Jawa Pos

Menikmati Cahaya Dhamar Blambangan

- Oleh SAMSUDIN ADLAWI

TIDAK banyak daerah di Jawa Timur ( Jatim) yang konsisten menggelar pameran seni rupa setiap tahun. Di antara yang sedikit itu, ada Banyuwangi. Kabupaten di ujung paling timur Provinsi Jatim tersebut hingga kini masih istiqamah menggelar pameran lukisan. Pelaksanaa­nnya bertepatan dengan perayaan hari jadi Banyuwangi pada setiap Desember.

Pameran kali ini yang digelar 1–5 Desember 2015 sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Kali ini panitia yang diketuai pelukis Ilyasin lebih terbuka. Membuka diri bagi seniman lain dari luar Banyuwangi untuk ikut meramaikan pameran. Maka, materi yang dipamerkan pun bukan lagi hanya lukisan dan patung. Ratusan karya foto juga ikut meramaikan suasana Gedung Wanita Paramitha Kencana Banyuwangi sebagai lokasi pameran.

Tercatat, ada 150 karya foto yang terdisplay di halaman depan ruang pameran. Ratusan foto itu merupakan hasil jepretan 30 fotografer dari Banyuwangi, Situbondo, Jember, Probolingg­o, dan Bali. ” Total karya yang masuk 325 foto. Setelah diseleksi tinggal 150 foto,” kata Kholil, ketua panitia seksi fotografi.

Ratusan foto ukuran 12 RS tersebut ditata sedemikian rupa. Dibagi menjadi dua. Mengapit jalan masuk menuju ruang utama gedung wanita. Foto-foto itu menggantun­g di rangkaian bambu dan kawat. Menjadi seni instalasi yang menarik. Meski di ruang terbuka, pengunjung sangat nyaman menikmati pameran foto bertajuk Ngelawung Bumi Blambangan tersebut.

Apalagi, tiap-tiap blok dipercanti­k dengan satu set kursi antik. Juga kedai kopi dadakan yang menyuguhka­n kopi Kemiren yang sudah dikenal luas. ”Seperti tidak berada dalam arena pameran,” komentar pelukis S. Yadi K. sambil menyeruput kopi.

Sama dengan objek lukisan yang dipamerkan, foto-foto yang di- display menunjukka­n kekayaan adat, kesenian, budaya, dan alam daerah berjuluk The Sunrise of Java itu. Puas menikmati pameran foto, pengunjung bisa langsung menyaksika­n 84 lukisan dan lima karya patung. Semua karya pelukis dan pematung Kota Gandrung. Baik yang tinggal di Banyuwangi maupun yang kini bermukim di kota lain seperti di Ubud (Bali), Jogjakarta, dan Jakarta.

Sebagai alumnus ISI Jogjakarta, Ilyasin tahu betul bagaimana menata karya seni dalam sebuah pameran. Suasana ruang pameran terasa lapang meski disesaki 84 lukisan dan lima patung. Manajemen pamerannya sangat rapi.

”Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang terkesan sempit ruang pamerannya,” komentar Jhon A. Rahmatulla­h, pengunjung. Kelebihan lain dari pameran bertitel Dhamar Blambangan itu adalah penggunaan lampu untuk setiap karya yang dipamerkan. Keberadaan lampu tersebut sangat membantu pengunjung dalam mengamati detail-detail lukisan yang dipajang.

Tema Dhamar Blambangan, kata Ilyasin, merupakan gambaran suatu bentuk seni dan budaya yang semakin bersinar dari waktu ke waktu. Itulah yang terjadi dengan seni lukis dan patung di Banyuwangi. Dari tahun ke tahun kualitas penyelengg­araan pamerannya terus mengalami kemajuan. Pun karya yang dipamerkan. Semua itu tidak terlepas dari makin banyaknya pelukis dan pematung asli Banyuwangi yang bersinar di Ubud sampai Jakarta.

Pameran seni rupa kali ini boleh dikata sebagai pameran terbaik sepanjang pameran serupa yang pernah digelar di Banyuwangi selama ini. Dalam pameran tahun-tahun sebelumnya, tidak pernah ada acara photo on the spot. Kegiatan yang digelar di sekitar arena pameran foto (di halaman depan Gedung Wanita Paramitha Kencana) itu menampilka­n beberapa model yang sedang membatik. Bukan hanya para fotografer, para pelukis yang sedang berpameran di dalam gedung wanita juga tak mau kalah: berlomba membidikka­n kameranya untuk menjadikan­nya objek lukisan.

Satu lagi acara yang baru dari pameran kali ini adalah baca puisi dan stand-up comedy oleh para penyair dan pelukis Banyuwangi. Dewan Kesenian Blambangan (DKB) sangat mengapresi­asi kepanitiaa­n pameran tahun ini. Sebab, mereka mau mendengar dan melaksanak­an masukanmas­ukan dari pengampu seni budaya di Bumi Blambangan itu. Misalnya bekerja sama dengan seniman foto dan sastrawan di Kota Gandrung.

Walhasil, menu acara tambahan tersebut mampu menjadi daya tarik ekstra. Terbukti, setiap hari pameran seni di Gedung Wanita Paramitha Kencana tidak pernah sepi pengunjung. Siang dan malam sama ramainya. (*)

Ketua Dewan Kesenian Blambangan-Banyuwangi

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia