Cerita Hati Pasangan Sejati Ainun-Habibie
Ada suatu masa ketikaTaman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata di Jakarta Selatan, punya pengunjung rutin. Saban Jumat pagi, seorang lelaki lansia, berjalan sedikit tertatih menuju ke arah areal makam, tepatnya kaveling nomor 121. Di lokasi itulah letak makam istri tercintanya, Hasri Ainun Besari yang telah meninggalkan dirinya lebih dulu.
Sejak ditinggal pergi Ainun karena sakit, 22 Mei 2010,
Habibie memang selalu berupaya menyempatkan diri datang dan menyapa sang istri minimal seminggu sekali. Ia selalu hanyut dalam doa yang tak putus, menabur bunga, atau kali lain tampak mengalungkan tasbih di batu nisan. Situasi itu seolah membuktikan bahwa keduanya pasangan yang tak terpisahkan.
Dari kesaksian para pengurus makam, ziarah Jumat pagi itu biasanya dimulai sejak sekitar pukul 08.00. Setiap kali berkunjung, Habibie bahkan sering menghabiskan waktu sampai dua jam. Selama 100 hari pertama kematian Ainun, Habibie bahkan berkunjung setiap hari. Benarbenar sebuah rasa kehilangan seorang belahan jiwanya.
Surat rahasia
Habibie-Ainun. Pertemuan dan bersatunya dua manusia yang seolah tak terpisahkan ini, harus diakui tak lepas dari upaya teman-teman semasa mahasiswa di RWTH Aachen. Habibie muda yang dipanggil Rudy kala itu sudah terlihat sebagai pemuda cerdas dengan keinginan kuat untuk memajukan bangsanya.
Dalam benak teman-temannya, sesama mahasiswa Indonesia, Rudy merupakan aset bangsa yang tidak boleh terlepas dan menjadi bagian dari bangsa asing. Pemuda harapan
kisah kasih sepasang Habibie dan Ainun adalah manusia yang tak terpisahkan. Berawal dari kecanggungan, kisah perjodohan itu kemudian berjalan Keduanya langgeng hingga puluhan tahun kemudian. seolah tercipta untuk saling melengkapi.
bangsa ini harus tetap fokus dalam cita-cita memajukan negerinya.
Di sisi lain, kegelisahan temanteman ini sebenarnya dipicu oleh kedekatan Rudy dengan Ilona. Gadis Jerman keturunan Polandia itu dikenal Rudy saat ia masih tinggal di keluarga Neuefeiend. Rupanya, obrolan keduanya nyambung karena sama-sama menyukai seni, terutama puisi, musik, dan film. Jadilah mereka berpacaran.
Sampai beberapa waktu kemudian, hubungan antara dua anak manusia berbeda bangsa ini tetap terjalin tanpa aral melintang. Sementara bagi Rudy sendiri, ia merasa tidak ada masalah dengan hubungan itu. Namun justru kenyataan inilah yang membuat teman-temannya khawatir.
Teman-teman dekat Rudy sesama perantauan itulah akhirnya merasa perlu menyelamatkan “masa depan” bangsa. Secara lebih spesifik, artinya menyelamatkan Rudy sebelum melangkah terlalu jauh. Mereka akhirnya sepakat
untuk menyurati ibunda Rudy,
Toeti Marini, di Bandung.
Dalam surat, teman-teman dekat Rudy menyampaikan agar Bu Toeti memanggil Rudy pulang ke Bandung. “Tujuannya agar mendapat jodoh,” tutur Wardiman Djojonegoro, salah satu sahabat Rudy saat di Jerman saat ditemui Intisari di rumahnya, di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur, Oktober 2019.
Menariknya, menurut Wardiman, tindakan ini tidak diketahui Rudy. Bahkan tetap menjadi rahasia di balik layar, sampai akhirnya Rudy memboyong sang istri ke Jerman.
Aneka perjodohan
Sebelum bersekolah di Jerman, Rudy melewatkan masa remajanya di Bandung. Seperti lazimnya anak-anak muda, ia bergaul seperti biasa. Dalam lingkungan terbatas, ia memang sudah dikenal sebagai anak yang cerdas dan ekspresif. Wajahnya tampan, kalem, dan selalu rapi. Tak heran kalau ia menarik perhatian gadis-gadis.
Dalam buku Rudy: Kisah Masa Muda Sang Visioner (2015), terbitan Bentang Pustaka, dikatakan Rudy terutama menarik terutama bagi gadis-gadis yang usianya lebih tua. Mereka suka mencubit pipi Rudy dan membawakan roti. Rudy menjadi seperti adik kesayangan mereka.
Di antara para gadis kinyis-kinyis, salah satu yang dekat dengan Rudy bernama Farida. Gadis berparas cantik ini blasteran, ayahnya
Belanda sedangkan ibunya Manado. Rudy paling sering menghabiskan waktu bersama Farida atau sesekali menonton film.
Hingga kali pertama kepulangannya ke Indonesia setelah bertahuntahun di Jerman, Rudy juga pernah dijodoh-jodohkan dengan Tuti Suwarma. Putri dari Suwarna ini usianya jauh lebih muda, masih SMA, namun sudah diperkenalkan dengan Rudy dalam suatu acara pesta di rumahnya di Nord Rein, Westfahlen.
Di antara sesama mahasiswa Indonesia juga sudah menebak, Rudy akan menikahi Tuti pada saat kepulangannya selama tiga bulan itu. Apalagi keluarga Suwarna di Indonesia ikut menyambutnya dengan meriah. Bahkan ayah Tuti sendiri yang menyebut Rudy sebagai calon menantu. Namun rupanya pada saat itu pula, Rudy keburu terpincut pada gadis “pilihannya” sendiri.
Meledek Ainun
Rudy mengenal Ainun saat keduanya masih sama-sama SMA.
Bahkan, oleh orang-orang di sekitar mereka ketika itu, keduanya sempat dijodoh-jodohkan. Namun rupanya situasi itu tidak membuat Rudy nyaman. Hingga pada suatu hari yang aneh, Rudy malah terjebak meledek Ainun. “Ainun, kamu jelek! Sudah hitam, gendut lagi!” Ups!
Akan tetapi rupanya kondisi selalu mempertemukan Rudy dengan Ainun. Fanny kakak Rudy misalnya, adalah teman baik Muh, kakak Ainun. Keduanya sering bergaul bersama-sama.
Belakangan, ternyata Rudy juga akrab dengan R. Mohammad Besari, ayah Ainun. Rupanya, keduanya cocok untuk ngobrol tentang apa saja. Mulai dari yang sederhana, sampai serius.
Kepada Besari pula, Rudy pernah mengungkapkan cita-citanya membuat pesawat terbang. Di situlah ia mendapat dukungan. Besari pula yang menyarankan agar Rudy mendapat pendidikan yang terbaik untuk cita-citanya itu.
Diam-diam, rupanya Ainun memperhatikan kedekatan
saat keduanya masih Rudy mengenal Ainun sama-sama SMA. Bahkan, oleh orang-orang di keduanya sempat sekitar mereka ketika itu, dijodoh-jodohkan.
ayahnya dengan Rudy yang terasa istimewa. Jika pemuda lain datang ke rumahnya untuk berusaha mendekatinya, Rudy datang untuk ngobrol dengan ayahnya.
Cita-citanya dokter
Ainun merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Besari dan Hj. Sadarmi binti Iskandar. Empat anak lahir di Semarang (termasuk Ainun), sedangkan dua lainnya di pengungsian Yogyakarta akibat perang, serta Bandung.
Saudara-saudaranya mengakui, Ainun adalah “anak ayah”. Bahkan lokasi sekolah Ainun diusahakan selalu dekat dengan kantor ayah. Perhatian Besari juga begitu besar terhadap putrinya.
Dalam keseharian, Ainun dikenal sebagai anak cerdas sekaligus pendiam. Ia tidak banyak bergerak dan memilih banyak beraktivitas di rumah, namun tetap memiliki banyak teman. Di mata orangtuanya, ia juga anak penurut.
Sewaktu kecil, Ainun sering diare dan fisiknya sebenarnya tidak terlalu kuat. Namun ketika mahasiswa, ia justru sempat menjadi atlet dan berlaga di Pekan Olahraga Nasional.
Sebagai akademisi, Besari memang sangat mementingkan pendidikan anak-anaknya. Untuk urusan sekolah, Besari selalu mengupayakan yang terbaik untuk anakanaknya. Empat anaknya; Hari, Titi, Atsar, dan Ainun bahkan pernah indekos di keluarga Belanda, agar lancar berbahasa Belanda.
Karena kecerdasaan dan mengikuti cita-citanya sejak kecil, Ainun berhasil masuk ke Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia di Jakarta pada 1955. Angkatan itu merupakan angkatan pertama yang menggunakan ujian masuk dan ada batas waktu kuliah. Dari 125 orang di angkatan itu, hanya 10 persen yang perempuan.
Setelah lulus pada 1961, Ainun lulus dan melanjutkan ke bagian anak atau Pediatri. Dari satu angkatan, hanya enam orang yang nilainya memenuhi syarat untuk masuk ke penjurusan ini. Pada saat Rudy datang dari liburan melakukan pendekatan, saat itu Ainun sedang magang di Klinik Anak RSCM, Ja
Ainun adalah Saudara-saudaranya mengakui, “anak ayah”.
Bahkan lokasi sekolah Ainun diusahakan selalu dekat dengan kantor ayah.
karta Pusat.
Di sela liburannya ke Indonesia, tak butuh waktu lama bagi Rudy untuk terpikat dengan Ainun, bahkan kemudian meminangnya. Pada 12 Mei 1962, atau dua bulan sejak kepulangannya, pasangan ini menikah di Ranggamalela dalam adat Jawa. Esok harinya diadakan resepsi dengan budaya Gorontalo di Hotel Preanger.
Dapat perempuan Jawa
Kabar pernikahan Rudy dan Ainun tentu saja tersiar hingga ke Jerman. Momen inilah yang ditunggu-tunggu oleh teman-teman Rudy yang masih tinggal di sana. Terutama ... tim kecil yang menyurati ibunda Rudy hingga membuat Rudy harus pulang kampung.
Wardiman Djojonegoro mengenang, saat itu teman-teman mahasiswa Indonesia benar-benar menanti seperti apa sosok Ainun. Saat mereka bertemu dan beramah tamah, mereka berbisik-bisik, beruntung sekali Rudy mendapat perempuan Jawa yang ayu dan kalem.
Ainun pula yang kemudian dengan sabar mendampingi Rudy
dalam cita-citanya memajukan SDM Indonesia. Mulai dari berkarier di Jerman, hingga kemudian pada 1973 diminta pulang oleh Presiden Soeharto untuk mengembangkan riset dan penelitian di Indonesia.
Berdampingan selama 48 tahun perkawinan, membuat pasangan ini benar-benar tidak terpisahkan. Hal ini terlihat betapa hancur hati Habibie atas kepergian Ainun yang disebutnya sedang pergi ke “dimensi lain”. Kepiluan hatinya antara lain dituangkan dalam buku Habibie & Ainun (2010) yang ditulis dalam rangka mengobati kepiluan hatinya. Buku itu kemudian juga difilmkan pada 2012 dengan pemeran Reza Rahadian sebagai Habibie dan Bunga Citra Lestari sebagai Ainun.
Menjelang akhir hayatnya, kepada media massa, Habibie sering mengungkap tentang perasaannya setelah ditinggal sang istri yang telah memberinya dua anak dan enam cucu. Meski ia telah merelakannya, tampak sangat berat baginya untuk move on.
Sebagai pengobat hati, suatu kali Habibie sampai merasa harus menapak tilas perjalanan hidup bersama Ainun semasa hidup di Jerman. Acara sepanjang jalan kenangan itu bahkan sampai memakan waktu enam bulan, karena menelusuri berbagai tempat kenangan mereka berdua. Satu per satu.
Saat Ainun meninggal, pemerintah menyediakan sebuah kaveling pemakaman di TMP
Kalibata sebagai penghormatan kepada Ibu Negara. Habibie setuju saja jika istrinya dimakamkan di sana, asalkan tersedia juga sebuah kaveling kosong bagi dirinya mendampingi di kemudian hari. Karena akhirnya ia tahu kaveling nomor 120 di sebelah kanan kosong, maka Habibie setuju.
Setelah hampir sepuluh tahun dalam kesendirian, 11 September 2019, Habibie akhirnya mendampingi Ainun kembali. Di TMP Kalibata, pusara mereka bersisian.
Habibie sering mengungkap tentang perasaannya setelah ditinggal sang istri yang telah memberinya dua anak dan enam cucu. Meski ia telah merelakannya, tampak sanga tberat baginya untuk moveon.