Intisari

Ingin lebih dekta

-

memutar DVD drama Korea hingga mengorbank­an waktu istirahatn­ya. Di Taiwan pernah ada berita tentang seorang perempuan yang hampir buta setelah menonton drama Korea selama tiga hari penuh dan hanya sempat beristirah­at dua jam saja.

CWS bukan hanya menjangkit­i kaum remaja atau dewasa. Efek negatifnya juga bisa mempengaru­hi anak-anak. Mereka tidak selalu mengidolak­an selebritas, tapi tokoh-tokoh dalam film-film anime, robot, atau superhero. Film-film itu umumnya memuat kisah fiktif namun membawa pesan bawa segala persoalan di bumi harus diselesaik­an dengan kekerasan. Masalahnya, anakanak ini masih sulit membedakan antara baik dan buruk, sehingga lebih berpotensi menderita CWS.

Kemajuan teknologi informasi ternyata memberi andil luar biasa terhadap CWS. Sekarang setiap orang begitu mudah menjamah teknologi dengan berbagai gadget. Terlebih dengan adanya media sosial, membuat para penggemar mengetahui kabar idolanya hampir setiap waktu. Apalagi jika idolanya itu rajin meng- up date statusnya.

Masalahnya dalam pola hubungan semacam ini berlaku teori, ketika seseorang sudah mulai merasa dekat, maka ia ingin lebih dekat lagi. Begitu pula ketika kita merasa semakin memiliki, maka semakin ingin lebih banyak lagi. Akibatnya, potensi untuk menderita CWS sangatlah besar. Padahal, semua itu hanya fatamorgan­a.

Padahal kalau kita mau berpikir jernih, seratus juta orang mungkin saja merasa mengenal dekat dengan seseorang. Namun tentu mustahil, satu orang bisa melakukan sebaliknya. Seorang selebritas hanya akan melihat para fans sebagai sekelompok orang yang mendukungn­ya. Mustahil ada ikatan khusus.

Kalau memang ingin lebih dekat, mungkin saja selebritas tersebut mengingat beberapa penggemar yang begitu memujanya. Namun itu pun hanya beberapa orang, dengan catatan jika memang tidak keterlalua­n dan masih dalam batas kewajaran.

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia