Yang Penting Kuota Aman
JAKARTA – Tim angkat besi Indonesia mencatat hasil mengecewakan di Kejuaraan Dunia di Houston, AS, akhir November lalu. Namun, meski angkatan semua lifter menurun, PB PABBSI berdalih misi mereka tercapai. Yakni, mengamankan tujuh tiket Olimpiade Rio de Janeiro 2016.
’’ Terkait prestasi di Houston, jangan langsung di- judge (dinilai, Red) buruk,’’ kata Dirja Wihardja, pelatih pelatnas angkat besi, kemarin (4/12). Jika dikalkulasi, hasil dari Houston cukup untuk meloloskan tujuh lifter ke Rio. Kuota itu didapat pada 2014 dan berhasil dipertahankan.
Meski pengumuman resmi belum ada, dari perolehan poin, Dirja optimistis tim putra sudah mapan dengan kuota lima lifter. Sementara itu, tim putri berada di batas kualifikasi untuk kuota dua lifter (selengkapnya lihat grafis).
Sebagaimana diberitakan, lifter olimpiade Indonesia seperti Eko Yuli Irawan dan Triyatno belum maksimal dalam Kejuaraan Dunia 2015. Dalam event yang diikuti para lifter olimpiade itu, Eko Yuli hanya menempati urutan keenam. Catatannya 138 kg snatch serta 166 kg clean and jerk. Sementara itu, Triyatno mampu mengangkat beban 146 kg snatch dan 175 clean and jerk.
Semua turun dari event sebelumnya di Almaty, Kazakhstan. Namun, Dirja tetap menganggap anak asuhnya punya peluang. ’’ Yang penting anak- anak sudah punya modal menuju ke Rio nanti,’’ jelasnya.
Pelatnas akan memberlakukan kebijakan baru kepada para lifter. Salah satunya mengubah kelas mereka di olimpiade nanti. Misalnya, Triyatno yang angkatan terbaiknya dicetak saat meraih medali perak di Olimpiade London 2012. Saat itu dia turun di kelas 69 kg. Maka, PB PABBSI akan mengembalikan dia dari kelas 77 kg ke 69 kg mulai Januari nanti.
Manajer tim angkat besi Alamsyah Wijaya menjelaskan, dalam sisa waktu 6–8 bulan mendatang, timnya akan memberikan treatment khusus bagi para lifter olimpiade. Mulai akomodasi, asupan nutrisi, hingga perawatan fisik. Selama training center, misalnya, mereka akan mendapatkan satu kamar untuk dua atlet.
’’Kalau di Hotel Century seperti saat ini, empat atlet menempati satu kamar. Makanan yang disediakan juga tidak variatif,’’ kata Alamsah. ’’Aspek psikologi dan fisoterapis juga lebih kami perhatikan. Dua aspek itu diharapkan bisa mendukung anakanak untuk tampil hebat di Rio nanti,’’ tambahnya. (nap/c15/na)