Kematian tanpa air mata
Mereka yang berendam di Sungai Gangga kebanyakan laki-laki sedangkan bagi yang perempuan disediakan semacam ruang tertutup di tepi sungai. Sambil berendam mereka tampak memanjatkan doa. Selain ghat untuk berendam ada pula ghat yang digunakan untuk membasuh kain-kain milik para pendeta. Mereka yang dari kasta rendah biasanya yang melakukan pekerjaan itu.
Saya merasa asyik menyaksikan kegiatan di ghat. “Di Sungai Gangga kematian tidak diratapi dengan kesedihan,” Ravi mengawali penjelasannya ketika perahu diarahkan ke Manikarnika ghat. Berbeda dari ghat yang lain, Manikarnika ghat adalah ghat yang paling menantang untuk dilihat karena di sinilah dilakukan kremasi mayat.
Manikarnika ghat juga dikenal sebagai ghat pembakaran.Pemandangan yang jelas dari tempat ini adalah kepulan asap dan tumpukan kayu bakar yang dipakai untuk membakar sang mayat. Jika ada mayat yang sedang dikremasi asap pekat terlihat mengepul di udara.
Kesucian Sungai Gangga dipercaya dapat membebaskan jiwa seseorang yang mati bila dimandikan dengan airnya. Perahu kami cukup lama berada di Manikarnika ghat. Saya menyimak penjelasan Ravi sambil menyaksikan sendiri betapa kematian tidak diiringi dengan air mata.
Asap terus mengepul. Satu rombongan terlihat baru tiba. Mereka mengangkut mayat di tandu dan menghampiri tepi sungai. Tiba-tiba, plung! Mereka memiringkan tandu sehingga mayat yang dibalut kain keemasan berwarna oranye mencolok itu masuk ke air Sungai Gangga.
Tidak lama, beberapa laki-laki turun, mengambil kembali mayat terbalut kain yang basah itu dan meletakkannya di atas tandu. Mayat didiamkan sampai kering di anak tangga dan pihak keluarga menunggu giliran si mayat untuk dikremasi secara tradisional.
Bagi penganut Hindu kremasi lebih disukai karena api dipercaya menyucikan sehingga sukma mereka dapat terbebas dan tersucikan kembali. Begitulah yang mereka yakini. Mereka yang punya uang akan memilih kayu yang lebih mahal untuk membakar mayat keluarganya, sedangkan mereka yang miskin papa biasanya akan memakai kotoran sapi sebagai bahan bakarnya.
Mayat-mayat yang akan dikremasikan berdatangan sepanjang waktu. Tidak kurang 300 mayat