Sang Perawat Bangku Rotan Gereja
Di tengah keheningan suasana Gereja Santa Maria Pelindung Diangkat Ke Surga atau biasa dikenal sebagai Gereja Katedral Jakarta, siang itu, beberapa orang tampak duduk berdoa, sementara para wisatawan berkeliling untuk berfoto di tempat ibadah yang bersejarah itu. Deretan kursi kayu tua berbahan anyaman rotan berjajar di lambung gereja.
Dinding-dinding kokoh dengan ornamennya, altar suci, orgel tua tahun 1988 buatan Belgia, dan berbagai barang yang masih asli sejak gereja dibangun harus diperhatikan agar tidak rusak. Tak terkecuali kursi-kursi kayu jati tempat duduk para jemaat. Dari sekian banyak barang, deretan kursi tersebutlah yang justru lebih membutuhkan perhatian dan perawatan khusus. Kedatangan
jemaat setiap hari, membuat bagian rotan dari kursi rentan kerusakan.
Kondisi ini tentu tidak dibiarkan begitu saja. Samin, pria 72 tahun, sigap memperbaikinya. Jari jemari lincah Samin dengan cekatan merangkai rotan-rotan kecil untuk memperbaiki sandaran dan alas duduk kursi.
Mula-mula, ruas rotan yang rusak dibongkar. Lalu, dengan bahan rotan Palembang yang baru, Samin menganyam ulang satu ruas untuk sandaran serta dudukan. Untuk setiap ruas sandaran dan dudukan butuh satu kilogram rotan. Proses penganyaman makan waktu sampai tiga hari untuk setiap ruas.
Samin menganyam hingga sore. Pukul 19.00 biasanya ia baru sampai di rumah. Rutinitas ini setia ia lakukan di
Menjelang sore, Samin membenahi kembali kursi yang anyamannya sudah direparasi, sambil menyapu bekas-bekas potongan rotan di lantai. Dengan anyaman yang baru dan empuk, Samin berharap setiap jemaat dapat duduk dan berdoa dengan khusyuk.