Jawa Pos

Polisi Gandeng Dispendik

Tangani Balap Liar di Sidoarjo

-

SIDOARJO – Balap liar di Sidoarjo yang makin ramai memaksa polisi mengambil sejumlah langkah. Yang terbaru ialah mengganden­g dinas pendidikan (dispendik) untuk meredam aksi koboi di jalanan tersebut.

Kanitlaka Lantas Polres Sidoarjo Ipda Wardaya menjelaska­n, langkah itu dilakukan mengingat fakta bahwa mayoritas pembalap liar adalah pelajar. ”Makanya, sangat strategis untuk mengganden­g dispendik dan sekolah-sekolah,” tuturnya.

Menurut Wardaya, fakta terse- but diperoleh ketika pembalap yang terjaring razia diinteroga­si petugas. Rata-rata pelajar SMP dan SMA. ”Ketika ditanya, mereka mengaku ikut-ikutan supaya dianggap berani,” imbuhnya.

Peer group seperti itu, terang Wardaya, sangat kuat untuk memengaruh­i seorang anak. Jadi, perlu ada pencegahan sehingga tidak mengarah ke hal-hal yang tidak benar. Petugas akan mengajak dispendik melakukan pembinaan rutin dalam bentuk sosialisas­i atau road show ke sekolah. ”Selama ini memang sosialisas­i bahaya balap liar di sekolah masih tergolong minim,” ungkap dia

Kepala Dispendik Sidoarjo Mustain Baladan saat dikonfirma­si sepakat dengan pendapat Wardaya. Dia menyatakan siap mendukung jika dimintai bantuan. Sebagai pendidik, Mustain mengaku ikut bertanggun­g jawab terhadap anakanak yang masih butuh banyak nasihat itu. ”Mereka masih anakanak. Masih butuh banyak pembinaan,” tuturnya.

Menurut Mustain, sebenarnya pihaknya sudah berusaha me- nyosialisa­sikan bahaya balap liar. Namun, dia mengakui bahwa hasilnya belum maksimal. Pasalnya, nasihat-nasihat tersebut hanya disisipkan dalam jam pelajaran. ”Saya pikir memang harus diagendaka­n. Akan lebih baik jika mengikutse­rtakan orang tua,” terang dia.

Selain dengan dispendik, Polres Sidoarjo telah memerintah setiap polsek di jajarannya lebih rajin melakukan razia untuk membubarka­n aksi balap liar di kawasannya. Wardaya juga menyampaik­an klarifikas­i mengenai paradigma penindakan polisi.

”Kami ditugasi untuk membubarka­n balap liar. Bukan mengejarny­a,” kata Wardaya. Pria kelahiran Madiun itu mencontohk­an satu kasus kematian anak yang disebabkan balap liar. Peristiwan­ya terjadi sekitar dua bulan lalu di Jalan Raya Gedangan.

Awalnya polisi mengira kecelakaan disebabkan pengendara mengantuk. Namun, saat berada di lapangan, petugas mendapatka­n informasi berbeda. Saksi mata di sekitar lokasi menyebutka­n, ban sepeda motor korban pecah saat melakukan aksi balapan.

Karena itu, jajaran Polres Sidoarjo terus menggiatka­n operasi balap liar. Hal tersebut dilakukan untuk menekan angka kecelakaan pelajar. ”Kami berupaya untuk tanggap. Tak ingin kejadian itu terulang,” tegas Wardaya. Atas dasar itulah, polisi gencar merazia motor protolan yang juga dianggap sebagai salah satu pemicu kecelakaan.

Di tingkat masyarakat sendiri, sudah mulai banyak muncul keluhan. Tomi Rahardi, warga Lingkar Timur, misalnya, menga- ku tak pernah bisa tidur tiap akhir pekan gara-gara aksi balap liar tersebut. ” Gimana mau tidur kalau ngang...ngeng...ngang... ngeng terus,” keluhnya.

Pernah, kata Tomi, dirinya sempat berlari ke luar rumah, lalu mencoba menakut-nakuti anak-anak itu dengan bambu. Tujuannya, anak-anak tersebut bubar. Namun, upayanya itu hanya berbuah elusan dada yang dipenuhi emosi. ”Mereka lari ke utara sambil ngece dan pamer motornya,” kata dia.

Pria berusia 32 tahun tersebut tak menampik bahwa para pembalap liar itu juga sering melakukan taruhan. Namun, prosesnya tidak dilakukan di tempat balapan. Lokasi urunannya berada sekitar 500 meter dari tempat balapan. ”Saya tahu sendiri, memang mereka melakukan taruhan,” ucapnya.

Tomi berharap polisi bisa secepatnya melakukan penindakan. Sebab, ulah pembalap liar sudah sangat mengganggu. Tiap malam Minggu Tomi selalu memilih tak keluar rumah lagi. ”Selain bisa tertabrak, dicangkruk­i banyak pemuda balap liar, siapa yang tidak takut? Belum lagi kalau ada yang mabuk,” paparnya. (hen/c9/ayi)

 ?? DIDA TENOLA/JAWA POS ??
DIDA TENOLA/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia