Jawa Pos

Persiapan 30 Menit, di Panggung Saling Pelotot

Usaha Galuh Fitri Amalia Susilo, Putri Nur Azizah, dan Lina Dwi Pratiwi patut diapresias­i. Mereka berhasil menyisihka­n puluhan tim yang menjadi perwakilan pelajar dari berbagai daerah pada ajang debat bahasa Indonesia di Palu, Sulawesi Tengah. Siswa Perai

- AGUS MUHAIMIN

SUASANA ruang kepala SMAN 1 Trenggalek siang itu mendadak riuh. Maklum saja, ruangan yang biasanya lengang tersebut kedatangan tiga siswa yang memiliki kelihaian dalam berbicara. Ya, mereka adalah Galuh, Putri, dan Lina. Tiga serangkai tersebut beberapa waktu lalu berhasil mengharumk­an nama sekolah di ajang debat nasional.

Sebagai ahli debat, mereka tentu memiliki keberanian, wawasan, dan pengetahua­n. Karena itu, bukan hal aneh ketika satu pertanyaan dijawab dengan penjelasan atau rangkaian kata yang panjang dan sangat detail, tetapi runtut. ”Di Jatim hanya sepuluh sekolah yang diundang debat dan nanti diambil satu untuk mewakili Jawa Timur,” ujar Lina Dwi Pratiwi kemarin (16/1).

Asian parliament­ary system atau metode yang biasa digunakan saat debat bahasa Inggris tersebut ternyata diadopsi dalam debat bahasa Indonesia. Debat antarpelaj­ar yang baru dihelat beberapa tahun terakhir menjadi salah satu ajang bergengsi bagi sekolah menengah atas.

Lina dan kawan-kawan harus menjalani seleksi di tingkat provinsi selama dua hari. Setelah terpilih menjadi perwakilan provinsi, mereka dikirim ke Palu, Sulawesi Tengah, untuk bertanding dengan perwakilan dari daerah atau provinsi lain.

Masing-masing anggota tim memiliki tugas dan kewajiban. Mulai menyusun kerangka materi debat hingga siapa yang bertugas menyanggah argumentas­i lawan. Hanya ada dua tim yang berdebat. Mereka terus berargumen untuk menguatkan pendapat dan menyanggah tanggapan atau argumentas­i tim lawan. ”Kami tidak begitu punya banyak waktu. Setelah pengumuman, besoknya pulang dan hari berikutnya harus berangkat ke Palu,” tuturnya.

Saking mepetnya jadwal tersebut, Lina mengaku tidak memiliki banyak waktu untuk berlatih. Waktu luang saat istirahat menjadi momen berharga untuk modal debat. ”Karena mepet itu, semakin mengakrabk­an chemistry dengan teman,” terangnya.

Sementara itu, Putri menuturkan, dengan mengikuti debat, dirinya mendapat banyak sekali hal baru. Terutama kebudayaan dari daerah lain. Bahkan, dia sempat belajar tradisi atau kebiasaan menulis bahasa Arab yang sangat jarang dilakukan. Sebaliknya, perwakilan dari daerah lain minta diajari soal aksara Jawa yang memang tidak ada di luar daerah Jawa. ”Kok hurufnya sama semua ya,” ungkapnya menirukan komentar teman barunya tersebut.

Hingga saat ini, peserta yang mengikuti debat bahasa Indonesia di Palu tersebut masih berkomunik­asi lewat media sosial, Line. Hanya, dalam forum tersebut, tidak ada perdebatan seperti saat pertemuan mereka dulu.

Tim dari Jawa timur yang diwakili Galuh, Putri, dan Lina mengalami kesulitan saat berhadapan dengan tim Kalimantan. Saat itu Galuh dan kawan-kawan berada pada posisi oposisi. Artinya, mereka harus mempertaha­nkan wacana atau materi yang diusung lawan. ”Memang yang dikirim atau mewakili debat bahasa lalu adalah tim yang keren,” sambung Galuh.

Peraih the best debater tersebut mengakui, dengan waktu singkat dan nyaris tidak ada kesempatan belajar, mereka dituntut menguasai semua materi. Mulai isu-isu sosial ekonomi, kemanusian, hingga perang. Dalam debat bahasa itu, mereka tidak diperkenan­kan membawa atau membuka handphone atau membawa apa saja yang bisa menjadi sumber materi tim. ”Hanya ada waktu 30 menit untuk mempersiap­kan semua,” terang siswa kelas XII tersebut.

Dia menjelaska­n, saat debat berlangsun­g, masing-masing tim harus berupaya maksimal untuk meraih poin. Yakni, memberikan penjelasan dan argumen yang logis terkait materi atau isu yang diusung. (and/c21/end)

 ?? AGUS MUHAIMIN/JAWA POS RADAR TRENGGALEK ?? SELAMAT: Dari kiri, Putri, Lina, dan Galuh saat ditemui di sekolahnya kemarin.
AGUS MUHAIMIN/JAWA POS RADAR TRENGGALEK SELAMAT: Dari kiri, Putri, Lina, dan Galuh saat ditemui di sekolahnya kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia