Transaksi Online Minim
SURABAYA – Kegiatan perdagangan melalui e-commerce di Indonesia saat ini masih di bawah 1 persen. Sementara itu, di Tiongkok penetrasinya sudah mencapai 10 persen dan Amerika Serikat 7 persen. Seiring dengan upaya pemerintah untuk mengurangi peredaran transaksi menggunakan uang cash, Pemkot Surabaya turut mendorong UKM untuk memasarkan produk via online.
Cara itu dinilai efektif dan efisien, baik bagi Bank Indonesia maupun pedagang. Sebab, perdagangan via sekarang sedang dan lima tahun ke depan tingkat penggunanya diprediksi melebihi Tiongkok.
Achmad Zaky, CEO Bukalapak. com, mengakui hal itu. Menurut dia, perkembangan e-commerce di tanah air bergerak cepat. Salah satu faktornya adalah inovasi. ”Kami bersama dengan wali kota Surabaya memberikan pelatihan dan mewadahi UKM untuk berjualan via online. Hal ini sangat didukung Bu Risma. Bahkan, infrastruktur pedagang difasilitasi, seperti gadget,” ka- tanya kemarin (31/5).
Dia melihat potensi besar di Surabaya sebagai kota yang ditopang dari perdagangan dan jasa. Zaky menyebutkan, 200 ribu lebih pemilik akun di situsnya merupakan pelaku UKM. Sampai akhir tahun, dia menargetkan, jumlahnya bertambah menjadi 500 ribu. Surabaya dipatok berkontribusi sekitar 11 persen atau terbesar kedua setelah Jakarta sebesar 30 persen.
Zaky menyatakan, di Indonesia sangat banyak UKM yang masih berdagang secara konvensional. Jumlah pelaku UKM saja mencapai 50 juta secara nasional. Menurut dia, beberapa kendalanya terkait dengan pengetahuan yang minim tentang teknologi dan ketersediaan infrastruktur yang belum merata. Untuk itu, pihaknya akan mengoptimalkan terlebih dahulu pasar lokal. Apalagi, kehadiran Masyarakat Ekonomi ASEAN akhir tahun ini bakal memperluas pasarnya.
Zaky menyebutkan, dalam sehari transaksi di situsnya bernilai Rp 3 miliar hingga Rp 4 miliar. Angka itu naik lima kali lipat dari tahun sebelumnya. (ias/c7/tia)