Jaga agar Tidak Muncul Lagi
YANG lebih penting lagi, manajemen stroke harus komprehensif dan paripurna. Karena stroke sering merupakan komplikasi dari penyakit-penyakit dasar lainnya, penanganannya melibatkan tim dokter yang di antaranya spesialis bedah saraf, spesialis penyakit dalam, dan rehab medik sejak awal.
Tujuannya, pasien lebih cepat sembuh serta meminimalkan risiko kecacatan. Pasca tindakan (baik operasi maupun nonoperasi), masih ada terapi-terapi lain. Setelah kondisi kritis tertangani, yaitu penyumbatan sudah lewat atau perdarahan sudah tertangani, pasien harus dijaga betul agar serangan stroke tidak muncul lagi. Sebab, faktor risiko terjadinya stroke ulangan 10 kali lipat lebih tinggi.
Akan lebih bagus bila dilakukan skrining stroke sebelum serangan itu datang. Pemeriksaan awal melalui uji laboratorium, MRI, dan magnetic resonance angiography (MRA) untuk melihat pembuluh darah di kepala.
Sebab, ada kondisi kelainan struktur pembuluh darah sejak lahir. Lalu, kondisi aneurisma atau menipisnya dinding pembuluh darah karena kotoran yang menempel (plak) pada dinding pembuluh darah terlepas sehingga dinding sel tipis, menggelembung, dan akhirnya pecah. Hal itulah yang kerap memicu terjadinya stroke di usia muda.
Menjaga pola makan yang seimbang ( eat well), berolahraga teratur ( move more), mengurangi faktor predisposisi stroke, tidak merokok, mengatur jam tidur, dan istirahat yang tepat dapat menghindarkan kita dari ancaman stroke. (nor/c19/dos)