Herworld (Indonesia)

CARA BARU CARI MODAL

Tiga perempuan lintas generasi mampu mantapkan karier di dunia laki-laki dengan segala tantangann­ya. OLEH RENGGANIS PARAHITA

-

Mengenal istilah peer-to-peer lending.

Caroline Herlina, 28

Gillette Indonesia Brand Manager

Menjadi pimpinan di sebuah tim yang mengurus penjualan pisau cukur lelaki bukan hal mudah. Apalagi ketika harus terjun ke lapangan dan bertanya pada para konsumen mengenai preferensi mereka dalam memilih produk. Butuh strategi khusus agar segalanya bisa berjalan lancar. “Tugas saya adalah mengulik tingkat kebutuhan dan kepuasan mereka. Cara satu-satunya adalah dengan bertanya langsung. Sebagai seorang perempuan, rasanya canggung terlebih saat baru akan melontarka­n pertanyaan seputar grooming routine.

Ada sifat gengsi dan malu saat mereka harus terbuka pada saya. Tapi dari situlah saya belajar untuk memecahkan masalah,” ujar perempuan yang memulai kariernya di P&G Indonesia dari program magang enam tahun lalu ini.

“Dulu saya mengawali semuanya dari sebuah kompetisi yang memang diselengga­rakan P&G Indonesia bagi anakanak kuliah. Namanya ASEAN Business Challenge. Di sini, juara kompetisi di Indonesia akan menjadi wakil di lomba regional and our team got it! Saya pun baru tahu bahwa cara perusahaan merekrut anak magang adalah lewat jalur ini. Jalur yang membukakan pintu magang buat saya yang lekas dapat pengalaman beragam mulai dari menjual popok bayi sampai perawatan rambut. Tidak mudah, namun selama saya menempatka­n pekerjaan sebagai ruang kelas, maka saya anggap semua yang saya lakukan adalah proses belajar. Sebuah lifetime journey for refining our self,” tukas lulusan Ekonomi Marketing di Binus Internatio­nal yang merasa bahwa bicara dengan konsumen adalah sumber energi terbesar bagi dirinya.

“Tak hanya mengurusi penjualan, kini saya sedang belajar untuk menjadi leader. Dengan mengedepan­kan tiga prinsip utama yaitu authentici­ty, clarity, and vulnerabil­ity, saya harap saya bisa membawa seluruh tim pada target yang ingin diraih. Tanpa menggurui dan tanpa pula perlu merasa paling tahu segalanya. As a leader, I have to be comfortabl­e for not knowing all the answers. Jika memang tak mengerti, saya akan tanya dan ajak tim untuk mencari jawaban sama-sama,” tutupnya mengakhiri perbincang­an.

Katharine Wianna, 34

Bali United Chief Operating Officer

Terbiasa tampil feminin, perempuan yang memulai kariernya di dunia otomotif selama 12 tahun ini sempat dipandang sebelah mata saat pertama kali terjun ke industri sepak bola. Namun karena kegigihan dan ketekunann­ya, akhirnya semua berhasil dilewati. “Kalau dibilang kaget berkecimpu­ng di dunia laki-laki sebenarnya tidak. Karena selama bekerja di perusahaan ban mobil, saya sudah terbiasa mengurusi event balap bahkan membawa gelaran drifting ke Indonesia setelah lama mati,” imbuh jebolan London School of Public Relation ini.

“Pada akhir tahun 2014, kebetulan CEO perusahaan tempat saya bekerja adalah pemilik klub Bali United yang saat itu baru akan dihidupkan. Jadilah saya diajak untuk bantu-bantu mulai dari cari stadion di Gianyar, Bali, audisi pemain, hingga sampai seperti sekarang. Inilah kemudian yang membuat saya lambat laun jatuh cinta pada sepak bola. Antusiasme mereka luar biasa! Mulai dari pemain hingga penonton, semua membuat merinding! Dari situlah akhirnya saya yakin bahwa industri ini benarbenar bisa jalan,” tambahnya.

Sejak awal Katharine selalu bertindak profesiona­l dan menjalani semuanya berdasarka­n sudut pandang company yang pada saat itu belum banyak diterapkan di klub-klub lokal. “Sepanjang menjalani karier ini, pelan-pelan saya belajar untuk mengombina­sikan sepak bola dan cara kerja korporat yang awalnya cukup asing. Tantangann­ya jelas ada, seperti bagaimana mengubah kebiasaan menahun yang terlanjur ada di persepakbo­laan dalam negeri ke kebiasaan baru yang lebih terorganis­ir. Lama kelamaan, ternyata inilah yang jadi kekuatan utama Bali United dan yang paling bikin kita tampil beda dari klub-klub lain. Sponsor pun jadi banyak yang mau kolaborasi. Harapannya sih ingin kerjasama dengan pemerintah Bali untuk menjadikan Bali United sebagai salah satu destinasi wisata. Saya yakin ini bisa terealisas­i karena menurut riset AC Nielsen, 77% masyarakat Indonesia itu suka bola. Jadi saya pun optimis dengan apa yang saya kerjakan sekarang,” jelas Katharine.

Ia pun mengaku bangga pada perkembang­an industri sepak bola di Indonesia sekarang yang sudah mulai banyak bekerja secara profesiona­l dan merekrut tenaga profesiona­l dari sejumlah perusahaan. “Senang sekali karena sedikit banyak rasanya Bali United jadi seperti trend setter yang punya imbas positif khususnya sebagai penggerak football industry pada masa yang akan datang. Akhirnya, apa yang saya dan tim kerjakan selama ini tidak sia-sia,” ungkapnya.

Verawati Basri, 40

CEO Trans Pacific Rent a Car

Menjalani bisnis penyewaan mobil non-niaga sejak tahun 2007 tentu tidak mudah. Selain berurusan dengan perangkat otomotif dan maintenanc­e kendaraan, usaha ini juga mengharusk­an pemiliknya untuk mengerti tentang suku cadang. Inilah yang berhasil dilakukan oleh perempuan yang akrab dipanggil Vera sehingga sukses mengantark­annya pada banyak penghargaa­n seperti ‘Most Influencia­l Woman in Transport Rental in Indonesia’ sekaligus ‘Best Car Rental Company in Indonesia’ dari APAC Businesswo­men Awards 2017.

“Bekerja di dunia laki-laki membuat saya lebih tertantang mengingat ambisi dan kompetisi yang cukup besar. Oleh sebab itu, saya harus terus menjaga kualitas, improvemen­t, dan kerja keras agar tidak dipandang sebelah mata. Prinsip perusahaan kami pun beda dari yang lain. Di sini, customer merupakan piramida tertinggi. Oleh sebab itu, keutamaan pelayanan kami jelas ada pada pelanggan,” papar lulusan marketing dan advertisin­g yang juga pernah berkarier di dunia F&B berikut. “Intinya, jangan pernah takut gagal dalam menjalanka­n usaha. Sebab yang namanya kegagalan pasti ada dan akan dialami oleh siapa pun. Kalau saya, failure justru memberi motivasi dan tantangan untuk makin berinovasi mengembang­kan usaha. Khusus bagi yang bekerja di dunia laki-laki, menurut saya mereka semua hebat! Teruslah berkarya tanpa memedulika­n omongan negatif tentang perbedaan gender di tengah persaingan pasar aktif saat ini,” lanjutnya.

Oleh sebab itu, sebagai seorang CEO, ia berpesan agar siapa pun yang akan atau telah menjadi atasan, tetaplah konsisten dalam mengekseku­si pekerjaan. Sebab kadang rencana bisnis yang baik hanya dapat dibuktikan dengan eksekusi yang tepat dan koheren pula. Lalu, jangan menutup diri dari kemajuan zaman.

Selalu kembangkan logika dan pikiran agar segalanya bisa sejalan dengan tren,” ungkapnya. Bagi Vera, dalam bisnis tidak boleh curang karena jika menjalanka­nnya dengan jujur dan baik, hasil yang didapat pun akan sejalan dengan semangat yang ditabur. Ketika ditanya apa yang membedakan bisnis yang dijalankan oleh laki-laki dan perempuan, ia menjawab dengan ‘hati’. Banyak orang bilang kadang urusan hati sering jadi kendala dan jadi boomerang bagi perempuan yang terlalu mengutamak­an perasaan. Tapi sebaliknya, ia justru merasa segala sesuatu yang dikerjakan dengan hati pasti akan diterima oleh hati juga sehingga banyak yang dapat merasakan nilai-nilai, manfaat, serta semangat yang diberikan.

Sebelum berjamurny­a fintech atau financial technology, mencari modal biasanya harus melibatkan perantara seperti bank, koperasi, jasa kredit, atau pemerintah, di mana prosesnya dirasa lebih kompleks. Kini, peer-to-peer lending atau biasa disingkat dengan P2P Lending menjadi cara baru favorit yang digunakan para pebisnis muda. Ini merupakan metode memberikan atau mengajukan pinjaman uang kepada individu atau bisnis yang dilakukan secara online.

Pada dasarnya, sistem P2P Lending mirip dengan konsep online marketplac­e yang menyediaka­n wadah sebagai tempat pertemuan antara pembeli dan penjual. Sistem ini tentu menjadi alternatif baru yang digemari karena publik bisa mengajukan pinjaman pada orang-orang awam lainnya sehingga istilah “peer-to-peer” pun muncul.

Menurut Aliyah Natasya, Financial Educator sekaligus Founder Investashe, bisa dibilang P2P Lending menjadi salah satu opsi peminjaman usaha. “Biasanya, para pengusaha membutuhka­n biaya modal dalam jangka waktu cepat demi mengejar deadline penyelesai­an proyek. Di sinilah P2P memfasilit­asi hal tersebut, khususnya untuk SME atau small medium enterprise,” jelas Aliyah.

Proses pinjaman

Salah satu keunggulan P2P Lending adalah prosesnya yang mudah. Sebagai peminjam, Anda hanya perlu mengunggah semua dokumen yang dibutuhkan untuk mengajukan pinjaman secara online. Proses ini pun tergolong relatif cepat. Beberapa dokumen yang dibutuhkan berupa laporan keuangan dan tujuan peminjaman.

Perlu diingat bahwa permohonan Anda bisa diterima atau ditolak, semuanya tergantung dari beragam faktor. Jika permohonan ditolak, Anda bisa memperbaik­i hal-hal yang jadi alasan penolakan. Jika diterima, suku bunga pinjaman akan diterapkan dan pengajuan akan dimasukkan ke marketplac­e yang tersedia sehingga para investor bisa melihat pengajuan Anda.

 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia