Menanti Bobato 18 Tunjuk Amiruddin Ternate
Menengok Bagaimana Kesultanan Ternate Bekerja
SAAT ini Kesultanan Ternate mengalami fase kolanomasoa (kekosongan kepemimpinan). Ternate tidak mengenal istilah pangeran mahkota. Pemilihan amiruddin (sebutan untuk sultan Ternate) dipercayakan kepada Bobato 18, sebuah lembaga yang berhak memilih, mengangkat, dan bahkan melakukan pemakzulan terhadap sultan. Fase pemilihan baru itu menunjukkan bahwa mereka, orang-orang Ternate, sudah menggunakan trias politika. Jauh sebelum filsuf tata negara Prancis Montesquieu merumuskannya pada abad ke-18.
*** Mangkatnya Sultan Mudaffar Syah pada 19 Februari 2015 membuat Kesultanan Ternate mengalami kekosongan
Oleh
KARDONO SETYORAKHMADI kepemimpinan. Kesultanan Ternate memang tidak mengenal pangeran mahkota. Kerabat dekat (anak, keponakan, serta adik-kakak) yang merupakan kelompok yang disebut sinonako (calon raja) mempunyai peluang yang sama.
Semuanya menanti keputusan sebuah lembaga legislatif yang bernama Bobato Nyagimoi Se Tuf Kange atau yang lebih dikenal dengan Bobato 18. Ada bermacam unsur Bobato 18. Mulai per wakilan komunitas kelompok etnis hingga panglima militer kesultanan yang disebut kapita lau.
Selain Bobato 18 itu, dalam pemerintahan sehari-harinya ada dua jenis Bobato, yakni Bobato Dunya dan Bobato Akhirat. Sebagaimana namanya, Bobato Dunya mengurusi kehidupan seharihari dan dipimpin jo gugu, seorang perdana menteri. Di situ ada lembaga legislatif dan lembaga eksekutif yang bernama Komisi Empat. ”Ini persis seperti trias politika. Kekuasaan tidak berpusat pada satu titik saja, tetapi ada pembagian kekuasaan,” jelas Sekretaris Kesultanan Ternate Gunawan Radjim.
Kemudian, Bobato Akhirat adalah sebuah lembaga yang menjadi Mahkamah Agung Kesultanan Ternate yang mengurusi keimanan. Juga sebagai perangkat adat yang mengurusi peribadatan. Lembaga itu dipimpin qadhi ukhrawi, yang mungkin dalam istilah awam adalah imam besar atau imam negara.
” Tentang bagaimana tata cara peribadatan dan hal-hal spiritual, semuanya berada di tangan lembaga ini,” kata Qadhi Ukhrawi Kesultanan Ternate Ridwan Dero.
Sementara itu, yang menjadi penyeimbang sultan di pucuk pimpinan kekuasaan adalah Bobato 18. Di sinilah kekuasaan tertinggi Kesultanan Ternate berada. Merekalah yang memilih, mengangkat, dan bahkan memberhentikan sultan. Dalam sejarah kekuasaan Ternate, baru sekali ini Bobato melengserkan seorang sultan, yakni Sultan Muhammad Zainul Bahrail Qaulani Syah.
Nah, yang agak rumit adalah mekanisme pemilihan sultan baru. Sebab, semuanya bergantung kepada Bobato 18. Metode pemilihan yang dipakai sebenarnya sederhana. ”Jadi, kami memantau semua hal tentang nama-nama yang ada di sinonako. Kemudian, kami mengadakan rapat dan membahas siapa nama yang paling baik,” kata Gunawan.
Jika hanya berdasar parameter rasional, tentu prosesnya bisa lebih cepat. Namun, rumitnya, ada unsur meminta petunjuk secara gaib yang membuatnya jadi tak tentu waktunya. ”Bisa dua hari, tapi bisa juga setahun lebih. Tergantung petunjuk yang diterima masing-masing anggota Bobato 18,” ucapnya. Bisa dibayangkan repotnya jika dari 18 orang tersebut, baru sepuluh yang dapat petunjuk dan sreg satu nama, sementara yang lain belum.
Lebih repot lagi jika ternyata muncul dua nama yang sama kuat. Sebab, dalam menentukan siapa yang jadi amiruddin berikutnya, Bobato 18 itu tidak boleh tidak mufakat. ”Makanya, yang membuat agak lama itu menunggu petunjuknya,” ungkapnya. Hingga setelah lima bulan mangkatnya Sultan Mudaffar Syah, masih belum ada tanda-tandanya.
Ridwan Dero sendiri menyebut waktu yang lebih terang. ”Mudah-mudahan setelah Ramadan sudah ada petunjuk,” harapnya. Menurut dia, itu semua memang sudah sesuai dengan aturan negara sejak berbentuk kesultanan. (*/c9/sof)