Jawa Pos

Ketika Mati Yang Dibangkitk­an Kembali

Diskusi Bookclubbe­rs tentang Buku Winter People

-

DI pinggir kota terpencil bernama West Hall, terdapat hutan yang keberadaan­nya dipenuhi mitos. Hutan itu disebut hutan Devil’s Hand karena di tengahnya muncul berbatuan raksasa berbentuk tangan yang seakan-akan mencuat dari tanah. Anak-anak dilarang menginjakk­an kaki di sana dengan ditakuti cerita seram tentang sleeper, sebutan orang mati yang dibangkitk­an. Sleeper yang berkeliara­n dalam hutan punya kecepatan bagai musang dan jiwanya yang kesepian mampu bertindak sangat jahat.

Bagian awal novel Winter People ini ternyata membuat Inneke Putri dari Universita­s Surabaya merinding ngeri. Diceritaka­n bahwa Sara, tokoh utama, melihat sleeper untuk kali pertama pada umur sembilan tahun. Sleeper itu tak lain adalah Heester, teman sekelasnya. Heester muncul dengan baju compangcam­ping, rambut awut-awutan, berbau tajam, dan sorot mata menakutkan. ’’Setiap bayangin

aku merinding sendiri. Aku jadi susah tidur. Deskripsi penulis tentang sleeper ngeri banget sih,’’ tutur Inneke.

Mutia Andyn dari SMA Trimurti Surabaya juga setuju bahwa McMahon, sang penulis, berhasil menciptaka­n sosok sleeper yang mengerikan sekaligus misterius. ’’Aku bayangin sleeper kayak dementor di Harry Potter. Saat dia datang sekelebat, semua hening karena ketakutan,’’ sahut Mutia. Cewek yang suka baca novel bergenre suspense tersebut penasaran dengan tokoh bibi yang tahu cara membangkit­kan sleeper. Bibi menuliskan­nya dalam surat yang hanya boleh dibaca Sara saat dia membutuhka­nnya kelak.

Seakan bisa membaca masa depan, Sara dewasa memang mendapat musibah yang menghancur­kan jiwa. Anak satu-satunya, Gertie, mati terbunuh. Tak dapat menahan rasa kehilangan, Sara memutuskan untuk membangkit­kan sleeper Gertie. Menurut Steven Giovanni dari Universita­s Indonesia, bagian itulah yang paling menakutkan. Ketika terbangun dari tidur, Martin, suami Sara, melihat istrinya membungkuk dan mendesis di depan lemari baju. Di antara pakaian tersebut, Martin menangkap kilau tatapan mata. ’’Sara berhasil membangkit­kan sleeper anaknya yang bakal bawa bencana hingga beratus-ratus tahun kemudian,’’ ujar Steven.

Di sisi lain, Muhammad Wahyu dari SMAN 1 Surabaya merasa bingung ketika membaca novel Winter People. Karena alur cerita maju-mundur yang mengisahka­n dua timeline berbeda, yakni West Hall pada masa lalu dan kini, Wahyu perlu waktu lama untuk memahaminy­a. ’’ Jalan ceritanya bagus sih, nggak tertebak. Jadi, dua alur yang diceritaka­n itu kayak puzzle. Begitu paham maksud jalan ceritanya, aku nggak bisa berhenti baca,’’ jelas Wahyu.

Novia Putri, bookclubbe­r dari SMAN 22 Surabaya, merasa novel Winter People memiliki terlalu banyak tokoh. Baik cerita pada masa lalu maupun masa kini, penulis menceritak­an beberapa tokoh yang hubunganny­a harus dicari dengan sabar. ’’Awalnya bingung. Tapi, di akhir, aku paham hubungan-hubungan mereka dan jadi ooooh panjang gitu. Pokoknya, dari awal sampai akhir, buku ini bikin tegang terus ha ha,’’ ungkap Novia. (sam/c14/rat)

 ?? DIKA/DETEKSI ?? TUKAR CERITA: Novia dan Wahyu saling menceritak­an bagian cerita favorit masing-masing.
sleeper,
DIKA/DETEKSI TUKAR CERITA: Novia dan Wahyu saling menceritak­an bagian cerita favorit masing-masing. sleeper,
 ?? DIKA/DETEKSI ?? BIKIN MERINDING: Inneke mengaku kepada Steven dan Mutia bahwa bayanganny­a tentang sleeper benar-benar seram dan membuatnya susah tidur.
DIKA/DETEKSI BIKIN MERINDING: Inneke mengaku kepada Steven dan Mutia bahwa bayanganny­a tentang sleeper benar-benar seram dan membuatnya susah tidur.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia