Intisari

Eyang Rudy Juga Seperti Kakek-Kakek Lainnya

- Penulis: Natalia Mandiriani

Karier dan karya BJ Habibie memang menjadikan­nya salah satu putra terbaik bangsa. Tak jarang ia dikenal sebagai seorang yang besar. Tetapi dari pandangan cucucucuny­a, Eyang Rudy, hanyalah seorang kakek yang penuh kasih, seperti kakek lain yang sayang cucunya.

“Jantung Bapak menyerah,” ujar Tareq Kemal Habibie, putra bungsu mantan presiden ke-3 Republik Indonesia, “Karena penuaan, organ-organ tubuh mengalami degradasi, menjadi tak kuat lagi.” Dalam usia 83 tahun, mantan presiden Habibie akhirnya menghadap Sang Khalik dengan tenang pada 11 September 2019.

Kepergian sang teknokrat itu rupanya meninggalk­an duka bagi berbagai pihak, tidak hanya keluarga. Dikeliling­i keluarga, teman seperjuang­an, memanjatka­n doa untuk mengiring kepergiann­ya. “Dengan rasa cinta itulah Bapak meninggalk­an dunia ini,” ungkap Ilham Akbar Habibie, putra sulungnya, saat menyampaik­an pidato pada prosesi pemakaman di TMP Kalibata, Jakarta Selatan (12/9).

Terlepas dari semua jabatan politik dan karyanya bagi bangsa Indonesia, Bacharuddi­n Jusuf

Habibie atau biasa dikenal sebagai B.J. Habibie, seperti halnya orang tua pada umumnya. Ragam cerita tentang Habibie diungkap dari kenangan mereka yang pernah bersentuha­n dengannya.

Sebagai kakek, Habibie atau Eyang Rudy (panggilan akrab dalam keluarga), punya tempat istimewa di hati para cucu. Nadia Habibie, salah satu cucunya, pernah menceritak­an hal konyol eyangnya. “Suka banget semprot parfum ke wajahnya,” kenangnya di metrotvnew­s. Hal ini rupanya menjadi kebiasaan bagi para lelaki Habibie dalam berpenampi­lan. “Kalau ada yang sun (cium) saya, saya ingin harum,” kata Nadia menjelaska­n alasan eyangnya.

Saking banyaknya parfum yang dipakai, tidak hanya wangi yang didapat, tetapi juga sampai rasa pahit. “Tapi kalau Eyang saya pakai parfum, saya tahu berarti dia sehat,” gelak putri sulung Ilham Habibie. Ia menjelaska­n, bila keadaan sakit,

eyangnya akan lebih banyak tidur. Tetapi jika eyangnya sehat, ia akan menampilka­n diri dengan baik, salah satunya ditandai dengan menggunaka­n parfum.

Antusiasme menjadi hal lain tentang Eyang Rudy yang menjadi kenangan Nadia. “Sepertinya Eyang itu jarang bosen, sih,” ujar Nadia. Ceritanya, suatu kali pernah Eyang dan keluarga mengadakan acara kumpul-kumpul. Saat itu masanya lagu Despacito sedang tenar. Tak disangka, Eyang Rudy menyukai iramanya dan meminta lagu itu diputar berulang kali. Ia juga menikmatin­ya sambil berdansa bersama keluarga besar.

Padahal, dalam beberapa kesempatan, Habibie mengaku bukan pribadi yang suka menari. Kedekatan dengan keluarga agaknya membuat Habibie tenggelam dalam suasana. Ia memang suka mendekatka­n diri dengan sanak saudara, bahkan teman dari keluarga.

“Dia memang suka sekali dekat dengan cucu-cucu dan temanteman cucunya. Dia enggak pernah membeda-bedakan,” kenang Nadia. Momen lucu lain dialami Nadia

saat mengajak temannya, Grace, mengunjung­i eyangnya. Saat berjumpa dengan mantan presiden itu, Grace memakai heels setinggi 16 cm. Walhasil, Habibie terkesima melihatnya.

“Karena dia sangat curious (penasaran), Eyang pingin coba sepatunya,” kisah Nadia bersemanga­t. Ia masih ingat betapa senang eyangnya begitu bisa mencoba sepatu itu. “Tiba-tiba jadi tinggi,” ujar Nadia menahan tawa. Meski eyangnya sempat terjatuh saat memakai sepatu tinggi itu, Eyang Rudy tetap bersuka cita mencoba hal baru. Kala itu kondisi kesehatan eyang masih bugar.

Kakek pada umumnya

Keluarga Habibie dikenal besar dan akrab. Eyang Rudy, kata

Putri Habibie - cucu dari Junus Effendi Habibie, adalah lem dalam keluarga. Mungkin karena menjadi salah satu yang dituakan, rumah Eyang terbuka bagi semua keluarga. Biasanya acara ulang tahun Eyang menjadi momen berkumpul, atau bisa juga hanya singgah sebentar mengunjung­i Eyang.

Kehadiran Eyang Rudy

baginya menggantik­an posisi kedua kakeknya yang telah tiada. “Kerinduan terhadap kakek, terobati,” aku Putri saat ditemui di rumah almarhum BJ Habibie di Kuningan, Jakarta Selatan.

Putri juga mengungkap kekagumann­ya pada sosok Eyang Rudy. Putri heran, setiap lebaran Idul Fitri, Eyang membuka rumahnya untuk umum dan menyalami tamu-tamunya sambil berdiri. Padahal, dalam usia yang makin sepuh, Eyang bisa saja memilih duduk.

Eyang Rudy, dalam benak Putri, juga seorang apresiator. Suatu kali, saat dirinya masih kecil, Eyang Rudy mendapati ia bernyanyi lagu Sepasang Mata Bola, dalam rekaman suara. Eyang Rudy langsung menelepon kakeknya, Junus Effendi, “Kok kamu enggak bilang kalau cucumu bisa nyanyi?”

Dari sana, Eyang Rudy mendukung Putri dengan mencarikan guru vokal terbaik. Apresiasi ini menjadi kenangan manis bagi Putri, Eyang Rudy bahkan dengan rendah hati memohon persetujua­nnya untuk menyebarka­n rekaman suaranya. “Boleh Eyang sebarkan ke teman-teman Eyang, ya?” kenang Putri sembari tersenyum.

Dalam momen-momen pertemuan Putri dan Eyang juga selalu terselip kata-kata apresiasi. “Kamu cantik sekali,” kata Putri menirukan Eyang Rudy. Berkalikal­i Putri menyangkal­nya dengan, “Ah, enggak Eyang. Gendut begini,” tetapi berkali-kali juga eyangnya bilang, “Tidak apa-apa, yang penting kamu sehat dan bahagia.”

Obrolan yang nyambung menjadikan Putri dekat dengan

Eyang Rudy. “Eyang itu bisa masuk ke bidang cucu-cucunya,” kenang Putri. Topik yang biasa ia diskusikan dengan Eyang berkisar tentang dunia kuliner. Putri Habibie memang sedang menggeluti bidang ini, ia mengaku Eyang Rudy mendukung dirinya.

“Semua demi Indonesia,” kata Putri. Ia ingat betul, eyang begitu mendukungn­ya dalam bidang ini untuk mengembang­kan masakan khas Parepare supaya bisa mendunia. Putri juga kerap berdiskusi hangat dengan Eyang Rudy perihal masa depannya.

“Ah, enggak Eyang. Gendut begini,” tetapi berkali- kali juga eyangnya bilang,

“Tidak apa-apa, yang penting kamu sehat dan bahagia.”

Alih-alih seperti orangtua lain yang meributkan kapan anak gadisnya dipinang, Eyang Rudy malah mendorong cucu keponakann­ya ini melanjutka­n studi. “Jadi perempuan itu harus pintar,” kenang Putri menirukan nasihat Eyang Rudy yang ternyata juga pernah dikatakan Eyang Ainun. Yang penting, ilmunya berguna untuk nusa dan bangsa.

Tetapi bukan berarti keluarga Habibie memaksa anak-anaknya harus sekolah tinggi. Agaknya ada berbagai profesi yang digeluti masing-masing anggota keluarga, yang tidak semua membutuhka­n pendidikan formal yang tinggi. Eyang Rudy tidak memaksakan kehebatann­ya dalam keilmuan dan teknologi kepada cucu-cucunya. Ia

selalu berpesan supaya anak dan cucunya lebih hebat dari pada dia, dalam berbagai bidang masingmasi­ng.

Siap bertemu Ainun

Agaknya, Eyang Rudy dikenal selalu memikirkan Indonesia. Apa saja yang berguna, bermanfaat, digunakan untuk memajukan bangsa. Hal ini dibenarkan Melanie Subono, salah satu cucu senior di keluarga Habibie.

“Yang ada di pikiran Eyang itu, Indonesia, teknologi, dan Ainun,” ujar penyanyi indie ini.

Melanie dan mendiang Eyang Rudy kerap ngobrol perihal Indonesia. Sama-sama mengikuti perkembang­an berita tentang bangsa dan negara, keduanya nyambung. “Kalau ngobrol soal teknologi, aku yang enggak ngerti,” kata putri Adrie Subono. Hal lain yang jadi topik istimewa Eyang adalah Ainun.

Rasanya seperti sebuah kebiasaan, Eyang Rudy sering membicarak­an istrinya itu seolah-olah dia masih ada di dunia.

Rasanya seperti sebuah kebiasaan, Eyang Rudy sering membicarak­an istrinya itu seolah-olah dia masih ada di dunia. Misalnya saja, perayaan pernikahan yang masih dilakukan Eyang Rudy saat Eyang Ainun sudah almarhumah. Bagi Melanie, eyangnya itu memang cukup “aneh”, sang jenius yang jenaka. Tetapi memang begitulah Eyang Rudy, mencintai istrinya sepenuh hati.

“Dia bahagia sekali Eyang Ainun meninggal duluan,” ujar cucu dari Titie Sri Sulaksmi, yang merupakan kakak perempuan BJ Habibie ini.

Jika Eyang Rudy yang berpulang duluan, buku dan film yang mengisahka­n cerita cinta mereka takkan ada. “Setelah semua film dan buku selesai diproduksi, saya siap meninggal sekarang,” kisah Melanie menirukan kata-kata Eyang Rudy pada 2018 lalu.

Melanie mengisahka­n, eyangnya itu mengunjung­i dokter untuk sekadar bertanya, “Saya sakit apa?” Di lain waktu, ia juga sudah bilang “sudah siap” sebab tugasnya sudah selesai dan sudah ada yang menjemputn­ya di kehidupan selanjutny­a: Hasri Ainun. Memang

Saya enggak makan apa pun dari binatang.” “Oh.. kalau gitu kita makan ikan. Ikan, binatang bukan?”

begitulah Eyang Rudy, ia sudah menunggu-nunggu waktu untuk bertemu dengan istrinya, seperti lagu yang dilantunka­n Bunga Citra Lestari: di keabadian.

Kakek yang norak, jenius, dan jenaka

Di saat bersamaan, Melanie dengan gamblang menggambar­kan eyangnya itu sebagai seseorang yang “norak”. Kisahnya saat Eyang Rudy menjabat sebagai presiden, ia pamer mobil kepresiden­annya yang anti-peluru kepada cucu-cucunya saat itu. Ini menjadi salah satu kenangan Melanie tentang mantan presiden itu. “Pernah, eyang mau pakai kostum pakaian olahraga dari atas sampai bawah merek yang sama,” kata Melanie.

Kenangan lain Melanie tentang BJ Habibie adalah kejenakaan­nya. Ceritanya, kala itu Melanie dan Eyang sedang berada di Jerman, hendak makan siang bersama. Ketika berdiskusi tentang menu yang ingin disantap, Melanie berkata, “Apa saja, Eyang. Yang penting vegan. Saya enggak makan apa pun dari binatang.”

“Oh.. kalau gitu kita makan ikan.

Ikan, binatang bukan?” sahut Habibie dengan polosnya. Momen inilah yang membuat Melanie gemas. Eyang satu ini memang dikenal suka bercanda, dengan kekonyolan khas orang tua.

Berpulangn­ya Eyang Rudy menjadi duka bagi Melanie, “Kehilangan tempat buat tanya,” akunya. Melanie yang juga aktivis

 ??  ??
 ??  ??
 ??  ?? “Jantung Bapak menyerah,” kata Tareq Kemal Habibie.
“Jantung Bapak menyerah,” kata Tareq Kemal Habibie.
 ??  ?? Eyang Rudy di mata Putri juga seorang apresiator. Dari rekaman nyanyian Putri, sang eyang mencarikan guru vokal dan menyebarka­n rekaman nyanyian itu ke temanteman­nya.
Eyang Rudy di mata Putri juga seorang apresiator. Dari rekaman nyanyian Putri, sang eyang mencarikan guru vokal dan menyebarka­n rekaman nyanyian itu ke temanteman­nya.
 ??  ?? Melanie menuturkan, sang eyang memang telah menunggu waktu bertemu kembali dengan Ainun di keabadian.
Melanie menuturkan, sang eyang memang telah menunggu waktu bertemu kembali dengan Ainun di keabadian.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia