Lega Akhiri Dua Tahun Terburuk
Jatuh Bangun Scooter Braun Tangani Justin Bieber
Justin Bieber tidak akan sesukses sekarang tanpa bantuan manajernya, Scooter
Braun. Braun susah payah membantu musisi Kanada itu melewati titik terendah dan
tergelap karirnya.
SEBAGAI remaja, Bieber tentu pernah mengalami fase labil. Mulai emosi yang meledak-ledak, mood yang kerap berubah, hingga perilaku yang semaunya sendiri.
Pada 2013, musisi kelahiran 1 Maret 1994 tersebut mengalami titik terburuk dalam karirnya. Yakni, tepat setelah rilis albumnya, Journals.
Pasca merilis album kompilasi digitalnya dua tahun lalu, Bieber memang dikenal sebagai bintang yang bengal. Dia kerap berbuat onar. Mulai berbuat keributan di area sekitar rumahnya, cap ’’diva’’ dari sesama selebriti atau tim produksi TV, hingga berkendara di bawah pengaruh obatobatan atau alkohol (DUI).
Kepada New York Times, Braun menjelaskan bahwa kondisi tersebut benar-benar di luar dugaannya. ’’Orang lain tidak tahu apa yang benar-benar terjadi. Keadaannya jauh lebih buruk daripada yang kalian bayangkan,’’ ucapnya.
Bieber menjelma menjadi enemy. Namanya kerap menjadi bahan banyolan serta kritik media dan publik. Puncaknya, mantan kekasih Selena Gomez itu ditahan kepolisian Miami Beach, Florida, tahun lalu.
Penyanyi yang come back pada November itu mengendarai mobil di bawah pengaruh alkohol dan obatobatan terlarang. Surat izin mengemudinya pun ternyata sudah mati. ’’Aku sadar, dia berjalan di arah yang salah terlalu jauh,’’ ucap pria kelahiran 18 Juni 1981 tersebut.
Dalam kondisi seperti itu, Bieber memintanya untuk membuat tur. Braun tidak memenuhi permintaan itu. ’’Aku tidak membiarkannya bekerja dengan kondisi seperti itu,’’ tegasnya.
Sebetulnya, seperti apa kondisi kehidupan Bieber saat itu? ’’Dia bisa saja mati kalau tidak segera mengubah hidupnya,’’ ungkap pria yang juga menjadi manajer Ariana Grande dan Carly Rae Jepsen itu.
Jawaban tersebut menggambarkan kalau hidup Bieber saat itu benar-benar gelap dan terpuruk. Pemilik label rekaman School Boy Records dan Raymond-Braun Media Group tersebut mengungkapkan, perjuangan ’’membawa kembali’’ sosok the lovable Bieber sangat berat. ’’Aku mencoba segala cara. Semuanya gagal,’’ tambahnya.
Braun menyatakan, ketika itu, dia hanya menunggu momen Bieber benar-benar berkeinginan untuk tobat. ’’Sekitar 20 bulan lalu, dia datang dengan keputusannya sebagai pria muda. Dia bilang, aku butuh perubahan dalam hidupku,’’ ucap Braun. Layaknya renaissance, sosok Bieber benarbenar berubah drastis.
Bersama timnya, Braun mencoba mencari cara untuk mengangkat citra Bieber yang baru, yang lebih dewasa. Ide tersebut datang dari Ava Coleman, seorang karyawan magang di perusahaannya. ’’Dia menyarankan Bieber untuk tampil blak-blakan di Comedy Central,’’ ujar Braun. Penampilan musisi Kanada tersebut diwarnai olok-olok plus sindiran pedas yang menjadi ciri khas show tersebut.
Meski bikin kuping panas, momen tersebut jadi momen kembalinya Bieber. Dia lahir dengan image baru yang segar. Buktinya, album kelimanya, Purpose, yang mempunyai nuansa elektronik sekaligus R & B sukses. Publik pun seolah sudah lupa dengan tingkah Bieber di masa lalu.
Bieber siap melakukan tur konser Purpose tahun depan. ’’Sulit rasanya melihat orang yang kita cintai harus melalui masa sulit. Namun, aku senang semuanya berakhir indah,’’ ungkap Braun. (fam/co2/jan)