Jawa Pos

Candi Dermo Dipugar setelah 662 Tahun

Candi Dermo memang mulai rapuh. Tetapi, pengunjung­nya tidak pernah sepi. Banyak kalangan yang datang untuk mengetahui candi yang belum pernah dipugar sejak berdiri itu. Menjelajah­i Candi-Candi di Kota Delta (5)

-

BEBERAPA orang tampak memanjat tembok Candi Dermo pada Rabu Siang kemarin (6/5). Dengan tangga dari alumunium, mereka memeriksa dindingdin­ding candi di Desa Candi Negoro, Kecamatan Wonoayu, tersebut. Begitu terdengar azan Duhur, mereka me nyu dahi pekerjaan. ’’Kami sedang memugar candi. Bagian candi yang rusak kami cek,’’ terang Hadi Ismawanto, juru kunci Candi Dermo.

Menurut dia, pengecekan tersebut dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kerusakan candi. Lalu, proses pemugaran dan perbaikann­ya disusun. Pengecekan tersebut biasanya dilakukan selama delapan bulan. Selama itu, tim pemugar perlu mencocokka­n hasilnya dengan sketsa candi yang dibuat ahli cagar budaya.

Pemugaran Candi Dermo berjalan sejak sebulan lalu. Tentu saja, dia ikut ambil bagian, tetapi hanya membantu tim. Tim utama pemugaran adalah ahli cagar budaya dari Badan Pelestaria­n Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur. Rencananya, proses pemugaran tersebut harus sudah rampung empat tahun lagi, tepatnya pada 2019.

Berdasar cerita Hadi, Candi Dermo baru dipugar sekali ini. Postur candi yang tampak tidak beraturan itu terbentuk secara

10.7 meter alami karena terjadi kerusakan. ’’Dulu pada zaman Belanda, candi ini pernah dipugar. Tapi, hanya pintu depan dan belakang yang diperkecil agar tidak runtuh,’’ kata lelaki berusia 36 tahun tersebut.

Terkait dengan sejarah, dia menyebutka­n bahwa Candi Dermo merupakan pintu gerbang menuju bangunan suci di sebelah timur candi. Sebenarnya, dulu di sebelah timur candi itu ada bangunan induk yang ukurannya lebih besar. Namun, bangunan induk tersebut sudah pupus dimakan waktu sehingga akhirnya roboh. Lahan puing-puing bangunan induk itu sudah jadi perkampung­an.

Meski kondisinya rapuh, Candi Dermo tetap menarik minat banyak orang. Baik warga Sidoarjo maupun luar daerah. Mereka datang ke Candi Dermo dengan berbagai tujuan. Ada yang ingin berwisata, mengerjaka­n tugas sekolah, atau meneliti bangunan dan sejarah candi.

Dia pun senang bisa berkenalan dengan banyak orang. Ketika diminta jadi juru kunci pada 2000, dia tidak menolak. ’’Langsung saya terima. Ternyata tidak siasia. Bisa banyak belajar dari pengunjung,’’ kenangnya.

Warga yang selama ini tinggal di sekitar candi juga senang lantaran desa mereka kedatangan banyak pengunjung dari berbagai daerah. ’’Bagi mereka, candi ini sudah merupakan cagar budaya,’’ ucapnya. (*/c20/roz)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia