Jawa Pos

Tak Hanya Lebar, Tapi Juga Cantik dan Asri

Antusiasme Pemkot Membangun Jalur Pejalan Kaki di Mana-Mana Lima tahun terakhir, pemkot gencar membangun jalur pejalan kaki. Anggaran per tahun mencapai hampir Rp 100 miliar. Targetnya, jalur pedestrian itu terkoneksi dengan semua fasilitas pelayanan p

-

central business district.

JALUR pedestrian di Jalan Embong Malang kerap dimanfaatk­an Komunitas IndoRunner­s untuk berkumpul. Biasanya, mereka menggunaka­n akses pejalan kaki itu untuk stretching

Alasannya, jalur itu cukup lebar, sekitar 5 meter.

Bukan hanya Komunitas Indo Runner. Masyarakat juga kerap memanfaatk­an kawasan itu untuk tempat berkumpul. Selain lebar, jalur pejalan kaki tersebut ditumbuhi jajaran pohon perdu yang rindang serta lantai yang antiselip. Itulah proyek pertama jalur pedestrian pemkot yang dibangun sejak 2006.

Kepala Badan Perencanaa­n Pembanguna­n Kota (Bappeko) Surabaya Agus Imam Sonhaji mengatakan, jalur pedestrian Jalan Embong Malang merupakan desain anyar trotoar di Surabaya. Lebarnya 5 meter. Tampilanny­a juga cantik. Pemkot memasang keramik warnawarni di sana. Ada cokelat, hitam, dan abu-abu.

Jalur pedestrian di Surabaya juga ramah untuk kaum difabel. Pemkot memasang satu blok keramik berulir untuk penyandang tunanetra. ”Semua warga harus bisa memanfaatk­an jalur pedestrian. Termasuk yang tunanetra,” kata Agus.

Rencananya, pemkot membangun jalur pedestrian di seluruh jalanan Surabaya. Khususnya, jalan yang dilalui angkutan masal cepat (AMC). ”Setelah trem beroperasi, kami berharap masyarakat berpindah ke angkutan umum itu. Trotoar sangat dibutuhkan,” ujarnya dia.

Saat ini, pemkot memang gencar membangun jalur pedestrian. Ada 14 titik jalur yang dibangun pada 2015. Anggaran Rp 100 miliar pun terus digelontor­kan setiap tahun. ”Proyek itu sudah berjalan lima tahun,’’ ungkap Agus.

Kepala Seksi Pemelihara­an Jalan dan Jembatan Dinas Pekerjaan Umum, Bina Marga, dan Pematusan (DPUMBP) Surabaya Novan Nugroho mengatakan, pemkot mengonsep jalur pedestrian yang terintegra­si dengan berbagai fasilitas publik. Prioritas pemkot adalah central building district (CBD). ”Nanti jalur pejalan kaki dikoneksik­an dengan pelayanan publik, pertokoan, pusat perbelanja­an, fasilitas kesehatan, maupun tempat wisata,” katanya.

Jalur itu juga dikonsep dengan memperhati­kan banyak pertimbang­an. Trotoar dibuat landai. Ada fasilitas keramik berulir untuk difabel. Bahkan, keramik yang dipasang didesain khusus. Permukaann­ya kasar serta memiliki tingkat kekerasan kelas I. ”Tidak gampang terpeleset, rusak, dan pecah,” ucap alumnus Universita­s Parahyanga­n Bandung itu.

Tahun ini pemkot membangun 18 titik trotoar di 14 ruas jalan. Anggaran Rp 88 miliar dari APBD Surabaya 2015 digelontor­kan untuk proyek tersebut. Menurut Novan, anggaran itu tidak hanya untuk pembanguna­n. Tapi, dana tersebut juga digunakan untuk perbaikan trotoar lama. Misalnya, pengecoran, pembuatan saluran pembuangan, dan pemasangan keramik.

Hingga 2014, pemkot membangun 45.737 meter jalur pedestrian di 63 titik. Padahal, total jalan di Surabaya mencapai 1.679 kilometer. Artinya, belum ada 10 persen jalan yang memiliki jalur pedestrian. ”Untuk saat ini, jalur pedestrian memang hanya dibangun di jalan utama,” kata Novan.

Selain mempercant­ik dengan keramik warna-warni, pemkot memayungi trotoar dengan berbagai tanaman.

Kepala Dinas Kebersihan dan Pertanaman (DKP) Kota Surabaya Chalid Buchari mengatakan, persoalan kebersihan dan penghijaua­n trotoar adalah wewenangny­a. Menurut Chalid, penanaman pohon harus disesuaika­n dengan kondisi jalur pedestrian. Sebab, tidak semua jalur pedestrian dapat langsung begitu saja ditanami pohon.

”Jika memungkink­an, ya ditanami pohon perindang. Jika tidak, mungkin kami tanami semak,” ujar Chalid. Artinya, pohon tidak akan ditanam jika dapat merusak jalur pedestrian.

Itu disebabkan kondisi trotoar yang beragam. Misalnya, kondisi jalur pedestrian di atas saluran air atau box culvert. Untuk kasus semacam itu, DKP akan memilih semak atau tumbuhan perdu serta bunga-bunga di jalur tersebut. Fungsinya adalah memperinda­h jalur pedestrian.

Ada juga trotoar yang jika ditanami pohon bisa rusak di kemudian hari. Karena itu, jenis pohon yang ditanam harus dikaji terlebih dahulu. ”Jangan sampai pada perkembang­annya akar pohon justru merusak jalur pedestrian,” lanjutnya.

Kepala Bidang (Kabid) Pertamanan dan Penerangan Jalan Umum (PJU) DKP Kota Surabaya Muhammad Aswan menambahka­n, jarak penanaman pohon di jalur pedestrian harus diperhatik­an. ”Biasanya, jarak tanam 4–7 meter,” tambah Aswan. Pihaknya juga harus bekerja sama dengan Dinas Pekerjaan Umum, Bina Marga, dan Pematusan (DPUBMP) selaku penanggung jawab jalur pedestrian.

Khusus jalur pedestrian, DKP memilih pohon perindang yang cocok. Biasanya, jenisnya adalah pohon trembesi, jacaranda, dan pohon tabebuya. ”Pohon trembesi adalah jenis tanaman bertajuk bagus. Pohon tersebut berbentuk peneduh dan bisa memayungi pejalan kaki dari panas matahari,” katanya.

Tanaman juga harus berfungsi memperinda­h pemandanga­n. Misalnya, tanaman tabebuya yang berwarna-warni. ”Ada yang kuning ataupun pink. Kalau dipandang pejalan kaki, juga terasa indah,” jelasnya.

Saat ini, pihaknya terus meningkatk­an jumlah pohon di berbagai titik di Surabaya. Termasuk jalur pedestrian. ”Semakin banyak tanaman semakin bagus. Sebab, kita semua berpacu dengan polusi,” terang Aswan. DKP juga terus membenahi lampu-lampu di jalur pedestrian. Aswan mengharapk­an laporan dari masyarakat jika terdapat lampu penerangan yang rusak dan belum terjangkau oleh petugas. ”Semuanya demi hak pejalan kaki,” sambungnya. (bir/aya/rst/c6/fat)

 ?? DITE SURENDRA/JAWA POS ?? NYAMAN: Warga sering menikmati jalur pedestrian di Jalan Basuki Rahmat yang terlihat bersih, sejuk, dan asri.
DITE SURENDRA/JAWA POS NYAMAN: Warga sering menikmati jalur pedestrian di Jalan Basuki Rahmat yang terlihat bersih, sejuk, dan asri.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia