Tangan Terkena Ledakan Mercon
SURABAYA – Bulan puasa kali ini menjadi petaka bagi Arif. Bocah delapan tahun asal Bangkalan itu harus terbaring di RSUD dr Soetomo setelah tangan kanannya terluka parah. Penyebabnya adalah mainan tradisional yang selalu mengundang bahaya dan sudah dilarang pemerintah: mercon.
Menurut Kepala IRD RSUD dr Soetomo dr Urip Murtedjo SpB KL, luka di tangan kanan Arif cukup parah. ”Tangannya mengalami blast injury, yakni trauma akibat ledakan,” terang Urip
Peristiwa nahas itu berawal saat Arif sedang bermain petasan di beranda masjid dekat rumahnya. Dia membeli mercon dari tetangga dekat rumahnya. Atik, bibi Arif, menduga, dia mendapat uang jajan dari para tetangganya. ”Karena Arif tinggal bersama neneknya, jadi orang-orang merasa kasihan,” kata perempuan berusia 37 tahun tersebut.
Rupanya, uang pemberian itulah yang digunakan untuk membeli petasan. Menurut keterangan sejumlah temannya, Arif membeli banyak mercon. Lalu, mercon-mercon tersebut dirangkai menjadi satu. Tentu saja, Arif berharap efek ledakan yang cukup keras.
Tapi, begitu disulut, mercon tersebut tidak kunjung meledak. Penasaran, Arif kemudian mendekat dan mengocok mainan berbahan peledak itu. Tiba-tiba saja, duarrrr... mercon tersebut meledak dan nyaris menghancurkan tangan mungil bocah tersebut.
Arif langsung terkapar, berteriak sembari memegangi tangan kanannya yang berlumuran darah. Warga membawanya ke puskesmas. Namun, karena terlalu parah, dia dirujuk ke RSUD dr Soetomo.
Urip menjelaskan, bocah malang itu harus menjalani operasi kurang lebih empat jam. ”Sebab, lukanya memang cukup parah. Tulangnya mengalami dislokasi,” terang dokter spesialis bedah kepala dan leher itu. Prosesnya diawali dengan debridement, yakni pembersihan luka yang menodai tangan bocah tersebut.
Untuk memperbaiki kondisinya, dilakukan proses pinning, yakni memasang kawat pada jari-jari tangannya. ” Tujuannya merelokasi tulang jari-jari tangannya,” kata Urip. Dokter itu menjelaskan, pemulihan membutuhkan waktu setidaknya seminggu.
Dokter alumnus FK Unair tersebut mengungkapkan, tahun ini korban akibat mercon menurun. ”Hingga hari keempat belas bulan puasa ini, baru ada satu laporan. Padahal, tahun sebelumnya pada hari pertama sudah ada beberapa korban,” ujarnya.
Pada 2013, tercatat 29 orang terluka akibat mercon. Mayoritas korban mengalami blast injury, yakni semacam luka akibat ledakan mercon tersebut. Jika bagian tangan atau lengan yang terluka, tidak perlu dikhawatirkan. ”Namun, ada juga yang terkena bagian matanya. Untung, tidak sampai mengalami kebutaan,” katanya.
Sementara itu, pada 2014, jumlah korban turun menjadi 16 orang. Saat itu, banyak korban yang mengalami luka pada mata. ”Bahkan, ada yang mengenai kemaluannya,” imbuhnya. Korban tidak sebatas anak-anak. Bahkan, remaja hingga usia 30 tahun juga terkena imbas.
Lebih lanjut, Urip mengatakan, menurunnya laporan korban ditengarai karena tingkat kesadaran masyarakat semakin tinggi. ”Selain itu, bisa jadi akibat aturan pelarangan penjualan dan penggunaan mercon,” ujar dokter spesialis bedah kepala dan leher tersebut.
Ketua Perhimpunan Ahli Bedah Indonesia (PABI) itu berharap tahun ini tidak ada lagi korban berjatuhan akibat mainan itu. Apalagi kepolisian gencar melakukan razia. (ara/c6/ayi)