Intisari

SEMUANYA KACA

- (Bramantyo)

Saat ini, lensa kontak lazim digunakan sebagai alat bantu jika penglihata­n kita mengalami gangguan. Siapa nyana, sejarah lensa kontak ternyata sudah sejak ratusan tahun silam.

Sejarah alat ini bisa kita telusuri sejak 1508 di Zaman Renaisans, yakni ketika penemu dan seniman asal Itali bernama Leonardo da Vinci masih hidup. Ia mengatakan, kekuatan kornea manusia dapat diubah setelah diekspos langsung oleh air.

Pada 1827, astronom asal Inggris, Sir John Herschel, mengajukan ide untuk membuat lensa dari cetakan mata seseorang. Akan tetapi lensa kontak baru benar-benar tercipta dan terpasang pada 1888 oleh F. A. Adolf E. Fick asal Swiss beserta Edouard Kalt asal Prancis.

Awalnya, lensa kontak cukup berat dan menutupi seluruh permukaan mata termasuk bagian putih mata ( sclera). Hasilnya sirkulasi oksigen di kornea berkurang dan pengguna hanya bisa memakainya untuk beberapa jam. Kenyamanan baru ditingkatk­an pada 1936 setelah optometris asal AS, William Feinbloom, berhasil mencampur kaca dengan plastik pada lensanya.

Lensa kontak yang hanya menutupi bagian kornea, baru ditemukan pada 1948 oleh ahli kacamata asal AS, Kevin Tuohy. Semakin sempurna lagi setelah tercipta soft lens hydrogel yang lensanya menggunaka­n air, karya ahli kimia asal Ceko, Otto Wichterle dan Drahoslav Lim pada 1959.

Pada 1961, alat bantu mata itu kemudian dinamakan HEMA dan AS ikut membuatnya melalui perusahaan Bausch & Lomb yang mulai produksi massal pada 1971. Hingga kini soft lens berbahan plastik tersebut masih digunakan karena kenyamanan, estetika, dan keawetanny­a yang bisa bertahan hingga satu tahun.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia