Jawa Pos

Tekanan ke Kurs Rupiah serta Bursa Saham Sesaat

-

JAKARTA – Utang Yunani EUR 1,54 miliar (Rp 22 triliun) kepada Internatio­nal Monetary Fund (IMF) yang jatuh tempo hari ini (30/6) mulai menimbulka­n gejolak di pasar keuangan Indonesia. Terjadi kepanikan di kalangan investor sehingga bursa saham global terkoreksi cukup dalam. Nilai tukar rupiah kemarin (29/6) ditutup melemah sekitar 0,13 persen ke level 13.356 per dolar Amerika Serikat (USD) dibanding 13.338 per USD pada penutupan sebelumnya (kurs tengah Bank Indonesia).

Bursa saham, terutama di Asia, juga berjatuhan kemarin

Terkait ekonomi global ini, pasti ada dampak walau tidak langsung. Saya pikir tidak ada yang perlu dikhawatir­kan.”

SOFYAN DJALIL Menko Perekonomi­an

Indeks harga saham gabungan (IHSG) di bursa saham Indonesia ditutup turun 40,427 poin (0,821 persen) ke level 4.882,578. Indeks Composite Shanghai (Tiongkok) ambruk 3,34 persen ke level 4.053,03. Indeks Straits Times (Singapura) turun 1,23 persen ke level 3.280,18. Sedangkan Indeks FTSE (Malaysia) turun 1,08 persen ke level 1.691,92.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Ronald Waas menyatakan, perekonomi­an global saat ini terangkai satu sama lain. Maka, apa yang terjadi di Eropa, khususnya di Yunani, pasti memiliki dampak ke negara lain. Termasuk negara berkembang seperti Indonesia. ”Pasti ada pengaruh ke perekonomi­an domestik. Kita sudah antisipasi. Ini kan kejadianny­a baru akhir minggu. Ini (kemarin) hari kerja pertama,” ungkapnya saat ditemui di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) kemarin.

Pemerintah juga menaruh perhatian terhadap potensi dampak krisis Yunani. Menko Perekonomi­an Sofyan Djalil mengatakan, ancaman gagal bayar Yunani tersebut sudah bisa diprediksi para pelaku pasar. Maka, meski diwaspadai, sejauh ini diyakini dampaknya tidak akan terlalu signifikan. ”Terkait ekonomi global ini, pasti ada dampak walau tidak langsung. Saya pikir tidak ada yang perlu dikhawatir­kan,” tuturnya saat ditemui di kantornya kemarin.

Meski demikian, mantan menteri BUMN itu mengakui bahwa nilai tukar rupiah memang terancam melemah akibat faktor eksternal tersebut. Karena itu, dia menekankan bahwa pemerintah tetap melakukan sejumlah upaya untuk menjaga perekonomi­an Indonesia agar tidak terlalu terdampak oleh krisis Yunani tersebut.

Sebelumnya Menteri Keuangan Bambang Brodjonego­ro mengungkap­kan bahwa krisis Yunani dipastikan berdampak pada semua negara di dunia, termasuk Indonesia. Hal itu bisa memengaruh­i kepercayaa­n diri ( confidence) pasar global. Karena itu, Bambang menekankan bahwa Indonesia harus memiliki persiapan yang kuat untuk mengantisi­pasi dampak krisis Yunani. ”Jadi, penguatan pada fundamenta­l makro saja yang kita jaga. Karena dampak Yunani sendiri pasti berimbas ke seluruh dunia,” paparnya.

Mantan kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) tersebut menuturkan, salah satu upaya fundamenta­l makro yang bisa dilakukan ialah menjaga nilai tukar rupiah. Selain itu menjaga defisit transaksi neraca berjalan sehingga tidak sampai melebar melebihi batas atas 2,2 persen.

Meski yakin Indonesia tidak akan terdampak secara signifikan, krisis Yunani tersebut ternyata ikut menggerus optimisme pemerintah terkait pertumbuha­n ekonomi. Pemerintah semula optimistis pertumbuha­n ekonomi Indonesia diprediksi berada di kisaran 5,8 hingga 6,2 persen pada 2016. Namun akhirnya direvisi, pertumbuha­n ekonomi tahun depan berada di angka 5,5 sampai 6 persen. ”Kalau tadinya hanya isu kenaikan Fed Rate, sekarang kita harus perhatikan Yunani,” kata Bambang.

Direktur Utama BEI Tito Sulistio meyakini bahwa dampak di Yunani terhadap pasar saham Indonesia hanya bersifat psikologis. ”Menurut saya, psychologi­cal effect- nya saja yang lebih menakutkan daripada dampak riilnya. Saya lihat belum ada dampak langsungny­a di Indonesia dan sampai hari ini belum terjadi,” ujarnya kemarin.

Di tempat terpisah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memprediks­i kasus tersebut akan memberikan dampak cukup besar terhadap pasar keuangan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Namun, perekonomi­an Indonesia yang diprediksi kembali menggeliat, terutama di semester kedua tahun ini, diharapkan mampu menghadang krisis Yunani.

Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Hadad mengung— kapkan bahwa kondisi itu memang sangat berat bagi Yunani, terutama di tengah situasi global yang penuh ketidakpas­tian. ”Situasi ini memang sudah kita perkirakan. Hampir semua pasar di seluruh dunia pasti akan kena. Tapi, semoga kita bisa bounce back dalam waktu yang tidak terlalu lama,” ujarnya di Jakarta kemarin.

Muliaman menambahka­n bahwa perbankan Indonesia tidak akan mengalami kesulitan likuiditas gara-gara kasus gagal bayar tersebut. Sebab, kondisi itu hanya akibat ekspektasi global terhadap apa yang terjadi di Yunani. Dia berharap pemerintah mampu mendongkra­k pertumbuha­n ekonomi Indonesia pada semester II 2015 melalui penyerapan belanja negara.

”Sesuai keyakinan, ekonomi kita akan kembali menggeliat di semester II sehingga kita bisa melalui ini dengan baik. Likuiditas kita nggak ada masalah. Kita berharap pemerintah sesegara mungkin merealisas­ikan belanja dan gaji ke-13.” (gen/ken/dee/c9/kim)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia