumus pada penggunaan narkoba dan zat-zat adiktif lainnya untuk masa depan bangsa yang lebih baik.
The Drugs
Di Indonesia sendiri, tiga jenis narkoba yang masih paling banyak beredar adalah sabu-sabu, ganja, dan tembakau gorila. Namun kini, yang paling diincar dalam target operasi adalah tembakau gorila sebab memiliki bentuk dan cara pemakaian yang mirip seperti ganja, harga murah, namun punya efek yang sama dengan narkotika kelas satu dengan harga yang cukup tinggi. Peredaran ini cukup masif di kalangan masyarakat. Oleh sebab itu, diminta pada semua kalangan untuk semakin meningkatkan kewaspadaan dan mau peduli untuk melaporkan segala tindak mencurigakan lewat aplikasi Qlue yang dibuat semudah mungkin untuk digunakan. Dengan berpartisipasi, kita tentu melakukan dua kebaikan sekaligus, yaitu menyelamatkan anak bangsa dan menyukseskan kerja keras Vivick Tjangkung yang layak dijuluki Kartini masa kini ini.