Bersaing Dengan “Istri Pertama”
Pepatah yang mengatakan “There is no free lunch” berlaku juga bagi Elon Musk. Bintangnya yang cemerlang di dunia bisnis tidak disertai keberuntungan yang sama di rumah tangga.
Pada Januari 2000, setelah akuisisi Zip2 oleh Compaq Computer, Elon Musk menikah dengan Justine, teman semasa kuliah di Queens University di Toronto. Justine yang kini penulis itu kelihatannya tak siap menjadi pendamping pria yang beralih dari sekadar pebisnis start-up menjadi milyuner dalam waktu sangat cepat.
Lama-kelamaan, dengan semakin suksesnya bisnis Elon Musk, dan perannya di masyarakat, Justine menyadari ia tak siap menjadi “trophy wife”: penurut, cantik jelita, siap tampil sebagai pendamping di publik, tapi tidak ada suara sama sekali dalam relasi di rumah. Pada 2008, mereka bercerai. Keduanya dianugerahi lima anak laki- laki. Sesuai dengan perjanjian sebelum pernikahan, Justine tidak memperoleh apa-apa kecuali rumah.
Tahun 2008 Elon Musk menikahi aktris Inggris, Talulah Riley. Dua tahun kemudian mereka bercerai. Lalu menikah lagi Juli 2013, untuk akhirnya bercerai lagi pada 2016. Mereka tidak mempunyai anak. Tidak seperti Justine, Talulah mendapatkan pesangon cerai sebesar AS$ 16 juta. Kini Justine sedang berjuang di meja hijau untuk memperoleh pesangon cerai pula.
Dengan jam kerjanya yang 100 jam kerja per minggu, Elon mengaku bangun pukul 07.00 dan tidur pukul 01.00 dini hari. Ketika bersama anak-anaknyapun ia tetap ber- multi-tasking dengan mengirim email.
Sepertinya siapa pun yang menjadi istri Elon Musk harus menerima, bahwa mereka tak dapat mengalahkan “istri pertama” Elon, yaitu bisnisnya.