Herworld (Indonesia)

JADI GARAM DAN TERANG DUNIA

- Oleh KIKI RIAMA PRISKILA Fotografer AGUS SANTOSO YANG Penata Gaya PUTRI ARIFA MALIK Asisten Penata Gaya PUTRI RAIZA OSMAN Tata Rias Wajah RYAN OGILVY (@RYANOGILVY/ WWW.RYAN-OGILVY.COM) Penata Rambut KRISNA ENDI (@KRISNA_ENDI)

Wawancara eksklusif bersama Mikha Tambayong dalam balutan Tory Burch Summer/ Pre-fall 2021.

Hai, Mikha! Bagaimana perasaanny­a bisa menjadi pengisi suara Raya di film Raya and the Last Dragon versi Bahasa Indonesia?

Waktu saya ditawarkan audisi saja rasanya sudah seperti mimpi. Saya tumbuh dengan menonton film-film Disney. Bahkan, pertama kali belajar bernyanyi juga menggunaka­n lagu Disney, jadi ini sudah jadi bagian dalam masa kecil saya hingga sekarang. Rasanya, semua anak perempuan pasti bermimpi untuk jadi putri Disney, so I’m beyond blessed. Apalagi Raya adalah putri Disney pertama dari Asia Tenggara.

Lebih bangga jadi pengisi suara Raya atau saat masuk dalam daftar 40 Women Leaders Shaping Gender Lens Investing (GLI) Practice in Indonesia oleh UN Women Asia? Wah, itu juga sebenarnya cukup mengagetka­n. Sejak pandemi tahun lalu, saya memang sering berkolabor­asi dengan UN Women untuk membuat webinar. Jadi, saat mereka menghubung­i dan menginform­asikan bahwa saya terpilih dalam daftar itu, rasanya saya bangga banget. Karena saya dari sektor entertainm­ent dan punya beberapa start-up yang sedang dirintis, mereka merasa saya bisa m e representa­si k andan menginspir­asi generasi anak muda di Indonesia.

Mikha juga mendirikan sebuah legal consultanc­y bernama Sisters & Co. Advocacy. Bisa cerita soal ini?

Saya mendirikan ini bersama seorang sahabat, kebetulan kami memang punya latar belakang edukasi di bidang hukum. Akhirnya kami membuat sebuah legal and business consultanc­y dan semua tim serta anggotanya memang perempuan. Awalnya, kami hanya menerima pekerjaan yang fokus pada korporasi, tapi semakin ke sini, rasanya kami bisa melakukan sesuatu yang lebih lewat platform ini. Akhirnya kami pelan-pelan berubah untuk jadi sebuah wadah advokasi yang berhubunga­n dengan perempuan dan anak.

Kenapa memilih fokus pada perempuan?

Saya memang terinspira­si dari banyak perempuan hebat di dunia, khususnya Mama saya. Saya melihat perempuan bisa multi-tasking yang mungkin belum bisa dilakukan laki-laki. Jadi saya ingin menyuaraka­n itu di semua platform yang saya miliki. Selain itu, masalah perempuan memang banyak banget. Mulai dari cyberbully­ing, harassment, hingga diskrimina­si. Ironisnya, kadang hal ini terjadi antara sesama perempuan, jadi saya ingin mengedukas­i hal ini.

Mikha punya segudang prestasi. Mulai dari model, pemain sinetron, penyanyi, hingga sekarang. Seperti apa masa kecil Mikha?

I have a really happy childhood. Bisa dibilang saya cukup dimanja oleh orang tua karena saya memang anak tunggal. Mereka ingin saya punya kesempatan sebanyak-banyaknya. Jadi dari kecil, saya sudah dibekali dengan segala macam hal. Saya juga tumbuh di keluarga musisi jadi masa kecil saya dipenuhi oleh musik. Saya sendiri mulai berakting dari usia 13 tahun. Jadi selain sekolah, banyak kegiatan yang saya lakukan seperti les piano, bernyanyi, hingga berakting.

Banyak sekali kegiatan yang harus Mikha lakukan dari berbagai aspek industri. Mulai dari pendidikan, entertainm­ent, hingga business law. Bagaimana caranya bisa mengatur waktu?

Sebelum masuk ke dunia entertainm­ent,

orang tua sudah memberi tahu bahwa ini adalah hobi dan passion saya, dan mereka sangat mendukung. Tapi, saya juga harus ingat bahwa edukasi adalah hal penting karena sebenarnya ini

adalah senjata saya untuk diri sendiri dan banyak orang. Jadi sebelum mengambil semua tawaran, saya harus tahu dulu tujuan hidup itu apa.

Lalu bagaimana Mikha menemukan tujuan hidupnya untuk pertama kali? Saya selalu dibekali keluarga bahwa kita enggak hidup sendiri di dunia. Tujuan hidup kita adalah untuk jadi garam dan terang dunia. Inilah yang saya tanamkan dalam diri setiap kali berkegiata­n, bahwa saya harus membagikan ilmu dan pengetahua­n pada sesama. Jadi, saya merasa bahwa dunia entertainm­ent bisa jadi wadah untuk menyalurka­n itu. Saya sendiri enggak bisa bilang ada standar khusus untuk menemukan tujuan hidup tapi cobalah untuk keluar dari zona nyaman dan embrace your passion. Karena tujuan hidup pasti akan selalu berevolusi.

Bicara soal balancing, bagaimana cara Mikha menyeimban­gkan kritikan dari publik?

Bagi saya, selalu ada dua sisi dalam setiap hal. Kalau ada yang membenci, pasti juga ada yang mencintai. Ini hanya soal sisi mana yang mau dipilih. Jadi menurut saya, fokus pada orang-orang yang jadi support system dan yang mencintai kita. Fokus pada hal positif.

Tapi pernahkah Mikha merasa insecure?

Insecure sepertinya hal yang normal,

ya. Saya cukup sering menerima pesan yang bilang bahwa saya terlalu kurus, menuduh saya mengidap anoreksia. Sebenarnya kita juga perlu masukan atau kritikan membangun dari orang, tapi yang jadi masalah adalah cara penyampaia­nnya. Tapi pernah sih dapat beberapa pesan yang mengganggu banget, biasanya kalau sudah bahas hal personal seperti keluarga atau kepercayaa­n dan agama. Biasanya kalau sudah begitu, pasti akan saya balas, walau masih dengan cara sopan.

Lalu, langsung di-block?

Mungkin iya, hahaha, tergantung mood hari itu.

Apakah Mikha termasuk orang yang ambisius?

Bisa dibilang sudah tidak seambisius dulu, tapi lebih pada realistis. Dulu, saya harus bisa achieve semua hal yang direncanak­an dan maunya mengerjaka­n semua sendiri karena saya punya trust issue dengan orang. Tapi sejak merintis bisnis sendiri, saya pelan-pelan berubah, karena saya sadar bahwa kita harus bisa mendelegas­ikan pada orang lain. Banyak hal yang baru saya pelajari saat berbisnis.

Apa saja yang Mikha pelajari dari bisnis?

Wah, banyak banget. Business really changed me a lot. Saya baru mulai berbisnis sekitar dua tahun lalu dan waktu mulai, saya sangat mengatur. Banyak yang diinginkan dan harus dituruti. Pada kenyataann­ya, tidak semua hal bisa berjalan sesuai rencana. Beberapa skill yang saya pelajari dari bisnis meliputi fleksibili­tas, belajar mendelegas­i, belajar memercayai orang, sense of belonging and ownership.

Terakhir, how do you describe your personal style?

Sekarang saya lebih mementingk­an kenyamanan dibanding segalanya. Bagi saya, orang akan menilai penampilan kita bagus kalau kita memang merasa nyaman saat memakai pakaian itu. Selain itu, saya juga suka banget dengan warna earth tone dan monochorom­e look

seperti koleksi terbarunya Tory Burch. It’s definitely a lady boss look. (Tulisan ini adalah hasil obrolan Iwet Ramadhan -kontributo­r- dalam sesi “A Chat With” yang telah tayang di channel Youtube Her World Indonesia.)

 ??  ??
 ??  ?? Ruffle Neck Dress, Lee Radziwill Small Double Bag, T Monogram Espadrille, Serif-t Enamel Striped Stackable Ring, Kira Enamel Pendant Necklace.
Ruffle Neck Dress, Lee Radziwill Small Double Bag, T Monogram Espadrille, Serif-t Enamel Striped Stackable Ring, Kira Enamel Pendant Necklace.
 ??  ?? Button Front Sundress. Longsleeve Iberia Pullover. Eleanor Small Bag, Sport Sandal, Miller Stud Huggie Earring.
Button Front Sundress. Longsleeve Iberia Pullover. Eleanor Small Bag, Sport Sandal, Miller Stud Huggie Earring.
 ??  ?? Printed Broderie Anglaise Painter's Dress, T Monogram Leather Shoulder Bag, Basketweav­e Espadrille.
Printed Broderie Anglaise Painter's Dress, T Monogram Leather Shoulder Bag, Basketweav­e Espadrille.
 ??  ?? Bib-front Printed Caftan, T Monogram Jacquard Shoulder Bag, Miller Enamel Stud Earring.
Bib-front Printed Caftan, T Monogram Jacquard Shoulder Bag, Miller Enamel Stud Earring.
 ??  ?? Crochet Kendra Cardigan, Logo T-shirt, Denim Trouser, Ella Gingham Mini Tote, T Monogram Espadrille, Miller Enamel Stud Earring, Miller Stud Ring.
Crochet Kendra Cardigan, Logo T-shirt, Denim Trouser, Ella Gingham Mini Tote, T Monogram Espadrille, Miller Enamel Stud Earring, Miller Stud Ring.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia