HIM, THE MILLENIAL
Lelaki masa kini punya ciri-ciri tertentu yang tak sama dengan generasi terdahulu. Berikut adalah beberapa poin penting tentang ‘who are they in the age of millennial?’ yang perlu perempuan tahu. OLEH RENGGANIS PARAHITA
Ciri-ciri lelaki milenial yang patut Anda ketahui.
The Daring Buddies
Ketika era tradisional selalu mengajarkan mereka untuk ‘don’t feel’, era modern justru menyarankan untuk ‘dare to feel’. Pernyataan ini ditulis oleh Jules Schroeder dari Forbes online demi menggambarkan perbedaan yang signifikan antara kaum Adam masa lampau dengan masa sekarang.
Mereka sangat disarankan untuk tidak takut merasakan kesedihan dan kesakitan karena hal tersebut justru dianggap sebagai cara paling benar untuk mengenali diri sendiri. Di sini, yang disasar adalah self awareness. Dengan begitu, mereka diharapkan jadi lebih paham bagaimana cara menghadapi masalah pribadi dengan tidak lari dari konflik melainkan berusaha mencari jalan keluar sendiri. Ini yang kemudian menjadikan mereka terbiasa menunjukkan kelemahannya.
The Sensitive Ones
Dengan adanya fakta di atas, maka lelaki milenial kini tak khawatir untuk membagi emosinya di media sosial. Marah, kecewa, senang, hingga keterharubiruan adalah
hal lumrah yang tampak layak diketahui orang lain. Inilah implikasi ‘dare to feel’ dari nilai hidup baru yang mereka miliki tadi. Lelaki tampak jadi lebih mudah menangis, bersedih, hingga tersinggung dan murka karena secara tidak disadari, sesungguhnya tekanan yang datang dari medsos jauh lebih besar. Dengan begitu, tantangan mereka sebenarnya jadi jauh lebih berat ketimbang tetap mempertahankan prinsip ‘don’t feel’.
The Insecure Dudes
Karena era ini adalah era digital di mana arus informasi tak ada batasnya, maka para lelaki di generasi ini pun jadi lebih punya masalah terhadap ‘keamanan’. Mulai dari urusan hubungan asmara hingga pekerjaan. Semua bak lebih sulit untuk dijalani. Kepercayaan jadi lebih susah dimiliki dan ketakutan kian besar meski pada kenyataannya hal tersebut belum tentu sesuai dengan apa yang dipikirkan. Media sosial membangkitkan kecemasan dan tak jarang menyulut emosi yang seringkali tak perlu. Ada pun sekumpulan berita internet yang sulit dikonfirmasi kebenarannya. Lelaki milenial sedang ‘berperang’ dengan situasi tersebut. Situasi benar-salah dan situasi penting-tak penting yang susah sibedakan.
The Easy Peasy
Karena keseharian mereka terhitung ‘berat’ berdasarkan hal-hal di atas, maka when it comes to relationship, mereka lebih ingin memiliki hubungan yang minim drama. Tak jarang lelaki milenial tak bertahan lama dengan relasi yang menurut mereka sulit. Lelaki era ini akan menganggap bahwa melakukan usaha maksimal terhadap satu perempuan adalah sebuah aksi buangbuang waktu dan kurang esensial. Mereka lebih teridentifikasi sebagai ‘penjelajah cinta’ daripada ‘pejuang rasa’. Hal ini mulai jelas sejak aplikasi online dating telah ada dalam genggaman. Lebih baik menemukan ragam perempuan dengan macam-macam kepribadian namun ‘klik’ pada akhirnya, daripada mengejar seorang saja namun kemudian gagal. That’s why ‘kesetiaan’ juga jadi sulit diukur. Karena saat hubungan berakhir, mereka akan dengan mudah menjadikan aplikasi sebagai moda pelarian hati.
The Most Creative
Dari generasigenerasi terdahulu, pria generasi ini terhitung paling kreatif dan keras bekerja. Mengapa? Karena self awareness tadi mengajarkan bahwa masa depan ada di tangan mereka. Semua mimpi bisa jadi nyata dan panggung eksistensi terbuka lebar di dunia maya. Semakin kreatif dan semakin mereka bisa mengeksplorasi kemampuan diri, maka akan semakin mudah kesuksesan dititi. Oleh sebab itu, lelaki milenial selalu butuh dukungan, dorongan, dan kepercayaan orangorang terdekatnya untuk membuatnya berhasil. Nilai plus nya, mereka sangat mudah termotivasi dan amat bersemangat mencari jati diri.
Beda dari generasi terdahulu tentu ada pada jalan karier yang dipilih. Lelaki milenial lebih banyak berkaraya pada bidang bisnis, seni, dan industri kreatif dibandingkan dalam ruang korporat.
The Authentics
Beberapa waktu lalu kita sempat menyebutnya hipster. Namun belakangan, ternyata hal itu ada hubungannya dengan otentisitas diri. Kaum Adam di era milenial sangat anti dalam meniru gaya orang lain. Sebisa mungkin, mereka harus punya gaya sendiri Semakin unik dan semakin lain dari yang lain, semakin berhasil mereka mengaplikasikan itu. Mereka tidak takut untuk menjadi dirinya sendiri dengan meninggalkan azas pura-pura (fake) dan ketidaknyamanan.
The ‘Less Manly-man’
Kini, lelaki lebih sering terlihat mengerjakan pekerjaan rumah, mengurus anak, dan membantu istri dalam banyak hal. Padahal, dulu hal ini sangat tidak disarankan karena tampak tak ‘macho’ dan dapat menurunkan derajat maskulinitas mereka. Namun, dikarenakan zaman berubah, mindset tak lagi serupa dan kebutuhan serta tekanan hidup juga berbeda, maka relasi lelaki dan perempuan di era milenial disarankan seimbang. Meski terlihat kurang maskulin, namun lelaki yang menempatkan dirinya sepadan dengan perempuan dalam urusan karier dan rumah tangga kini lebih diapresiasi. Kepahaman antar-gender pun jadi lebih mudah terealisasi.
The Healthy Bunnies
Karena isu kesehatan makin naik daun, era milenial jadi salah satu era dengan masyarakat paling sadar akan kesehatan sepanjang masa. Lelaki di generasi ini sangat gemar berolahraga dan mengonsumsi makanan dan minuman sehat. Lelaki peminum jus buah dan sayur pun kini semakin sering terlihat. Artinya, masalah kesehatan dan gaya hidup kian jadi perhatian. Tak jarang kebiasaan berolahraga dan mengasup healthy foods malah memberi keuntungan lain yaitu tubuh yang tampak fit dan sempurna. So, semakin fit, semakin bagus untuk diunggah di media sosial. Such a mutualism things to praise.