Jawa Pos

Bergerak Normal Pascaopera­si

-

DIAGNOSIS HNP dibuat berdasar pemeriksaa­n secara klinis serta

(MRI). Hasilnya akan digunakan untuk menentukan langkah perawatan. Entah cukup dengan konservati­f atau harus operasi. Perawatan konservati­f bisa dilakukan dengan obat atau obat plus fisioterap­i. ’’Obat yang diberikan bersifat antinyeri dan pelemas otot,’’ ujar dr Gigih Pramono SpBS.

Fisioterap­i bertujuan meminimalk­an spasme (kejang/kaku otot). Di antaranya dengan metode pijat, atau pemasangan traksi ( alat penahan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk menangani kerusakan atau gangguan tulang dan otot).

Pasien HNP perlu menjalani pembedahan jika mengalami tanda-tanda kegawatdar­uratan neurologi. Di antaranya, rasa nyeri yang diderita tidak bisa ditanggula­ngi dengan obat saja ataupun dengan fisioterap­i. Lalu, terjadi pelemahan pada anggota tubuh. Selain itu, ada pembuktian dari hasil MRI yang memperliha­tkan bahwa ada saraf yang terjepit. Saat itulah tindakan pembedahan diambil. Tujuan operasi pada prinsipnya adalah membebaska­n saraf. ’’Biasanya, dipasang alat bantu (implan) untuk menjaga stabilitas tulang belakang,’’ paparnya.

Tindakan pembedahan itu tergolong operasi spesifik yang menggunaka­n kecanggiha­n teknologi kedokteran seperti intraopera­tive monitoring, mikroskop, dan C-ARM (unit radiologi yang digunakan saat operasi).

Pascaopera­si, pasien secepatnya harus menjalani fisioterap­i. Terapinya, antara lain, melakukan posisi gerakan tubuh secara normal serta diajarkan beberapa gerakan mencegah spasme otot. ’’Setelah operasi, pasien sudah bisa bergerak normal dan bebas,’’ kata dr Gigih.

Mencegah saraf kembali terjepit, beberapa hal yang harus diperhatik­an pasien pascaopera­si adalah memperbaik­i pola hidup, posisi tidur, posisi mengangkat barang, posisi kerja, serta memilih olahraga yang tepat. (nor/c14/ayi)

 ??  ?? imaging magnetic resonance ultrasound,
imaging magnetic resonance ultrasound,

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia