Pengojek Intimidasi Rider Go-Jek
Manajemen Ajak Bergabung
JAKBAR – Peningkatan jumlah pengendara ( rider) Go-Jek, rupanya, membuat pengendara ojek konvensional gerah. Tidak sedikit paguyuban ojek yang mengintimidasi rider Go-Jek untuk tidak masuk wilayah mereka. Gelombang penolakan mulai muncul beberapa pekan belakangan.
Terbaru, intimidasi dilakukan Perhimpunan Ojek Rawajati di Jakarta Selatan. Secara terang-terangan, mereka menolak kehadiran Go-Jek. Spanduk bernada peringatan dipasang agar tidak ada rider Go-Jek yang masuk wilayah mereka.
Ahmad Samsudin adalah salah seorang penyedia jasa ojek konvensional yang menggagas penolakan tersebut. Pria 48 tahun itu menuturkan, dirinya dan ratusan penyedia jasa ojek konvensional di Rawajati terpaksa bersikap keras. Sebab, kehadiran rider Go-Jek menurunkan pendapatan tukang ojek konvensional.
Semula, Ahmad dan teman-temannya bisa mendapat Rp 100 ribu per hari dari usaha yang telah ditekuni puluhan tahun tersebut. Kini penghasilan mereka menipis sampai Rp 25 ribu per hari. ’’Dapat segitu juga susahnya minta ampun,’’ ungkapnya kemarin (30/06).
Karena terganggu, Ahmad dan teman-temannya memasang spanduk penolakan Go-Jek. Selain itu, mereka siap menghadang rider Go-Jek, bahkan tak segan mengejar mereka yang menolak tunduk pada peringatan.
Misalnya, yang terlihat saat Jawa Pos berkunjung ke Pangkalan Ojek Rawajati kemarin. Seorang rider Go-Jek yang masuk wilayah Rawajati langsung dihadang para penyedia jasa ojek konvensional. ’’Mereka mengambil pelanggan kami,’’ ucap Ahmad ketus.
Menurut dia, Go-Jek beroperasi tanpa memedulikan wilayah. Padahal, sejak dulu pengojek konvensional mencari penumpang di wilayah masing-masing. ’’Yang di Rawajati hanya Rawajati. Yang di Kalibata juga begitu. Mereka (Go-Jek) ngacak-ngacak,’’ tegas Ahmad.
Dia menuturkan, dirinya tidak melarang bila penyedia jasa ojek konvensional bergabung dengan Go-Jek. Hanya, Ahmad tidak senang jika rider Go-Jek mengambil pelanggan tetapnya.
Keluhan serupa disampaikan Ngasiban, 51. Pengojek konvensional yang mangkal di Rawajati sejak 1995 tersebut menyatakan dirugikan oleh kehadiran Go-Jek. Mereka sepakat bahwa rider GoJek boleh mengantar penumpang ke kawasan Rawajati. Namun, mereka dilarang mengambil penumpang di sana.
Menanggapi intimidasi dari ojek konvensional, manajemen Go-Jek menegaskan bahwa pihaknya tidak mendukung segala tindak kekerasan. ’’Kami hadir bukan untuk berkompetisi dengan pengendara ojek pangkalan. Kami hadir untuk membantu ojek pangkalan berkembang.’’ Demikian pernyataan resmi manajemen Go-Jek.
Dalam sebuah acara awal Juni lalu, founder Go-Jek Nadiem Makarim membenarkan hal itu. Dia ingin mengajak semua ojek bergabung ke network- nya. Benefit yang ditawarkan beragam. ’’Selain peningkatan penghasilan, kami latih agar lebih mengerti teknologi,’’ jelas Nadiem. (syn/noe/c19/na)