Jawa Pos

Pedang untuk Kendali Diri

-

SURABAYA – Nathan Algren, orang Amerika, sejatinya adalah tawanan perang. Tapi, dia memilih jalan pedang. Kapten ganteng itu tetap bertahan menjadi tahanan para samurai yang dipimpin Katsumoto. Muncul rasa cinta terhadap kehidupan di desa samurai yang mengubah pendiriann­ya. Bahkan, Algren rela mati untuk membela para jagoan pedang tersebut

Ya, itu adalah petikan plot The Last Samurai, film yang diperani Tom Cruise, pada 1993. Film tersebut menyuguhka­n kehidupan Jepang pada abad ke-19. Eksotisme budaya samurai, nilai hidup, bahkan teknik pedang mereka tergambar apik.

Berangkat dari film besutan Edward Zwick itulah, Ishak Sudarto, 42, mendalami iaijutsu di dojo binaan Kenji Sekiguchi. Dojo yang terletak di Lenmarc Center, Lenmarc Mall, itu menjadi tempat Ishak berlatih seni mencabut dan menebas dengan menggunaka­n katana (pedang) tersebut.

”Sudah setahun terakhir saya belajar iaijutsu, motivasiny­a sih karena film The Last Samurai,” ucap Ishak dengan tubuh masih terbalut iaigi ( atasan) dan hakama (celana).

Sang sensei, Kenji Sekiguchi, mengatakan bahwa motivasi para muridnya memang banyak diinspiras­i film atau anime bertema samurai. Padahal, sejatinya iaijutsu punya beragam manfaat. Selain sebagai olahraga yang menyehatka­n badan, iaijutsu sangat baik untuk melatih gerakan refleks.

”Para samurai memang dituntut siap fight meskipun katana mereka masih dalam kondisi tersarung,” ungkap Kenji. Oh ya, Kenji bukan orang Jepang. Dia asli Indonesia. Tapi, sejak 2008, dia mengubah seluruh identitas lamanya dengan nama baru. Itu dilakukan untuk menghormat­i gurunya yang mengajarka­n ilmu pedang.

Dalam iaijutsu, kecepatan dalam mencabut pedang sekaligus mengeluark­an tebasan mematikan sangat diperlukan para samurai. Lihat saja gerakan yang diperagaka­n Prince Muhammad Paradise, 15, dan kakaknya, Alexander Rizqi Maulana, 17. Mereka adalah anakanak Kenji Sekiguchi. Kecepatan gerakan mencabut dan menebas terlihat sangat mantap.

”Kendali diri sangat diperlukan dalam melakukan tiap gerakan. Sebab, kitalah yang mengendali­kan pedang. Bukan sebaliknya,” tambahnya. Sedangkan penilaian gerakan didasarkan pada keluwesan tangan dan angle terbaik saat melakukan tebasan.

Selain menjadi seni yang menyehatka­n, iaijutsu memiliki manfaat lain. Yakni, pengendali­an diri, terlebih gerakan noto. Ge- rakan memasukkan pedang ke sarungnya itu bermakna bahwa menyikapi segala hal harus dengan kepala dingin. Sebab, gerakan itu membutuhka­n kehati-hatian. Jika tidak, mata katana yang tajam bisa mengiris garis tangan.

”Akan lebih sulit memasukkan pedang daripada mencabutny­a. Itu berarti lebih mudah marah daripada menahannya,” ujar pria yang pernah belajar iaijutsu di New Zealand tersebut.

Beragam nilai filosofis itu juga yang membuat Melina Zhang memilih olahraga iaijutsu. Bagi dia, seni pedang dari jepang tersebut anti-mainstream dan berbeda dengan banyak olahraga lain. ” Iaijutsu itu sport yang gak boring karena setiap gerakan ada artinya,” jelas perempuan yang pernah menetap di Amerika Serikat tersebut.

Melina merasa begitu diarahkan pada pertemuan pertamanya di dojo binaan Kenji. Misalnya, gerakan reigi, yakni memberikan pengh ormatan kepada pedang dan lawan sebelum bertanding. ”Sering kali salah, tapi seru juga. Saya pokoknya harus menguasai teknik pedang ini,” kata Melina. ( all/ c7/ dos)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia