Renang Desak Sentralisasi Puslatda
Brooks Hadir, Skuad Kumpul Satu Pekan
SURABAYA – Ambisi Jawa Timur (Jatim) untuk memperbaiki prestasi di kolam renang pada PON 2016 Jabar menemui jalan terang. Para perenang andalan Jatim menunjukkan grafik performa yang meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Dasar penilaian tersebut didapat dari beberapa event yang melibatkan para perenang yang sudah menghuni puslatda.
Satu hal lagi yang mendukung kemajuan para perenang Jatim adalah kehadiran Neil Brooks. Ya, pelatih renang asal Australia Barat tersebut untuk kali ketiga hadir dan menyaksikan secara langsung progres para perenang puslatda. Hasilnya, Brooks memberikan rapor positif kepada beberapa perenang.
Kedatangan Brooks memang disambut dengan antusias oleh penghuni puslatda renang Jatim. Dengan kehadiran itu, mulai kemarin (29/6) para penghuni puslatda menjalani program sentralisasi. Beberapa perenang puslatda dari luar Surabaya kembali berkumpul. Antara lain Iffy Nadya dari Malang, Abdu Fitrah dari Gresik, juga Nurul Fajar Fitriyati (Gresik) yang tampil di SEA Games 2015.
Namun, belum seluruh anggota puslatda hadir. Dari 15 perenang yang disetujui KONI, delapan di antaranya masih belum bergabung. Selain masih ada yang menjalani pelatnas di Jakarta, beberapa lainnya absen dengan alasan ber- Dari total 15 perenang yang masuk puslatda Jatim, baru tujuh yang hadir dalam sentralisasi di Surabaya, mulai kemarin (29/6). Berikut para perenang yang belum bergabung beserta alasannya. Goldilanov Nadya Gantan Ujian sekolah di Malang Janice Tandiokusuma Berada di Melbourne, Australia Archia Febra Novera Dinas di Angkatan Darat Glen Victor Pelatnas M. Hamgari Pelatnas Patricia Josita Hapsari Pelatnas Reza Kania Dewi Pelatnas Enny Susilowati Tidak memberikan alasan beda-beda.
Brooks kembali memberikan masukan terkait dengan program latihan puslatda Jatim hingga sepekan yang akan berakhir Sabtu (4/7). Perenang yang memperkuat Australia di Olimpiade Moskow 1980 itu mengaku terkesan dengan kemajuan penghuni puslatda Jatim. ”Dalam enam bulan ini, sangat terlihat kemajuan para perenang Jatim. Baik secara catatan waktu maupun skill,” ujar Brooks.
Secara khusus, Brooks mengapresiasi kemajuan yang ditunjukkan tiga andalan Jatim, yakni Abdu Fi- trah, Aaron San Wibowo, dan Adinda Larasati. Dia terkesan dengan daya tahan Aaron dan Adinda untuk mempertahankan kecepatan masing-masing. Sementara untuk Abdu, pria 52 tahun itu memuji kekuatan gaya kupu-kupunya.
Tidak hanya menilai, Brooks juga sesekali memberikan instruksi. Dia menekankan kesempurnaan sejak start, underwater, juga saat melakukan tolakan balik.
Kesempatan berlatih secara terpusat seperti itu sangat diharapkan oleh para penghuni puslatda, baik perenang maupun tim pelatih, khu- susnya yang berasal dari luar Surabaya. Pelatih dari Gresik Choirul Umam mengakui, pelatihan terpusat seperti itu membantu meningkatkan kemampuan atletnya.
”Contohnya seperti sentralisasi waktu PON Remaja lalu. Hanya dalam waktu dua bulan saja, performa atlet jadi bagus,” kata Umam. Tanpa sentralisasi, Umam mengatakan agak kesulitan mengontrol performa atlet. ”Apalagi yang jauh dari Surabaya dan tidak ada pelatih yang mengontrol, begitu ngumpul, kelihatan semua jeleknya,” keluhnya.
Kendala sentralisasi selama ini terkait dengan pendidikan atlet. Misalnya Iffy. Perenang yang berkuliah di Universitas Brawijaya, Malang, itu tidak bisa meninggalkan kuliah sewaktu-waktu. Salah satu jalan adalah cuti kuliah.
Sementara itu, Kabidbinpres KONI Jatim Irmantara Subagio mengakui bahwa sentralisasi latihan cabor, misalnya renang, sangat diperlukan pada masa persiapan yang kian intensif. ”Tapi, kami mempertimbangkan sekolah para atlet ini. Kami berharap tahun depan, menjelang PON, mereka sudah bisa tersentralisasi di sini,” lanjut Ibag, sapaan akrabnya. (vo/c11/ady)