Sudah Belajar dari Kesalahan
CONCEPCION – Angel di Maria pernah menyebut keberhasilan menjuarai Liga Champions 2014 bersama Real Madrid sebagai momen terbaik dalam karirnya. Namun, tanpa ragu winger yang sejak musim lalu berkostum Manchester United itu rela menukar kesuksesan tersebut dengan trofi Copa America.
”Saya bangga bisa membawa Argentina ke final Piala Dunia 2014 meski kami kalah di final. Kini kami berharap bisa merebut trofi Copa America,” kata Di Maria dalam sebuah wawancara di awal Copa America 2015.
Pernyataan Di Maria itu seperti mewakili impian skuad Argentina secara keseluruhan
Sebab, salah satu kekuatan super sepak bola dunia yang tak pernah berhenti melahirkan bakat kelas wahid tersebut tak pernah lagi meraih titel internasional sejak menjuarai Copa America 1993.
Kini kesempatan mengakhiri dahaga panjang itu kembali terbuka. Besok pagi WIB mereka berduel dengan Paraguay untuk memperebutkan tiket ke final Copa America 2015 di Estadio Municipal de Concepcion, Concepcion ( siaran langsung Kompas TV pukul 06.30 WIB).
Pertemuan tersebut merupakan yang kedua bagi kedua tim setelah pada laga pembuka fase grup B lalu (14/6). Ketika itu Albiceleste –sebutan tim nasional (timnas) Argentina– yang sudah unggul dulu 2-0 akhirnya harus puas dengan hasil imbang 2-2 (2-0).
Salah satu yang menjadi evaluasi dari kegagalan mengawali Copa America dengan poin sempurna adalah kelengahan di babak kedua. Lionel Messi dkk yang sangat mendominasi permainan terlampau percaya diri sehingga mengendur di babak kedua dan memberi Los Guaranies –sebutan timnas Pa- raguay– peluang menyamakan kedudukan.
Tapi, dalam penampilan terakhir melawan Kolombia di perempat final, kelengahan itu tidak terlihat lagi. Permainan menyerang bisa konstan mereka peragakan sejak awal sampai akhir. Hanya performa gemilang kiper Kolombia David Ospina yang memaksa pertandingan harus diakhiri lewat adu penalti. ”Melawan Kolombia adalah penampilan terbaik kami sejauh ini,” kata Carlos Tevez, penyerang Argentina yang mengeksekusi penalti penentu kemenangan, seperti dikutip Goal.
Argentina juga hanya kebobolan ketika menghadapi Paraguay di laga perdana tersebut. Artinya, mereka telah belajar dari kesalahan dan pertahanan juara dunia dua kali itu pun menjadi lebih solid.
Perubahan dalam tiga laga terakhir tersebut sekaligus memperbaiki catatan pertahanan di timnas Argentina seusai Piala Dunia 2014. Dari delapan laga setelah Piala Dunia dan sebelum ke Copa America, lima gol bersarang ke gawang Argentina. Sekitar 60 persen di antaranya, yaitu tiga gol, terjadi di babak kedua. Sedangkan 40 persen sisanya (dua gol) tercipta di babak pertama. ”Sekarang kami bermain lebih tenang, tetap mampu menjaga penguasaan bola sekaligus pertahanan,” katanya.
Yang menjadi tantangan sekarang adalah bagaimana membongkar pertahanan Paraguay. Di beberapa laga terakhir, khususnya saat mengalahkan Brasil via adu tendangan penalti pada Minggu pagi (28/6), pelatih Paraguay Ramon Diaz punya strategi jitu dengan menumpuk pemain di lini tengah untuk membendung serangan Brasil.
Sangat mungkin strategi yang tidak jauh berbeda diperagakan Diaz. Sekalipun pernah menukangi Paraguay empat tahun lalu, pelatih Argentina Gerardo ” Tata” Martino belum tentu bisa dengan mudah membongkar pertahanan Justo Villar dkk. ”Argentina tetap tim terbaik dunia,” puji Diaz yang juga berkebangsaan Argentina seperti dikutip dari IANS.
Secara terpisah, penyerang gaek Paraguay Roque Santa Cruz menilai Argentina kali ini ba kal tampil berbeda dibanding di fase grup lalu. Otomatis, kesempatan Paraguay mencuri gol di babak kedua bakal lebih sulit.
Padahal, memanfaatkan peluang di babak kedua adalah senjata terbaik Los Guaranies tiap kali berhadapan dengan tim yang secara kualitas lebih superior. Seperti juga ketika mereka menyingkirkan Brasil di perempat final.
Dari total sebelas tembakan Paraguay saat melawan Brasil, tujuh di antaranya terjadi di babak kedua. Artinya, 63 persen intensitas serangan Paraguay terjadi di 45 menit kedua.
” Di pertemuan kedua ini, tidak akan semudah pada pertemuan di fase grup lalu,” ungkap Cruz.
Karena itu, Nelson Haedo Valdez, penyerang Paraguay lainnya, berharap rekan-rekannya tidak lagi terlambat panas seperti di pertemuan pertama. Mereka harus berani keluar menyerang sejak peluit awal. ”Kalau kembali defisit dua gol di babak pertama, kami tidak akan bisa mengejarnya lagi,” tuturnya sebagaimana dikutip dari situs Conmebol.
Pemain yang menjadi man of the match di balik kemenangan atas Brasil lalu itu menganggap Argentina lebih baik daripada Brasil. Apalagi, tak seperti Brasil yang kehilangan Neymar, Argentina bakal turun dengan kekuatan penuh. ”Mereka punya banyak pemain yang bisa menjadi pembeda, bukan hanya Messi,” katanya. (ren/c9/ttg)