Yang Tinggi Gemeteran Bikin
ketinggian udah pasti bikin nggak nyaman. Mau pergi-pergi cantik, bawaannya pasti Apalagi kalau teman-teman sehobi ngajakin jalan ke mana-mana. Wuah, berasa mau perang dunia aja deh! Nah, asal kamu mau usaha, ada beberapa cara yang bisa kamu terapin biar nggak takut ketinggian
lagi kok. Untuk tahap ketakutan ringan, kamu dapat membayangkan sesuatu yang seru dan menyenangkan ketika berada di ketinggian loh.
Misalnya, ngebayangin serunya main-main di awan bareng Doraemon.
dengan nonton tayangan juga bisa kok. Untuk melakukan metode yang disebut desentisisasi sistematis itu, pikiranmu harus benar-benar rileks. Awas ketiduran ya! Bisa-bisa kamu ngelewatin waktu buka puasa! Ibarat menaklukkan hati si doi, rasa takut terhadap ketinggian itu harus dilawan secara intens. Salah satu caranya adalah membiasakan diri berada di ketinggian! Yap, latihan yang dinamakan
itu membantu otak berhenti mengirimkan sinyal rasa takut. Apalagi, teknologi
udah mendukung tersebut. Lebih asyik kalau dilakuin bareng pacar nih. Sambil gandeng-gandeng mesra gitu. Ups, masih puasa. Selain latihan psikologis, pengobatan media dapat jadi pilihan saat tingkat fobiamu makin parah. Apalagi jika fobia itu berdampak buruk bagi kesehatan tubuh. Dalam tersebut, dokter akan memberikan obat-obat antidepresan sebagai pengurang rasa cemas dan stres mental. Setelah itu, kamu pelan-pelan bisa melawan rasa takut pada ketinggian. rasa takut ketinggian nggak boleh ditoleransi loh.
COBA bayangkan kamu lagi berada di gedung berlantai 21 dan duduk-duduk di pinggirannya dengan posisi kakimu setengah menggantung.
kira-kira apa yang bakal kamu rasain? Kalau ngebayanginnya aja bikin kamu ngeri atau bahkan mual, bisa jadi kamu takut sama ketinggian. Seperti yang dirasakan 31,6 persen responDet ini nih. Kayak gimana sih ceritanya? Cekidot,
Banyak hal yang mengakibatkan seseorang jadi takut sama ketinggian. Salah satunya adalah trauma sama kejadian buruk yang pernah dialami di tempat yang tinggi. Yups, seperti yang dialami Julietha Karina dari SMP Negeri 131 Jakarta yang punya pengalaman buruk saat nyeberang di jembatan penyeberangan. Saat lagi asyik menyeberang, lantai jembatan yang licin karena habis hujan membuat Juliet terpeleset dan hampir jatuh. Whoops!
Sejak itu, Juliet jadi takut sama tempat tinggi. Setiap melintasi jembatan penyeberangan, dia pasti minta ditemani seseorang. ’’Aku ngerasa kalau mau nyeberang suka ngerepotin orang lain. Makanya, aku berusaha buat berani nyeberang sendiri,” jelas Juliet. Usahanya untuk memberanikan diri membuahkan hasil yang cukup bagus. Juliet sekarang udah nggak setakut dulu loh meski masih suka kebayang dengan kejadian waktu itu.
Pengalaman serupa dialami Halim Bagus. Tapi, kejadian yang dialami Halim itu lebih parah daripada Juliet. Yups, cowok yang sekolah di SMA Negeri 7 Surabaya tersebut takut ketinggian sejak masih SMP. Saat itu Halim sedang melakukan acara persami bareng teman-teman sekolahnya di lereng gunung di daerah Mojokerto. Karena kecapekan, Halim terpeleset jatuh hingga membuatnya nggak sadarkan diri.
Gara-gara itu, Halim jadi trauma dan nggak pernah mau diajak liburan ke gunung. Tapi, sejak orang tuanya tahu kejadian itu dan membawanya ke psikolog, ketakutannya jadi berkurang. ’’Agak tenang juga sih setelah beberapa kali ke psikolog. Sesekali ortuku juga ngajak liburan ke gunung supaya aku nggak takut lagi. Lama-lama aku mulai agak nggak takut lagi sama ketinggian,” celotehnya senang.
Ketakutan berada di tempat tinggi nggak hanya bisa disebabkan trauma, bawaan dari lahir juga menjadi penyebabnya. Rizka Putri dari SMP YBPK Surabaya salah satunya. Dia mengaku punya penyakit sejak masih duduk di bangku TK. Ketakutannya akan ketinggian selalu membuatnya berimajinasi hal-hal yang negatif ketika di tempat tinggi. Misalnya saat sedang melintasi jembatan penyeberangan di desanya beberapa waktu lalu. Pikiran berimajinasi kalau jembatan itu rapuh dan bisa membuatnya jatuh ke sungai, lalu dimakan buaya.
’’Gitu itu orang fobia. Imajinasi negatif datang tiba-tiba dan aku ngerasain sampai sekarang,” jelasnya. Bahkan, sampai sekarang kalau naik eskalator atau lift di mal, Rizka mengaku nggak tenang dan gemetaran loh. Alhasil, kemana pun Rizka pergi, pasti harus ada yang nemenin. Dia juga udah berkonsultasi ke dokter kok buat menghilangkan fobia tersebut. ’’Kata dokter sih, buat sementara, hindari dulu ketinggian sampai proses penyembuhan selesai. Tapi, sekarang ini udah lumayan nggak seberapa parah kayak dulu kok,’’ tutupnya. (fgr/yud/c22/adn)
responDet pernah takut terhadap ketinggian. di antara responDet punya dampak buruk gara-gara takut sama
ketinggian.
11–13 tahun
14–16 tahun
17–19 tahun ResponDet polling
terdiri atas
Surabaya
Jakarta
Metode polling: Cluster random sampling, closed question Toleransi: 4,5% Instrumen: Open closed
question