Makelar Bangku Kuliah Masih Berkeliaran
SURABAYA – Temuan berbagai kejanggalan di STIE ABI (Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Arta Bodhi Iswara) tidak membuat para makelar bangku kuliah keder. Mereka bahkan tetap menawarkan jasa mendapatkan ijazah instan dari kampus tersebut.
Kemarin Jawa Pos mendengarkan pengakuan salah seorang pedagang bangku kuliah di sekitar Jalan Pumpungan 3. ’’Saya juga butuh uang. Saya ini hanya berbisnis,’’ ujarnya.
Pria tersebut mengaku sudah mendapatkan 120 mahasiswa S-1 dan 25 mahasiswa S-2 pada tahun ini. Para mahasiswa itu tidak perlu kuliah. ’’Tapi, mereka pasti mendapatkan ijazah,’’ katanya.
Dia mengaku tidak tahu-menahu terkait dengan legalitas calon mahasiswa tersebut di STIE ABI. Menurut dia, itu sudah menjadi urusan kampus. ’’Saya hanya menyerahkan uang kepada mereka. Diakui atau tidak mahasiswa tersebut, bukan urusan saya,’’ terangnya, lantas menyodorkan formulir pendaftaran.
Untuk mendaftar, pedagang bangku kuliah itu meminta Rp 1 juta sebagai biaya formulir. Sampai semua urusan beres, total biaya yang dikeluarkan mencapai Rp 25 juta sampai Rp 30 juta. Dia mengaku diuntungkan dalam bisnis tersebut. ’’Saya hanya perlu cari mahasiswa, tidak perlu modal mengeluarkan uang. Malahan mahasiswa itu yang bayar ke saya,’’ ucapnya.
Penjual tersebut mengaku bertanggung jawab penuh mengenai status ’’mahasiswa’’ mereka dalam pangkalan data pendidikan dikti (PD Dikti). Dia juga bertugas menginput data ke PD Dikti nama-nama mahasiswa hasil bisnis itu. ’’Mereka juga dapat NIM (nomor induk mahasiswa, Red). Sudah jelas ada di PD Dikti,’’ jelasnya.
Dia mengaku mengetahui pemberitaan terkait dengan STIE ABI beberapa hari ini di media massa. Bahkan, pria tersebut juga mengetahui bahwa status STIE ABI menjadi nonaktif sejak Desember 2014. Namun, dia tetap menjalankan bisnis jual beli bangku kuliah sampai saat ini.
Sementara itu, Kementerian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) melakukan visitasi ke STIE ABI pada Jumat (25/9). Ada beberapa pelanggaran yang ditemukan dalam kunjungan tersebut. Salah satunya, terdapat koordinator pencari mahasiswa. ’’Ada orang-orang yang bertugas sebagai koordinator untuk mendapatkan mahasiswa. Mereka tersebar di 22 kabupaten/kota,’’ ujar Ketua Tim Evaluasi Kinerja Akademik Perguruan Tinggi Kemenristek-Dikti Supriadi Rustad.
Dia menjelaskan, STIE ABI akan mendapatkan pembinaan lebih lanjut. Kampus itu diwajibkan memperbaiki kesalahan dulu agar statusnya bisa diaktifkan kembali. Selama proses perbaikan, Kemen ristek- Dikti bersama Kopertis VII Jatim terus melakukan pemantauan.
STIE ABI pun mengaku memiliki koordinator yang bertugas mencari mahasiswa. ’’Ya memang ada. Kan sudah diketahui Kemenristek-Dikti,’’ tutur Jumadi, salah seorang dosen STIE ABI. (gc/bri/c20/fat)