The Habibie Center: Merawat Warisan Nusantara
Usai tak kiprahnya lepas sebagai tangan presiden, Habibie agaknya dan meninggalkan cita-citanya bagi Indonesia. Bersama istri dan kedua anaknya, lahirlah The Habibie Center, menyematkan nilai-nilai hidup mereka tentang demokrasi, budaya, teknologi, dan hak asasi manusia.
Siang itu lalu lintas di depan gedung The Habibie Center (THC) cukup padat. Gedung yang terletak di kawasan Kemang, Jakarta Selatan itu tampak lengang. Terdiri atas tiga lantai, kantor THC sendiri berada di lantai dua. Sekitar 20 orang mengerjakan bagian masingmasing. Ada bagian administrasi, ada peneliti.
Dua puluh tahun lalu, lembaga ini didirikan. Tepatnya, 10 November 1999, selepas masa jabatan presiden Habibie. Sebagai bentuk pengabdiannya kepada Ibu Pertiwi, ia ingin membangun sumber daya manusia, melalui demokratisasi. Lembaga yang independen, nonpemerintah dan non-profit ini bekerja dengan landasan nilai-nilai pendirinya, salah satu yang menjadi fokus utamanya yakni mengawal pembangunan bangsa.
“Membantu pembangunan nasional, juga mengupayakan pemerataan pembangunan, mewujudkan masyarakat madani,” ujar direktur eksekutif THC, Hadi Kuntjara, P.hD tentang tujuan
THC. Ia yang sudah bergabung sejak semula, kini bertugas menjadi pelaksana atau eksekutor harian di THC sesuai dengan arahan dewan pembina dan pengawas.
Bukan tanpa alasan THC melandaskan demokrasi, budaya, teknologi, dan HAM sebagai pilarpilarnya. Selain itu, visi yang diusung juga didasarkan pada moralitas, integritas budaya, dan nilai-nilai agama. Habibie memang dikenal jenius, tetapi ia juga memberikan perhatian yang cukup besar pada iman dan takwa (imtak).
“Orang yang hebat imtaknya tapi tidak tahu iptek, dia tidak akan mampu menolong dirinya sendiri. Sebaliknya, orang punya ipteknya saja tetapi tanpa imtak, bahaya, dia
akan menghalalkan semua cara,” ujar Habibie yang juga dijuluki Bapak Demokrasi ini, seperti dilansir dari kompas.com.
Hal ini juga disampaikan Kun, panggilan akrab Hadi Kuntjara, Habibie kerap mengingatkannya tentang pentingnya imtak yang mengimbangi iptek. Namun cara mengingatkan yang dimaksud Kun bukan lewat kata-kata. “Beliau tidak menyuruh kita puasa, tapi beliau melakukannya,” kisah Kun.
Inilah yang menginspirasinya, bahwa iptek mesti bersandingan dengan imtak. “Berusaha secara optimal dengan olah pikir, tetapi selalu ada doa kepada Tuhan Yang Maha Esa,” kenang Kun mengingat teladan Habibie.
Mengawal demokratisasi
Lembaga besutan Habibie ini dikatakan Kun, “Bagian sekrup untuk membantu pemerintah.” Dengan menyediakan tenaga staf dan peneliti profesional,
THC berharap bisa membantu pemerintah untuk memajukan bangsa.
Tujuan ini memang sejalan dengan pesan Habibie, ia ingin supaya lembaga ini berjalan beriringan dengan pemerintah. Utamanya mengawal demokratisasi dan HAM. Inilah yang juga sering diingatkan almarhum Bapak Kebebasan Pers itu.
Bekerja sama dengan pemerintah dan komunitas terkait, THC berusaha hadir untuk ikut berkontribusi mewujudkan citacitanya. Misalnya saja, melalui program Community Empowerment for Raising Inclusivity and Trust through Technology Application (CERITA). Dengan memanfaatkan seni bercerita ( storytelling), program ini dibuat untuk melawan diskriminasi, mendorong inklusivitas dan membangun rasa saling percaya.
Program yang dimulai pada 2017 ini berangkat dari kekhawatiran akan tingginya polarisasi yang tidak sehat dalam masyarakat. Pasalnya, ada indikasi rasa saling
curiga, menghujat, diskriminasi, juga radikalisme yang dipicu informasi hoaks. Alasan-alasan ini agaknya mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.
Melalui program ini, THC mengumpulkan anak-anak muda yang berasal dari berbagai latar belakang suku, agama, dan golongan, untuk mengikuti workshop atau disebut Kafe CERITA. Misinya, peserta akan dibina dan difasilitasi secara interaktif dan menyenangkan untuk bisa berdialog dan bercerita, serta memahami identitas diri dan orang lain.
Di akhir pertemuan, mereka yang memiliki latar belakang berbeda satu sama lain, bisa lebih saling mengerti. Harapannya, perbedaan latar belakang tak lagi jadi hambatan untuk berinteraksi dan saling mengenal. Peserta yang sudah menyelesaikan program CERITA, akan dilantik menjadi Duta CERITA. Merekalah yang kemudian saling berkolaborasi mereplikasi Kafe CERITA di komunitas masing-masing.
Program ini awalnya diluncurkan di lima kota besar, yakni Bandung,
Jakarta, Malang, Yogyakarta, dan Solo. Selebihnya, kini sudah direplikasi di 15 kota/kabupaten dengan lebih dari 1.000 peserta di Indonesia.
Upaya inilah yang terus dilakukan THC untuk mewujudkan cita-cita Habibie, “Membantu masyarakat untuk lebih matang dalam demokratisasi, juga memperjuangkan hak asasi manusia,” ujar Kun saat ditemui Intisari di kantornya. Program CERITA agaknya menjadi bukti nyata komitmen THC mengejawantahkan pilar-pilarnya.
Improve terus
Berangkat dengan latar belakang ilmu pengetahuan, Habibie nyatanya tidak berhenti belajar, termasuk mengikuti perkembangan teknologi. Inilah yang juga menjadi inspirasi THC menghidupi nilainilai yang disematkan pendirinya. Juga diamini oleh Kun mereka yang terlibat dalam THC.
“Bidang-bidang beliau mencapai tahap excellent,” kata Kun yang sudah bekerja bersama Habibie sejak di pemerintahan itu. Bagi
Kun, cara kerja Habibie yang selalu
melakukan perbaikan dalam bidang pekerjaannya, menginspirasi. Karena itulah, hal-hal yang dikerjakan Habibie menjadi lebih baik.
“Beliau juga selalu mengingatkan untuk check & recheck,” tambah Kun. Bagi Habibie, melakukan pemeriksaan itu baik, apalagi bila melakukan pemeriksaan ulang, akan semakin baik. Agaknya, ini terpengaruh dari latar belakang Habibie yang berhubungan dengan pesawat terbang. Tentu perlu pemeriksaan berkali-kali, soalnya bila salah sedikit, bisa fatal akibatnya.
Salah satu departemen dalam lembaga ini, Politik dan Pemerintahan, yang diketuai Bawono Kumoro, juga menyoroti kondisi Indonesia terkini. Misalnya saja, perhatian soal realisasi cita-cita pemerintahan yang bersih ( good goverment) terus dipertanyakan.
“Setelah dua dekade usia reformasi, bangsa ini perlu melakukan semacam evaluasi sejauh mana cita-cita reformasi tahun 1998 lalu berhasil kita capai saat ini,” katanya. Hal ini sekaligus mendorong kesadaran berbagai pihak untuk mewujudkannya.
“Kami merencanakan akan menggelar sebuah konferensi nasional mengenai perjalanan demokrasi kita selama dua dekade ini,” ujar Bawono. Konferensi yang akan mengundang sejumlah pakar dan pelaku demokrasi di Indonesia itu rencananya diadakan tahun 2020.
Rupanya, kegiatan ini juga sebagai amanah dari mendiang
Habibie, “Melalui kegiatan itu, kita harapkan muncul berbagai pemikiran dan evaluasi bagi perbaikan-perbaikan kehidupan demokrasi di Indonesia di masa depan.”
Menghargai orang lain
Soal marah-marah, Habibie agaknya tidak sering menunjukkan reaksi murka. “Marah yang wajar,” ujar Kun. Ia mengaku pernah dimarahi karena memarkir mobil
“Eyang seorang yang menghargai gagasan orang lain,” kata Aan. Ia juga mengamati, meski fisik Habibie mulai sakit-sakitan, masih saja semangat.
dalam waktu lama sedangkan Habibie perlu buru-buru. Tetapi reaksi Habibie hanya, “Kok lama banget sih,” dengan gaya khasnya yang jenaka. Tetapi setelah itu, suasana kembali cair.
Karakter Habibie juga diteladani para staf yang bekerja di bawah naungan THC. Misalnya saja Aan yang sudah 11 tahun bergabung, kini ia menjabat sebagai Program Manager. Baginya, Habibie adalah orang paling inteligen yang pernah ia temui. Beberapa kali mendapat kesempatan bertemu langsung dengan mantan presiden RI itu,
Aan antusias, “Mata Eyang begitu berbinar.”
Dalam kesempatan yang singkat itu, terjadi obrolan ringan antara dia dan Habibie, “Kelihatan banget cerdasnya.”
“Eyang seorang yang menghargai gagasan orang lain,” kata Aan.
Ia juga mengamati, meski fisik Habibie mulai sakit-sakitan, masih saja semangat. Lagi-lagi, semua untuk Indonesia. Aan mendapatkan pengalaman ini sewaktu meminta Habibie menyampaikan pesan kebangsaan melalui kanal YouTube THC.