Jawa Pos

Snorkeling Seru, lalu Sunbathing

Gili Labak, Keindahan di Ujung Madura Keindahan Pulau Gili Labak yang banyak terekspos di media sosial menggugah rasa penasaran. Setelah mencari tahu ke sana kemari, saya bersama enam teman memutuskan berangkat dengan ikut Alasannya simpel, yaitu enggak

-

open trip.

DENGAN ikut open trip, kami tinggal duduk manis karena seluruh akomodasi sudah diurus travel. Biayanya juga lebih murah karena ada sharing cost dengan sesama traveler lain. Namun, bukan berarti semua berjalan mulus. Ternyata, kami berangkat dengan dua rombongan lain yang jumlah anggotanya lebih banyak.

Nah, saat berangkat, rombongan kami terpisah. Saya bersama dua teman berada dalam satu mobil, sedangkan sisanya di mobil yang lain. Hanya, persoalann­ya, mobil yang saya tumpangi berisi rombongan remaja yang berisiknya minta ampun. Padahal, kami berangkat sekitar pukul 00.00, yakni saat enak-enaknya terlelap. Suara dan tawa mereka sangat membahana. Alhasil, kami tidak bisa istirahat dengan optimal.

Sesampai di Pelabuhan Kalianget, Sumenep, sekitar pukul 06.00, kami bersiap menyeberan­g ke Pulau Gili Labak. Jangan membayangk­an menggunaka­n speedboat atau kapal cepat. Yang terpampang di depan mata hanyalah perahu kecil yang biasa digunakan nelayan.

Setelah dua jam di lautan, kami tiba juga di daratan. Pulau Gili Labak terhampar luas di depan mata. Jernihnya air laut menyambut langkah kami. Bahkan, secara kasatmata, kami bisa memandang biota alam bawah laut dengan jelas. Kelelahan rasanya terbayar saat kami menjejak pulau berjuluk Hidden Paradise itu.

Kami bergegas turun dari perahu dan menjejakka­n kaki di atas pasir putih yang lembut. Aktivitas pertama tentu saja sarapan. Setelah menempuh perjalanan hampir delapan jam, perut terasa keronconga­n. Makan pagi tersebut merupakan bagian dari fasilitas yang disediakan pihak travel. Menunya khas pesisir laut, ikan panggang. Rasanya lumayanlah daripada enggak ada sama sekali. Yang tak puas dengan menu itu tidak perlu khawatir. Di pulau tersebut terdapat warung.

Perut kenyang, saatnya ber- snorkeling. Aktivitas utama di Pulau Gili Labak itu tidak boleh dilewatkan. Sayangnya, pihak travel hanya menyediaka­n snorkel plus pelampung dengan kondisi yang tidak terlalu baik, tanpa kaki katak pula. Tak apalah, kami mencoba nyemplung saja.

Byuuurrr….. Aduuuh, ternyata airnya sangatsang­at asin. Selain itu, karangnya tajam. Jika tidak berhati-hati, kaki bisa dengan mudah terluka. Fiuuh… beberapa teman bahkan kewalahan saat memperbaik­i letak snorkel dan tanpa sengaja air menciprat ke mata. Perihnya tidak dapat dilukiskan. Akhirnya, kami ber- snorkeling sambil membawa sebotol air mineral untuk membersihk­an mata jika terciprat air laut. Meski tidak bisa maksimal, kami tetap terhibur oleh pemandanga­n alam bawah laut yang sangat cantik. Gugusan karang, rumput laut, dan sekelompok ikan kecil membentuk harmoni alam, sangat menyegarka­n mata.

Selain snorkeling, aktivitas lain yang bisa dilakukan adalah sunbathing atau sekadar bermain pasir putih yang lembut. Jika sudah puas bermain air dan pasir, tersedia kamar mandi untuk tempat bilas. Jika ingin bilas dengan air tawar, harus membayar Rp 6.000 untuk satu ember air. Ukuran embernya besar kok. Satu ember saja sudah cukup untuk sekadar bilas. Irit, hehehe…

Selesai membersihk­an diri, saatnya mengeksplo­rasi pulau. Untuk mengelilin­gi pulau tersebut, dibutuhkan waktu sekitar 30 menit.

Ya, cuaca di sini sangat gersang. Masih pukul 10.00 pagi saja, matahari terasa sangat terik dan menyengat di kulit. Karena itu, sunblock merupakan item wajib. Setelah puas berkelilin­g pulau, akhirnya rasa penasaran pun terjawab. Meski fasilitas masih terbatas dan belum terkelola dengan baik, Pulau Gili Labak layak dikunjungi. (*/c20/ayi)

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia