Wajah Baru Islam di Bingkai Nusantara
Indonesia Bisa Ubah Cara Pandang Dunia
NEW YORK – Masyarakat global kian membutuhkan peran Indonesia dalam membantu merajut perdamaian internasional. Sebab, sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia yang meyakini keunggulan sistem demokrasi, Indonesia bisa menjadi wajah baru yang mengubah cara pandang masyarakat luas, terutama Barat, mengenai Islam.
Hal tersebut merupakan salah satu benang merah dari seminar Islam in Nusantara: Diversity, Democracy and Modernity yang digelar Perwakilan Tetap RI untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat, kemarin (30/5)
Seminar yang dibuka Dubes RI untuk PBB Desra Percaya itu dihadiri sejumlah panelis. Yakni pengajar Cornell University Chiara Formichi, pengajar Emory University James B. Hoesterey, mantan CEO Jawa Pos Dahlan Iskan, Presdir Dompet Dhuafa Ahmad Juwaini, dan Shamsi Ali (imam besar di Islamic Cultural Center, masjid terbesar di New York). Diskusi yang dihadiri perwakilan sejumlah negara itu dipandu presenter televisi terkemuka Rita Cosby.
Chiara Formichi menjelaskan, wajah Islam yang oleh masyarakat dunia telanjur dipersepsikan dalam citra yang kental akan eks- tremisme bisa berubah dengan sejumlah kondisi. ”Perlu pula ada kerja sama yang erat antara Indonesia dan negara di Timur Tengah seperti Arab Saudi,” kata penulis Islam and the Making of the Nation: Kartosuwiruyo and Political Islam in 20th Century Indonesia tersebut.
Dahlan Iskan mengatakan, Indonesia sangat mungkin akan berperan besar dalam pergaulan internasional mengingat posisinya sebagai negeri berpenduduk muslim terbanyak yang kini berada di urutan ke-16 jajaran negara dengan kue ekonomi terbesar di dunia. Terlebih, dalam waktu dekat, banyak ekonom memperkirakan Indonesia bertengger di posisi sembilan besar. ”Itu akan membuat dunia memandang wajah Islam di Indonesia,” ujarnya.
Bagi Dahlan, tiada cara yang paling efektif untuk mengambil peran selain membangun kekuatan ekonomi. Dia juga mengusulkan agar negara demokrasi berpenduduk mayoritas muslim membentuk sebuah forum yang akan menjadi suara baru Islam. ”Di situ nanti ada Indonesia, Turki, atau yang lainnya,” kata dia.
Shamsi Ali mengingatkan bahwa meskipun hanya ada satu Islam, terdapat beragam budaya yang melekat pada masyarakat muslim. Dengan demikian, wajah Islam tidak boleh lagi didominasi hanya oleh dunia Arab. ”Persatuan Islam juga bukan berarti penyeragaman,” tutur Shamsi Ali. (c9/sof)