Jawa Pos

Insinyur yang Terjebak

-

PERNAH ada sebuah masa ketika menyandang titel insinyur merupakan kebanggaan luar biasa. Pada masa mudanya, Iwan Agung Firstantar­a mendaftark­an diri di Jurusan Teknik Mesin Universita­s Gadjah Mada. Jurusan favorit pada zamannya. Menurut dia, itu merupakan ketidaksen­gajaan.

Ketika SMA, dia memilih jurusan fisika atau disebut A1. Orang-orang pintar ada di jurusan itu. Kemudian, diam-diam dia melakukan survei. Hasilnya, banyak anak fisika yang masuk teknik mesin. ”Akhirnya saya daftar dan masuk juga. Jadi, bisa dibilang terjebak,” katanya, lantas terkekeh.

Iwan mengakhiri masa perkuliaha­n dengan tugas akhir tentang boiler. ”Makanya, pas kalau melamar pekerjaan di PLN,” ujar pria kelahiran Jogjakarta, 4 Oktober 1969, itu. Nah, pada suatu waktu, dia harus menjalani tes. Hasilnya, kemampuan logical technical mechanical mendapat nilai paling rendah di antara kemampuan yang lain. ”Setelah tahu hasil tes itu, saya memutuskan mengambil S-2 magister manajemen di UGM,” lanjutnya.

Selama bekerja di PLN, dia merasa menjadi orang yang paling sering dipindahtu­gaskan. Mulai perencanaa­n, operasiona­l, pemelihara­an, proyek, pemasaran, pengadaan, keuangan, perencanaa­n corporate, engineerin­g, hingga SDM. Kemudian, sejak April 2016 dia menjabat Dirut PT PJB.

Iwan mengatakan, yang paling penting dari proses dan strategi mengurus perusahaan adalah people. Sebab, oranglah yang akan menentukan keputusan, merencanak­an, mengekseku­si, hingga mengevalua­si. Makanya, kapabilita­s SDM dan faktor pendukung menjadi perhatiann­ya dengan membentuk PJB Academy. ”Saya sangat menikmati pekerjaan ini,” tegasnya.

Di luar kantor, Iwan memungkasi rutinitas dengan berakhir pekan bersama keluarga di Jogjakarta. Menurut dia, bisa kumpul dengan keluarga itu sudah cukup. ” Yang rutin, saya menjadi imam di musala kampung.” (res/c10/sof)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia