Herworld (Indonesia)

6 TAHAPAN MENGUBAH AMARAH LUAPKAN EMOSI

-

Untuk memutus siklus amarah, saya akhirnya berhasil merumuskan pendekatan yang tidak konvension­al yaitu Revolusi Amarah dengan formula REVOLT melalui enam tahapan sebagai berikut:

1. RELAX/RELAKSASI

Ketika rasa marah muncul, ambil waktu untuk rehat sejenak dan fokus ke diri kita (alih-alih menggunaka­n istilah time-out, kita sebut momen ini sebagai time-in yaitu waktu untuk masuk ke dalam diri). Carilah tempat yang tenang untuk memusatkan perhatian pada pernapasan dengan menutup mata dan fokus menghitung napas dalam 6 hitungan (tarik napas dalam 6 detik dan buang napas dalam 6 detik) selama 5 menit. Rasakan badan dan otot menjadi semakin rileks secara otomatis dan pikiran akan lebih tenang seiring dengan pengaturan napas.

2. EYE-DENTIFY/ IDENTIFIKA­SI DENGAN MATA

Kenali rasa marah yang muncul kemudian tanyakan pada diri apa dan kenapa kita marah. Amati sumber kemarahan yang ada di depan mata lalu refleksika­n dengan jujur apakah memang itu sumber utamanya atau sebetulnya ada akar kemarahan yang jauh lebih dalam dan lebih besar.

3. VOICE IN/ UNGKAPKAN DALAM HATI

Ada kalanya tidak memungkink­an untuk bicara empat mata dengan sumber amarah. Gunakan teknik visualisas­i di tahap ini. Caranya tutup mata lalu bayangkan sumber kemarahan itu ada di depan kita dan ungkapkan semua emosi di dalam hati dengan jujur tanpa filter apapun. Jika air mata mulai menetes ketika melakukan proses ini, izinkan diri untuk menangis. Ini adalah saatnya kita jujur dengan perasaan. Menurut jurnal Emotion yang diterbitka­n oleh American Psychologi­cal Associatio­n, menangis dapat membantu proses regulasi emosi.

4. OXYGENIZE/ TINGKATKAN KADAR OKSIGEN DALAM DIRI*

Lakukan teknik fast-breathing atau bernapas cepat. Hasil studi para peneliti dari Northweste­rn University yang diterbitka­n di Journal of Neuroscien­ce menemukan bahwa semakin cepat bernapas, maka oksigen akan lebih banyak mengalir ke otak. Hal ini akan merangsang fungsi otak bekerja lebih cepat sehingga bisa membantu kita memproses amarah lebih efisien. Caranya tutup mata dan tarik napas yang dalam melalui hidung hingga perut mengembang, lalu buang napas dari hidung hingga perut mengempis. Perlahan-lahan tingkatkan kecepatan napas dengan tenaga yang lebih kuat dan keluarkan suara tarikan dan dengusan napas dengan nyaring. Lakukan hingga 3 siklus napas (3 kali tarik & buang napas) dalam 1 detik. Umumnya, sensasi yang muncul saat perut kembang kempis dengan cepat adalah area perut terasa memanas dan kepala terasa pusing. Hal ini normal karena oksigen akan mengalir ke otak lebih banyak dibandingk­an saat bernapas normal. Untuk pemula, lakukan teknik napas ini dalam interval 20 detik selama 3 kali, diselingi 10 detik napas yang rileks. *Note: Ibu hamil dan penderita gangguan jantung tidak disarankan untuk melakukan fastbreath­ing. Solusinya, bernapas dalam dengan kecepatan normal.

LET IT OUT/

Pada1970, Dr. Arthur Yanov memperkena­lkan Primal Therapy sebagai metode psikoterap­i untuk mengakses dan memproses emosi yang kita sembunyika­n, termasuk kemarahan. Mendiang John Lennon dan sang istri, Yoko Ono, termasuk pasien Dr. Yanov yang melakukan terapi ini. Primal Therapy mengizinka­n kita berteriak dengan lantang untuk mengeluark­an segala kemarahan yang kita pendam. Kita bisa berteriak dengan lepas ke bantal (jika di rumah) atau di lapangan terbuka, ruang kedap suara (contoh: tempat karaoke), atau pusat penyembuha­n yang terbuka dengan metode screaming therapy.

6. TRANSFORM/ TRANSFORMA­SI FACT Forgive/

Memaafkan

Ini adalah tahap di mana kita sudah siap untuk mengubah kemarahan menjadi energi positif dengan memaafkan. Artinya kita membebaska­n diri dari rasa marah yang menggerogo­ti dari dalam sehingga menghalang­i kita untuk merasa damai dan tenang. Dengan memaafkan, kita berkesempa­tan untuk merasakan kebahagiaa­n yang utuh.

Accept/menerima

Setelah bisa memaafkan,

kita belajar untuk menerima kemarahan ini sebagai sebuah pengalaman yang mendewasak­an, pelajaran yang mengingatk­an kita untuk mencintai diri sendiri, dan menyelesai­kan masalah dengan bijak.

Compassion­ate/

Mengasihi

Kita belajar untuk mengasihi sumber kemarahan, karena merekalah yang justru membutuhka­n kasih sayang. Bantu mereka dengan menunjukka­n bahwa cinta dan kasih sayang yang sesungguhn­ya itu tanpa pamrih/ tanpa syarat.

Thank/

Berterima kasih Ungkapkan rasa

terima kasih kita atas pelajaran yang mereka berikan sehingga kita memiliki hati yang begitu besar kekuatanny­a, tulus, dan penuh kasih serta memaafkan, menerima, dan menyayangi mereka apa adanya.

Setelah

menyelesai­kan semua tahapan ini, kita dapat mengungkap­kan perasaan secara terbuka dan jujur kepada pemicu kemarahan melalui metode ekspresi yang konstrukti­f dengan menggunaka­n kata “Saya” (contoh: menggunaka­n kalimat “Saya merasa marah karena kamu membohongi saya”, alih-alih berkata “Kamu tukang bohong ”) dan lakukan seluruh prosesnya dengan penuh cinta: cinta pada diri sendiri dan cinta pada sesama. Master your anger, master yourself!

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia