Sama Pentingnya dengan Ibu
PADA 21 Juni lalu, beberapa negara di dunia merayakan Hari Ayah. Namun, di Indonesia, perayaan tersebut belum terlalu ramai. ’’Di Indonesia, peran ayah belum sebenderang ibu. Seringnya, ayah dianggap sosok kedua setelah ibu,’’ ungkap Dra Dwi Sarwendah Sukiatni MS Psi.
Perempuan yang akrab dipanggil Wendi tersebut mencontohkan, pada lagu anak-anak pun, ayah masih merupakan subordinat ibu. Simak saja lirik satu satu, aku sayang ibu... dua dua, juga sayang ayah. Padahal, figur ayah penting ditampilkan. Sebab, secara psikologis, ayah adalah pemimpin sekaligus pelindung buat seluruh anggota keluarga.
Anomali juga terjadi saat ’’pembagian peran’’. Dosen Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya (Untag) tersebut memaparkan, peran ayah dan ibu bagaikan terpisah. ’’Misalnya, saat minta sangu (uang saku, Red), anak diminta tanya ke ayah. Sementara itu, saat ada kesulitan atau barang hilang, diminta tanya ke ibu. Padahal, keduanya seharusnya berjalan bersamaan,’’ jelas Wendi.
Dia menambahkan, peran ayah secara praktik terhitung setelah memiliki momongan. Baik saat sudah lahir maupun masih dalam kandungan. Saat baru menikah, pria umumnya masih berposisi sebagai kepala rumah tangga. Setelah memiliki anak, ada beberapa perubahan perilaku yang dialami para bapak.
’’Para pria umumnya lebih lembut dan sensitif. Buktinya, banyak pria supersibuk yang mau-mau saja menemani anaknya main boneka, nonton film kartun,’’ jelasnya. Waktuwaktu yang sebentar namun penuh makna tersebut berpengaruh hingga si kecil tumbuh dewasa.
Sang ayah yang punya predikat ’’pemimpin’’ menjadi gambaran pertama anak-anak tentang pria. Baik untuk anak laki-laki maupun perempuan. Jika ayah berlaku keras, bahkan menyakiti, bukan tidak mungkin si anak akan meniru. ’’Pilihannya, ditiru atau trauma. Ingatan masa kecil itu paling kuat,’’ tegas Wendi. (fam/c5/dos)