KB Suntik Masih Tetap Dominan
Bapemas Minta Tambah PLKB
ASEMROWO – Perlahan-lahan, alat kontrasepsi atau KB mulai diarahkan kepada penggunaan IUD dan MOW (kontrasepsi mantap perempuan alias steril). Selain karena mudah, penggunaan KB jenis tersebut minim efek samping. Meski demikian, masih banyak warga yang bertahan dengan menggunakan jenis lain.
Misalnya, itu dijumpai di Kelurahan Asemrowo. Saat kader melakukan gerebek KB beberapa waktu lalu, mayoritas ibu rumah tangga yang ditemui masih bertahan menggunakan KB pil dan suntik. Para kader mendatangi mereka di rumah masing-masing.
Sebagian besar pengguna alat kontrasepsi itu dalam masa nifas maupun usia produktif. Salah seorang di antara mereka, Misnayah, warga Tambak Mayor, yang baru melahirkan putri keempat.
Menurut para kader, salah satu alasan warga enggan beralih KB karena merasa masih nyaman. Selain itu, informasi yang didapat terkait dengan kontrasepsi IUD dan steril sangat minim. ’’Kebanyakan sih info yang kurang tepat. Jadi seperti percaya mitos gitu,’’ tutur Nur Hayati, kader Asemrowo. Padahal, lanjut dia, salah satu keuntungan menggunakan IUD dan MOW adalah tidak memengaruhi hormon.
Kondisi tersebut memang cukup dimaklumi. Pihak Bapemas-KB pun membenarkan hal tersebut. Bahkan, pendampingan terhadap warga di lapangan juga terasa kurang. Salah satu penyebabnya, keterbatasan tenaga PLKB (petugas lapangan keluarga berencana). ’’Memang seperti itu. Jumlah petugas kami menyusut. Semula 200 orang sekarang tinggal 69,’’ terang Kepala Subbidang KB Joenyanto Susilo.
Para kader IMP (institusi masyarakat pedesaan) yang bertugas di lapangan sejatinya dibantu oleh PLKB. Pria asal Surabaya itu mennuturkan, petugas yang diterjunkan tersebut melayani seluruh kelurahan di Surabaya.
Penyusutan itu, menurut dia, cukup berpengaruh terhadap tingkat pemahaman warga. ’’Seharusnya mereka bisa mendampingi dan mengedukasi warga dengan KB yang tepat. Tetapi, SDM-nya kurang,’’ jelas alumnus Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Solo tersebut.
Dia mengatakan, penyusutan itu terjadi akibat banyak petugas yang pensiun atau dipindahkan. Pihaknya telah mengajukan permohonan penambahan PLKB. Untuk membantu kerja lapangan, para IMP menjadi ujung tombak.
’’Mereka kan ada di lingkungan tersebut. Jadi, mereka sangat bisa memantau kondisi di sekitar. Meski begitu, permintaan akan kontrasepsi suntik dan pil tetap banyak,’’ ujarnya sambil menunjukkan stok alat kontrasepsi di gudang penyimpanan kemarin (1/7).
Berdasar data yang diperoleh, peserta KB baru (yang diselingi kehamilan) hingga April 2015 terdapat 14.259 orang. Pengguna kontrasepsi pil tercatat 1.992. Kontrasepsi IUD dan MOW hanya 1.716 dan 627 peserta.
Untuk peserta KB aktif atau yang tidak lagi hamil namun tetap memakai KB, kontrasepsi suntik dilakukan 189.211 dan pil 73.926. Sementara itu, IUD sebanyak 49.527 dan MOW 31.301 orang.
Pilihan lain, KB susuk, juga tersedia lebih banyak. Sino implant, sebatang susuk, telah didistribusikan BKKBN Propinsi hingga ke kecamatan.
Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) Kecamatan Simokerto Siti Nurul Hidayati menyatakan, sino implant bisa diakses di puskesmas tingkat kecamatan. Sino implant biasanya hanya diperoleh jika ada momen tertentu.
Sedangkan jumlah peminat alat kontrasepsi laki-laki berupa MOP jarang peminat di Kecamatan Simokerto. ”Setahun tidak pasti jumlahnya. Paling sekitar 1–2 orang, dalam setahun tidak sampai 10 orang,” kata Nurul. (bir/aya/c4/nda)