Intisari

Career Notes

The Quantum Leap

- Alexander Sriewijono, Psychologi­st & the Founder of Daily Meaning

Sebelum lebih jauh membahas strategi “The Quantum Leap” dalam berkarier, coba Anda jawab kuis di bawah ini. Lupakan tabungan, deposito, warisan, fasilitas kantor dan semua aset yang Anda punya. Anggaplah Anda hanya memiliki Rp2 juta sekarang. Coba tentukan Anda akan berlibur ke mana enam bulan lagi dengan Rp2 juta yang Anda miliki sekarang tersebut.

(Jangan mulai membaca paragraf berikut sebelum Anda memutuskan tempat Anda akan berlibur tersebut)

Apakah Anda menjawab Bali, Jogja, Bandung, Bangka, Batam, Lombok dan sekitarnya? Tempattemp­at tersebut memang indah, tapi jangan gigit jari bila ada rekan Anda yang menggunaka­n strategi Quantum Leap dan menjawab Jepang, London, Paris, New York, atau Maldives sebagai target berliburny­a serta berhasil mewujudkan­nya.

Bagaimana bisa pergi ke tempattemp­at tersebut hanya dengan Rp2 juta? Coba dilihat lagi soal di atas. Memang ada “jebakan” terselubun­gnya, dan di situlah letak kunci quantum leap-nya.

Yang dipunya sekarang vs yang diinginkan

Cara berpikir quantum leap tidak pernah fokus pada apa yang dipunyai sekarang, tapi pada apa yang diinginkan sebagai titik tolaknya.

Bila fokus pada yang dipunya sekarang, pilihan tempat berlibur untuk enam bulan lagi akan didasarkan pada Rp2 juta yang dipunyai seka-rang. Padahal masih ada waktu enam bulan lagi.

Dalam waktu enam bulan, Rp2 juta yang dimiliki sekarang bisa tetap sama, habis, minus, atau bertambah

Rp10 juta bahkan Rp50 juta mungkin, dan itu semua bergantung pada apa yang dilakukan dalam enam bulan tersebut.

Banyak orang yang fokus pada ketidakbis­aannya berbahasa asing sekarang, atau mengeluhka­n betapa tidak keren bosnya saat ini, dan halhal lain yang fokusnya pada apa yang dipunyai dan tidak dipunyai sekarang. Coba ganti fokusnya dengan bertanya mau apa tiga tahun dari sekarang dan apa yang bisa dilakukan dalam kurun waktu tersebut.

Berjalan vs melompat

Kalau fokus pada apa yang dimiliki sekarang, kita hanya akan menjalani hari-hari kita begitu saja, dan bukan tidak mungkin karier kita bisa berjalan sangat lambat, atau bahkan mungkin berjalan di tempat.

Bagaimana caranya agar bisa terjadi lompatan dalam berkarier? Cara berpikir yang quantum leap tidak sekadar membuat kita “learn to plan” atau belajar membuat rencana terutama dengan berorienta­si pada kesempatan yang ingin diraih, namun juga membuat kita “plan to learn”.

Disinilah letak kedinamisa­n kita dalam berkarier yang membuat kita bisa melakukan lompatan-lompatan dalam berkarier di saat rekan-rekan lainnya hanya berjalan santai.

Plan to learn, rencanakan untuk men- stretch diri Anda dengan belajar banyak hal yang diperlukan agar Anda bisa meraih kesempatan yang sejak awal Anda targetkan.

Bila memang ingin ke New York enam bulan lagi, apa yang bisa dilakukan untuk menambah tabungan yang ada sekarang? Bila memang ingin dipromosik­an tahun depan, apa yang harus dilakukan dalam waktu setahun agar hal itu dapat terwujud?

Internal vs eksternal

Terakhir, pola berpikir orangorang yang melakukan quantum leap dalam perjalanan kariernya sangatlah fokus pada “locus of control” internal dan bukan eksternal.

Bila ada sesuatu yang terjadi di luar dari rencana dan keinginann­ya, mereka akan fokus pada apa yang bisa dilakukan dengan cara berbeda agar hal tersebut tidak akan terjadi lagi. Bahkan mereka menggunaka­n situasi tersebut sebagai daya dorong untuk melompat lebih jauh lagi.

Sementara mereka yang lebih berjalan di tempat saat ada masalah, biasanya karena lebih mudah menyalahka­n pihak lain di luar dirinya yang mengakibat­kan hal tersebut terjadi.

Orang-orang yang fokus pada permasalah­an dan bukan pada solusilah yang biasanya menjadi saksi dari rekannya yang melakukan quantum leap karena fokus pada solusi.

Jadi Anda mau berjalan santai atau melompat?

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia