Tahun Tikus Logam 2020: Masa Menanti Kepastian Menunggu Jawaban
Tahun Babi Tanah atau tahun 2019 yang akan meninggalkan kita, ternyata masih menyisakan beberapa isu hangat yang gaungnya masih akan berlanjut ke tahun 2020 ini. Salah satunya, ancaman krisis ekonomi. Benarkah krisis akan terjadi? Apa masih ada peluang di tengah situasi penuh ketidakpastian itu?
Siapa orangnya yang tidak takut mendengar kata “krisis”? Kata ini sudah terdengar seperti momok di telinga banyak orang. Terutama bila teringat pada beberapa krisis yang pernah melanda beberapa negara, termasuk negeri kita, seperti krisis 1998 atau 2008.
Walau masih sebatas rumor, ancaman krisis terbukti sudah membuat perekonomian dunia menjadi sangat lambat. Kabar ini pula yang membuat banyak pelaku usaha hanya bisa menunggu, lantaran tidak kunjung adanya kepastian. Ketika situasi ini berakibat kepada lemahnya daya beli masyarakat, maka ujungnya adalah dunia bisnis yang semakin lesu.
Lesunya perdagangan dunia, menurut catatan International Monetary Fund (IMF), menyebabkan pertumbuhan ekonomi pada 2019 lalu hanya mencapai 3,2%. Sementara untuk 2020 ini, mereka hanya berani memproyeksi pertumbuhan sebesar 3,5% atau lebih rendah dari proyeksi sebelumnya yang 3,6%.
Membahas krisis, yang tak kalah penting adalah mengintip pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat yang terus melambat, dari 2,9% (2018), menjadi 2,3% (2019), kemudian diprediksi hanya 2% tahun 2020. Rival AS di bidang ekonomi, yakni Cina, juga hanya tumbuh 6,2% (2019) menjadi 6,1% (2020). Sementara Eropa nasibnya lebih baik, yakni tumbuh 1,1% (2019) menjadi 1,4% (2020).
Bagaimana dengan Indonesia? Kalau mau merujuk kepada proyeksi dari Bank Indonesia, kondisi ekonomi global tentu saja akan mempengaruhi negara kita. Sebenarnya pertumbuhan ekonomi kita tetap
Tahun Tikus akan dimulai pada tanggal 25 Januari 2020 dengan menggunakan perhitungan kalender lunar (bulan), dan 4 Februari 2020 jika menggunakan perhitungan kalender solar (matahari).
Kemanakah arah ini semua? Kita tentu hanya bisa berharap agar segala persoalan perekonomian global yang hampir memasuki tahun ketiga ini dapat terselesaikan dengan baik.
bagus, hanya saja naiknya tidak terlalu kuat. Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, pertumbuhan ekonomi ini akan ditopang konsumsi rumah tangga yang masih cukup baik, meski tidak terlalu kuat.
Kalau bicara angkanya, menurut proyeksi BI, pertumbuhan ekonomi pada 2020 ada di kisaran 5,1%-5,5%. Sementara menurut perkiraan pemerintah, sesuai target APBN, adalah 5,3%.
Bagi kita yang hidup di Indonesia, mungkin yang menyedihkan, kita seperti hanya terombang-ambing oleh situasi ini tanpa bisa berbuat terlalu banyak. Sebagai negara yang kekuatan ekonominya lemah, kita seolah hanya menerima imbas dari persoalan negara-negara maju, seperti AS, Cina, dan Eropa Barat.
Ke manakah arah ini semua?
Kita tentu hanya bisa berharap agar segala persoalan perekonomian global yang hampir memasuki tahun ketiga ini dapat terselesaikan dengan baik.
Akan tetapi jika kita mau mensyukuri, sesungguhnya Indonesia baru saja menyelesaikan sebuah pekerjaan besar yakni
Pemilu Legislatif dan Pemilihan Presiden. Meski sempat diwarnai dengan berbagai ketegangan antarpendukung calon-calon pemimpin, ternyata semua akhirnya berakhir dengan baik. Bahkan, rekonsiliasi itu ditandai dengan bergabungnya calon presiden yang berlaga dalam kabinet.
Terpilihnya kembali
Presiden Joko Widodo yang kini didampingi
Wakil Presiden
KH. Ma’ruf
Amin, telah memberikan harapan
baru. Selain menjamin kelanjutan dari program pembangunan 5 tahun sebelumnya, juga stabilitas politik di dalam negeri. Bukankah stabilitas politik merupakan syarat perekonomian yang maju?
Pengaruh outer planet
Dari sudut pandang Astrologi, rumor tentang adanya resesi memang sudah lama terdengar. Bahkan, kabarnya, tahun 2020 ini merupakan tahun yang berat. Lebih memprihatinkan lagi, kondisi ini masih akan berimbas beberapa tahun kemudian.
Dari sudut Astrologi, penyebab resesi kali ini adalah terciptanya sudut lancip dari Saturnus dan Uranus. Sayangnya, resesi ini akan berlangsung cukup lama karena pergerakan Saturnus dan Pluto membentuk sudut terhadap
Uranus dan Neptunus.
Seperti kita tahu, tiga planet itu merupakan outer planet yang pergerakannya dalam mengelilingi Matahari, lebih lama dari Bumi. Yakni sekitar
250 tahun. Jadi kalau tiga planet itu terkena faktor negatif, maka ceritanya juga akan panjang
Akan tetapi, kita harus berpikir jernih dalam menghadapi situasi yang sulit ini. Setelah banyak bekerja dengan Astrologi, saya memahami bahwa resesi
sebenarnya sebuah suatu hal yang lumrah. Tak terhindarkan. Ada masa bertumbuh, ada masanya menahan diri. Ada saat menarik napas, ada saatnya mengeluarkan napas.
Jika dilihat dari sudut pandang optimis, resesi atau tidak, semua orang toh tetap akan memenuhi kebutuhannya. Aktivitas manusia tetap seperti waktu-waktu sebelumnya. Jadi, perekonomian dan bisnis tetap berjalan.
Apalagi yang namanya “resesi”, sejatinya selalu ada di dunia, baik secara global maupun personal. Ada yang sifatnya umum dan berimbas pada banyak orang, maupun terjadi pada individu tertentu. Semua bergantung kepada kondisi bintang maupun shionya.
Jangan lupa, dalam resesi sekalipun selalu ada hukum keseimbang
Tahun ini adalah Tahun Tikus Logam yang bertransformasi menjadi Air dalam gunung, tapi secara perhitungan Air akan sangat lemah pada tahun 2020 ini. Walaupun Tikus berelemen Air, tapi berdasarkan perhitungan, Tanah cukup berkuasa pada tahun 2020 ini. Kondisi itu menggambarkan keadaan yang stagnasi, menunggu momentum untuk bergerak selama tahun 2020 ini.
an: yin dan yang. Selalu ada kesempatan di dalam kesempitan. Selalu ada peluang, di tengah kesulitan. Nah, potensi-potensi positif itulah yang harus kita maksimalkan.
Kondisi Indonesia
Bagi negara Indonesia, secara umum kondisi sosial politik masih bisa dibilang baik. Hanya saja, perlu diwaspadai beberapa potensi gejolak yang bisa terjadi di wilayah Timur Indonesia, seperti Sulawesi, Maluku, dan Papua. Gejolaknya berupa upaya pemecah belah persatuan yang selama ini sudah terbentuk dengan baik.
Menghadapi segala ancaman itu, pemerintah harus bekerja dengan cepat dan tepat. Tujuannya agar mendapat dukungan dari rakyat dan negara tetangga. Pemerintah harus membangun sumber daya manusia untuk mengatasi segala persoalan ini.
Pemerintah juga harus pandai dalam mengelola keuangan. Memang pada 2020 terjadi penurunan dalam bidang ekonomi, tapi tidak signifikan. Kuncinya ada pada kontrol keuangan dan mengefisiensikan peraturan yang ada.