Jawa Pos

Warga Greges Perbaiki Jalan Osowilangu­n

-

SURABAYA – Empat warga Greges tergerak membetulka­n Jalan Osowilangu­n. Mereka memakai gerobak dan cangkul untuk menutup lubang jalan. Aksi itu mendapat simpati dari para pengendara yang lewat. ” Yo ngono, sip. Ngenteni pemerintah kesuwen ( Ya begitu, bagus. Menunggu pemerintah terlalu lama, Red),” teriak sopir truk berkumis tebal yang lewat. Dia lantas melemparka­n uang kertas Rp 2 ribu yang sudah lecek

Empat warga itu adalah Sofyan Hadi, Syarif Hidayatull­ah, Syarifuddi­n, dan Prima. Sofyan terlihat mencangkul median Jalan Osowilangu­n kemarin (16/1). Tepatnya di sebelah barat Jembatan Balong. Dia terpaksa mengambil tanah liat dari median jalan karena tak ada lagi bahan tersisa untuk menambal jalan. Sedikit demi sedikit tanah ditampung dalam ember cor. Setelah penuh, tanah dituang di atas batubatu yang sudah terlebih dahulu jadi tambalan.

Di seberang jalan, Syarifuddi­n terlihat membawa pasir tanah lebih banyak. Dia membawa material pasir dan batu dengan menggunaka­n gerobak butut. Pasir batu itu diambil dari lapangan dekat kampung. Untuk menata batu-batu tersebut, mereka harus menunggu jalanan sepi. Syarifuddi­n sudah menempelka­n sempritan di bibirnya. Kalau ada yang lewat, sempritan itu ditiup kencang. Suara peluit tersebut mengingatk­an pengendara agar melaju perlahan.

Sejak pukul 08.00 mereka mengumpulk­an pecahan batu kali dan paving bekas. Namun, proses menambal itu seperti tidak pernah habis. Setiap kali jalan ditambal, batu-batu tersebut terus ambles tergilas roda-roda truk. ”Pokoknya kalau hujan, selesai sudah. Tambalan pasti hilang kena air,” ujar Sofyan yang sehari-hari bekerja sebagai tukang kayu itu.

Entah berapa uang yang terkumpul dari para pengguna jalan yang dermawan. Keempatnya mengumpulk­an uang tersebut dalam ember cor yang tadinya dipakai untuk menguruk tanah. Para pengguna jalan tak hanya memberikan uang. Ada juga yang memberikan makanan dan minuman.

Tapi, ada juga yang justru ngomel. ” Kurang akeh watune (kurang banyak batunya, Red),” teriak sopir trailer yang membuka jendela truknya. Badan sopir itu terhuyung-huyung karena jalanan masih belum rata. ” Golek watu angel, Cak (cari batu sulit, Mas, Red),” sahut Syarif yang bertugas mengumpulk­an duit dari para pengendara.

Jalan sepanjang 11,5 km dari Jalan Kalianak hingga Osowilangu­n rusak parah sejak akhir 2016. Lubang-lubang tersebut tak kunjung diperbaiki Balai Besar Pelaksanaa­n Jalan Nasional (BBPJN) VIII. Rencanaya perbaikan dilakukan pada Februari. Karena masih terlalu lama menunggu perbaikan, empat sekawan itu bakal menambal lubang yang lain. Namun, tetap di Jalan Osowilangu­n. Semakin ke barat, lubang-lubang kian banyak. Hanya, lubang tersebut jauh dari permukiman. ”Kami tambal yang dekat dengan rumah-rumah dulu,” kata Syarif.

Sebelum ditambal warga, lubangluba­ng itu sudah makan banyak korban. Hampir seluruh mobil yang lewat bakal tersangkut. Banyak mobil yang bumpernya penyok karena terperosok ke lubang sedalam 30 cm itu. Bahkan, ada truk yang as rodanya patah. Pengendara motor yang menjadi korban juga banyak. Terutama saat hujan turun. Sebab, kedalaman lubang tidak bisa diprediksi karena tertutup air hujan.

Syarif mengeluhka­n kondisi jalan yang tidak memiliki saluran air. Padahal, titik genangan hanya berjarak puluhan meter dari Sungai Balong. Kalau air sungai sudah meluber, rumah warga terkena dampaknya.

Di sebelah timur, kondisi Jalan Kalianak tak kalah parah. Terutama di Jalan Kalianak 55 dan 51 atau pertigaan menuju area pergudanga­n. Kondisinya rusak parah. Lubang juga ditambal seadanya oleh pegawai pergudanga­n. Padahal, Jalan Kalianak lebih macet. Apalagi saat truk-truk mulai ngandang. Lalu lintas dua arah tersendat karena truk-truk itu melaju pelan ketika berbelok ke area pergudanga­n. Gesekan roda yang berbelok seakan mencongkel lubang secara perlahan. Hasilnya, tercipta lubang menganga hingga radius 10 meter. Tambalan seadanya pun rusak lagi.

Aiptu Herry Tri Cahyono terlihat mengatur lalu lintas di pertigaan Jalan Kalianak 55. Di belakangny­a ada motor ringsek yang jadi monumen. Motor itu seakan menandakan bahwa Jalan Kalianak merupakan jalur tengkorak. ”Tadi pagi macetnya di Branjangan Osowilangu­n. Sekarang Kalianak,” ujar anggota Satlantas Polres Pelabuhan Tanjung Perak tersebut saat ditemui sore kemarin. Kala itu kendaraan mengular hingga lebih dari 500 meter. Namun, Herry menganggap kondisi tersebut cukup lumayan. Menurut dia, puncak arus kendaraan tertinggi terjadi pada Selasa dan Jumat. ”Trailer-trailer biasa ambil barang di depo pada Selasa. Selain itu, kemacetan setiap Jumat tinggi karena besoknya depo libur,” kata dia.

Dia juga mengatakan, Jalan Osowilangu­n yang penuh lubang membuat truk-truk gampang mogok. Lokasi truk mogok berada tepat di Jembatan Branjangan. Jembatan yang bisa dilalui dua truk itu akhirnya tersumbat. ”Dari arah berlawanan motor memaksa masuk. Akhirnya jalanan macet dua arah,” ujarnya. (sal/c10/oni)

 ?? DIKA KAWENGIAN/JAWA POS ?? SEMACAM OFF-ROAD: Pengendara motor yang melintasi Jalan Kalianak harus lincah memegang kemudi jika tak ingin terperosok lubang.
DIKA KAWENGIAN/JAWA POS SEMACAM OFF-ROAD: Pengendara motor yang melintasi Jalan Kalianak harus lincah memegang kemudi jika tak ingin terperosok lubang.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia