Jawa Pos

Berpikir Terbuka, Gandeng Mitra Mancanegar­a

Vietnam selama ini selalu menjadi kompetitor paling dekat Indonesia. Tak hanya dalam hal tenaga kerja, tapi juga investasi. Negara sosia- lis itu juga punya modal berharga untuk mengarungi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang sebentar lagi berlangsun­g. Yak

-

start-up.

HAL tersebut terlihat saat CEO Google Sundar Pichai mengunjung­i Vietnam beberapa hari lalu. Di Hanoi, dia bertemu dengan 200 pebisnis muda yang concern pada usaha start-up. Pichai melihat pengusaha-pengusaha muda itu bakal sukses secara global.

”Itu hanya soal waktu. Menurut saya, sudah banyak di antara kalian yang bisa seperti itu,” katanya. Optimisme tersebut didorong size market yang besar, penggunaan internet yang tinggi, dan budaya berwirausa­ha yang tumbuh baik di Vietnam.

Kata dia, pengusaha start-up Vietnam bisa belajar dari India. Di sana banyak pengusaha pemula yang mengawali usaha secara lokal. Na- mun, setelah itu, banyak yang mendapatka­n kesempatan mengembang­kan usaha ke luar negeri.

Pengusaha Vietnam mungkin tidak dapat menembus pasar global dengan mudah. Karena itu, mereka bisa bekerja sama dengan pengusaha dari luar negeri. Hal tersebut akan mempermuda­h dan mempercepa­t perkembang­an usaha start-up untuk melaju ke level global. Syaratnya, para pengusaha harus berpikir lebih terbuka sehingga ada kepercayaa­n diri untuk menerima kesuksesan.

Merujuk laporan terbaru, 52 persen penduduk Vietnam yang mencapai 93 juta jiwa menggunaka­n internet. Negeri itu pun setidaknya memiliki 128 juta pelanggan mobile phone. Posisi Pichai sebagai CEO Google memberikan harapan kepada Vietnam bahwa orang dari negeri dunia ketiga bisa memimpin perusahaan besar kelas dunia.

Pichai pun termasuk orang yang lahir dari keluarga sederhana. Lahir dengan nama Pichai Sundararaj­an, dia menjabat CEO pada 10 Agustus 2015. Ketika itu perusahaan sedang melakukan restruktur­isasi dan berubah nama menjadi Alphabet Inc, sebagai perusahaan induk Google.

Pichai hahir pada 1972. Saat ini kekayaanny­a mencapai USD 150 juta. Mumbai Mirror melaporkan, Pichai tumbuh dari kecil tanpa televisi dan mobil. Keluargany­a juga baru punyai akses ke sambungan telepon saat Pichai berusia 12 tahun.

Ayah Pichai bekerja sebagai insinyur listrik. Sejak kecil dia tertarik dengan pekerjaan ayahnya. Pichai muda pun sangat pintar dalam hal akademis. Dia menempuh studi teknik di Indian Institute of Technology. Kemudian, menerima beasiswa dan belajar material science dan fisika semikonduk­tor di Stanford University, AS.

Meski biaya kuliahnya tertutupi beasiswa, keluarga Pichai masih harus meminjam uang. Uang yang dipinjam itu digunakan untuk membayar penerbanga­n ke AS serta biaya-biaya perjalanan lainnya. Pichai kemudian bekerja sebagai konsultan manajemen di McKinsey & Company.

Setelah itu, dia bergabung dengan Google pada 2004. Ketika itu Pichai bekerja di Google Toolbar yang memungkink­an pengguna internet mencari di Google. (rin/c10/oki)

 ?? TUOITRENEW­S.VN ?? SIAP BERSAING: Sundar Pichai berfoto bersama pengusaha start-up di Hanoi.
TUOITRENEW­S.VN SIAP BERSAING: Sundar Pichai berfoto bersama pengusaha start-up di Hanoi.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia