GOOD MEN IN TOWN
Intip 10 profil para lelaki inspiratif pilihan her world tahun ini. Mereka punya peran dan suara penting dalam menciptakan kehidupan serta lingkungan yang lebih baik.
Sepuluh profil lelaki paling inspiratif tahun 2018 pilihan Herworld.
Surya Sahetapy, 24, Aktivis Tuli Sebagai aktivis yang sering studi banding ke luar negeri, apa yang Anda temukan berbeda?
“Di Indonesia, fasilitas yang diberikan untuk para penyandang disabilitas masih sangat kurang. Sesederhana menyediakan teks atau bahasa isyarat di televisi khusus orang-orang tuli pun belum ada. Padahal itu akan sangat membantu kami untuk berkembang. Jauh sekali tertinggal dari Amerika dan Eropa yang sangat peduli akan hal tersebut.”
Tuna Rungu dan Tuli. Apa bedanya?
“Kini kata tuna rungu tak lagi digunakan karena itu adalah sebutan medis dan sifatnya lebih menjurus pada kekurangan. Berbeda dengan tuli yang lebih menjelaskan satu kondisi. Meski banyak orang bilang kata ‘tuli’ terdengar lebih kasar, namun bagi saya dan teman-teman, kata tersebut justru lebih manusiawi.”
Jadi kata ‘tuli’ lebih baik?
“Bisa dibilang begitu. Karena tuna rungu juga sering diasosiasikan sebagai ‘si tak normal’ yang selalu dibedakan dengan ‘orang normal’. Padahal jelas-jelas kami normal. That’s why pembedaannya kini disebut, ‘orang tuli’ dan ‘orang dengar’. Bahkan, tuli yang ditulis dengan huruf ‘T’ besar menandakan bahwa orang tersebut bisa berbahasa isyarat dengan lancar. Kalau saya dipanggil tuna rungu, saya tidak akan mau.”
Apa rencana Anda di masa depan?
“Saya ingin bisa jadi salah satu staf kepresidenan sekaligus memperbaiki difable facilities di Tanah Air. Sebab negara yang maju adalah negara yang bisa memfasilitasi para penyandang disabilitasnya. Mengapa? Karena tak berbeda dari yang lain, kami semua punya potensi. Kalau itu tak dimudahkan, maka kami pasti akan ketinggalan. Padahal hak kami untuk meraih cita-cita harusnya sama.”
Apa yang menarik dari menjadi aktivis tuli?
“Banyak! Salah satunya adalah ketika saya bepergian ke masing-masing daerah di Indonesia yang ternyata bahasa isyaratnya berbedabeda. Karena kosakata, istilah, dan bahasa slank tiap provinsi berlainan, maka sign language nya juga tak sama. Exciting! Saya jadi punya banyak perbendaharaan baru.”