“Rangga Itu Seperti Jokowi”
Sekitar dua tahun sebelum produksi film Ada Apa Dengan Cinta? 2, sebuah perusahaan telekomunikasi membuat film pendek untuk iklan dengan karakter tokoh-tokoh di cerita ini. Sayangnya, menurut Riri, penggambaran karakter Rangga dalam film itu agak kurang tepat.
Dalam imajinasi Riri, Rangga semestinya tidak tinggal di apartemen bernuansa putih, arlojinya tidak sampai tujuh, dan juga tidak bekerja dengan klien. “Dia kan menulis puisi, jadi semestinya agak eksistensialis,” tuturnya.
Dengan karakter seperti itu, menurut Riri, Rangga pastilah membaca Nietzsce. Dia mempertanyakan kesendirian. Dia juga tidak nyaman di keramaian. Kalau dalam tokoh film yang sudah ada, dia itu mirip Ali Topan.
Meski Rangga adalah karakter fiktif, namun dasar-dasarnya tetap dilatarbelakangi pengalaman keseharian Riri dan Mira. Hobi travelling keduanya membuat Rangga juga suka bepergian mencari tempat yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. “Rangga itu seperti Jokowi, suka blusukan. Janganjangan, Pak Jokowi belajar blusukannya dari Rangga,” kata Riri, tergelak. akan diproduksi. Sebab dalam keyakinannya, sebuah film yang bagus umurnya panjang. Artinya, secara ekonomi juga akan terus menghasilkan dalam jangka waktu lama. Saat ini saja ada 5 atau 6 judul film Miles yang masih menghasilkan pendapatan dari pemutaran di televisi, online screening, video on demand, dll. Salah satunya, Petualangan Sherina yang diproduksi 16 tahun silam.
Bermasalah secara akademik
Menurut penuturan Riri, tak ada masa kecilnya yang terlalu istimewa untuk diceritakan. Terutama yang terkait soal film. Kalau pun ingin dipaksakan, mungkin ada pada kisah masa lalu ayahnya yang bekerja di Departemen Penerangan. Salah satu tugas ayahnya adalah memutar film-film propaganda pemerintah Orde Baru. Riri lahir di Makassar sering ikut ayahnya bekerja.
Potensinya di bidang kreatif justru terlihat oleh kepala sekolahnya semasa di SMA Labschool, Prof. Arief Rachman. Riri memang bermasalah secara akademis, tapi kepala sekolahnya itu selalu memberinya kepercayaan untuk mengurus acara-acara di sekolah. Di luar sekolah, Riri juga belajar drum secara autodidak dan bermain bersama bandnya yang membawakan musik-musik rock.