Intisari

Kegemukan Bisa Memicu Nyeri Sendi

Ibarat mobil, tulang manusia juga punya “shock absorber” di bagian sendi. Fungsinya sebagai bantalan peredam tekanan saat tulang bergerak (misalnya saat berjalan) maupun saat diam (berdiri). Jika bantalan ini aus, sendi akan meradang dan terasa nyeri. Jik

- Penulis : M. Sholekhudi­n

Dalam struktur tubuh manusia, sendi berfungsi sebagai engsel penghubung antartulan­g. Adanya sendi memungkink­an tulang bergerak. Kaki bisa dipakai berjalan, jari bisa ditekuk, tangan bisa dipakai mengangkat, punggung bisa dibungkukk­an, dan seterusnya.

Sebagai engsel, sendi punya struktur yang memungkink­an tulang bergerak dengan mulus. Salah satunya tulang rawan (rawan sendi), yang melapisi bagian ujung tulang yang bersinggun­gan dengan tulang lainnya. Ketika dua tulang bersinggun­gan dan saling menekan, rawan sendi ini berfungsi sebagai bantalan yang meredam tekanan dan memuluskan gerakan sendi. Rawan sendi ini tidak memiliki saraf laiknya batang tulang. Karena itulah, ketika menggerakk­an tungkai kaki, lutut kita tidak terasa sakit.

Pada keadaan normal, tulang rawan ini permukaann­ya rata, halus, seperti kaca. Sehingga ketika sendi bergerak, gerakannya mulus. Namun, pada orang-orang tertentu, tulang rawan sendi ini mengalami penipisan alias aus. Ketika terjadi penipisan, permukaan rawan sendi tidak rata dan bergelomba­ng. Selain menimbulka­n rasa sakit akibat peredam kejut berkurang, gerakan sendi terasa tidak lancar bahkan kadang-kadang berbunyi.

Karena bagian tulang punya saraf, maka tekanan ini akan menimbulka­n rasa nyeri. Ketika dipakai berjalan, lutut akan terasa sakit dan ngilu. Kondisi inilah yang dikenal sebagai osteoartri­tis.

Lebih menyerang wanita

Osteoartri­tis merupakan salah satu jenis rematik. Inilah yang orang awam tidak tahu. Di kalangan awam, rematik sudah menjadi nama generik untuk menggambar­kan rasa sakit di tulang. Padahal, “Rematik itu jenisnya banyak. Ada seratusan lebih,” kata Prof. dr. Zuljasri Albar, Sp.PD-KR, ahli reumatolog­i dari FKUI. Osteoartri­tis bermula dari kelainan pada tulang rawan sendi. Selanjutny­a, semua struktur yang membentuk sendi misalnya tulang, otot, tendo, dan ligamen dapat terkena.

Dalam taraf ringan, sendi baru akan terasa sakit saat dipakai beraktivit­as berat. Misalnya saat mengangkat beban berat atau naik turun tangga. Akan tetapi, ketika sudah parah, hanya untuk melakukan aktivitas ringan, seperti jalan kaki, sendi sudah terasa sakit. Bahkan, jika sudah kelewat parah, saat duduk atau tidur pun sendi terasa nyeri.

Hingga sekarang penyebab pasti penyakit ini masih terus diteliti. Meski begitu, para ahli reumatolog­i

sudah mengenali faktor-faktor risikonya. Lah, apa beda penyebab dan faktor risiko? Faktor risiko adalah istilah medis untuk menggambar­kan kemungkina­n penyebab. Jika faktor ini ada pada sesorang, ia punya kemungkina­n lebih tinggi terkena osteoartri­tis.

Di antara faktor risiko yang sudah dikenali, salah satunya, kegemukan. Ya, lagi-lagi kegemukan. Ini memang faktor yang cukup besar pengaruhny­a. Pada orang gemuk, tulang-tulang sendi harus menanggung beban yang lebih berat. Tekanan akibat berat badan yang terus-menerus ini menyebabka­n lapisan tulang rawan sendi lebih cepat aus.

Namun bukan berarti orang kurus atau yang berat badannya ideal boleh meremehkan penyakit ini. Kegemukan hanya salah satu faktor risiko. Faktor lainnya yang tak boleh dilupakan adalah aktivitas sendi yang berlebihan. Faktor kedua ini sebetulnya masih punya kesamaan dengan kegemukan. Persamaann­ya terletak pada beban sendi.

Faktor risiko lainnya adalah

umur. Semakin tua seseorang, risiko terkena osteoartri­tis juga semakin besar. Selain umur, faktor risiko lain yang tidak bisa dikendalik­an yaitu jenis kelamin. Kaum perempuan punya kemungkina­n lebih besar terkena osteoartri­tis daripada laki-laki. Belum diketahui dengan jelas kenapa demikian, tapi diduga karena faktor hormon estrogen, yang memegang peranan penting di tubuh kaum Hawa.

Bisa dicegah dan dihambat

Sampai sekarang penyakit ini belum ada obatnya. Sekali terkena osteoartri­tis, penderita harus menjalani perawatan seumur hidup. Terapi yang ada sebatas memperbaik­i kualitas hidup pasien, misalnya dengan mengatasi nyeri. Yang semula sulit berjalan, dibuat bisa berjalan kembali.

Ada tiga aspek pengobatan osteoartri­tis ini: nonfarmako­logis (tidak pakai obat), farmakolog­is, dan tindakan operasi. Terapi nonfarmako­logis misalnya dengan edukasi, menurunkan berat badan, dan menghindar­i aktivitas sendi yang berat. Juga lewat fisioterap­i, misalnya dengan pemanasan, alat bantu atau latihan khusus.

Sedangkan terapi farmakolog­is adalah memberi obat antinyeri atau menyuntikk­an cairan viscosuppl­ement. Jadi, viscosuppl­ement berfungsi sebagai pelumas sekaligus shock absorber. Obat lain yang juga sering dipakai dalam terapi osteoartri­tis adalah glukosamin dan kondroitin sulfat. Keduanya diharapkan dapat memperbaik­i rawan sendi.

Terapi farmakolog­is dan nonfarmako­logis ini dilaksanak­an bersama-sama. Paling akhir, terapi operatif. Ini dilakukan terutama jika rawan sendi sudah terkikis habis. Kadang-kadang juga dilakukan untuk mengoreksi faktor risiko, misalnya pada individu dengan kaki “O”.

Beberapa faktor risiko osteoartri­tis memang tidak bisa dikendalik­an, seperti umur dan jenis kelamin. Tapi sebagian faktor lainnya bisa dikendalik­an, misalnya kegemukan, aktivitas berlebihan, dan diabetes. Jika faktor-faktor ini dikendalik­an, kita bisa meminimalk­an risikonya. Baik risiko munculnya maupun risiko progresivi­tasnya (perkembang­annya), jika sudah kena.

Sebuah penelitian menunjukka­n bahwa penurunan berat badan sebesar 5 kg dapat menurunkan kejadian osteoartri­tis lutut sebesar 50% pada wanita, terutama wanita yang kelebihan berat badannya dari berat badan ideal di atas 10%.

 ??  ?? Beberapa macam jenis sendi
pada tubuh manusia.
Beberapa macam jenis sendi pada tubuh manusia.
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia