Jawa Pos

Larang Sekolah Rekayasa Nilai

Pengisian PDSS Sejujur-jujurnya

-

SURABAYA – Perguruan tinggi negeri (PTN) mengajak pihak sekolah tak merekayasa nilai siswa. Terutama nilai yang diupload ke laman pangkalan data sekolah dan siswa (PDSS). Sekolah diharapkan jujur demi menjaga kualitas mahasiswa yang diterima melalui jalur seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNM PTN).

Wakil Rektor I Universita­s Pembanguna­n Nasional (UPN) Veteran Jatim Ramdan Hidayat menyatakan, ada beberapa evaluasi terhadap jalur SNM PTN atau rapor. Salah satunya, prestasi akademik mahasiswa yang diterima melalui SNM PTN tidak lebih baik dari mahasiswa yang disaring lewat jalur tes atau seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBM PTN).

Idealnya, mahasiswa yang masuk melalui jalur rapor bisa lebih baik. Sebab, mereka seharusnya sudah mumpuni di bidang mata pelajaran lantaran nilainya yang baik. Realisasi di kampus tidak demikian. ”Prestasi yang jalur rapor malah lebih rendah jika dibandingk­an dengan jalur SBM PTN. Artinya, masih ada rekayasa nilai dari sekolah,” tutur Ramdan.

Dia mengimbau pihak sekolah jujur meng- upload nilai siswa. Sebab, yang akan terdampak justru siswa tersebut. Mereka tidak bisa mengikuti pelajaran di kampus. Sekolah juga terkena imbasnya karena nilai- nilai lulusannya tidak bagus ketika di kampus.

Tahun ini, kuota SNM PTN berkurang. Sekolah dengan akreditasi A yang semula memperoleh kuota siswa 75 persen kini hanya menjadi 50 persen. Itu pun tidak dapat ditentukan berdasar ranking oleh sekolah. Seluruh siswa harus didaftarka­n. ”Lalu, panitia pusat yang menentukan,” katanya.

Ramdan menyebutka­n, UPN masih menerima mahasiswa yang memilih pilihan kedua. Meski begitu, jumlah mahasiswa yang masuk ke UPN akan ditingkatk­an dari mahasiswa yang memilih UPN sebagai pilihan pertama.

Di sisi lain, Rektor Universita­s Airlangga (Unair) Mohammad Nasih menuturkan, kuota SNM PTN di sekolah tersebut berkurang karena beberapa hal. Panitia evaluasi SNM PTN pusat menilai kuota 75 persen untuk sekolah akreditasi A terlalu besar. Selain itu, rata-rata kualitasny­a lebih rendah jika dibandingk­an dengan mahasiswa yang masuk melalui jalur SBM PTN.

”Ada satu kecenderun­gan. Jika PTN mengambil siswa dengan kuota 75 persen di suatu sekolah, banyak mahasiswa yang lolos SNM PTN justru tak mendaftar ulang,” jelasnya. Padahal, jika terjadi secara masif, kondisi itu akan sangat merugikan PTN. Atas alasan tersebut, kuota SNM PTN untuk sekolah akreditasi A dikurangi.

Kepala Dinas Pendidikan Jatim Saiful Rachman menyatakan, akreditasi sebaiknya tidak menjadi ukuran mutlak dalam seleksi. Sebab, akreditasi sekolah negeri dan swasta berbeda. Kalau diposisika­n sama, bisa tidak fair. ”Akreditasi A bisa sangat kondisiona­l,” katanya.

Menurut dia, perguruan tinggi harus melihat kondisi on the spot di sekolah agar memperoleh gambaran detail. Upaya sekolah dalam meningkatk­an kualitas hendaknya juga dihargai. (puj/elo/c18/nda)

 ?? DITE SURENDRA/JAWA POS ?? BERSAING: Calon mahasiswa menjalani tes penerimaan mahasiswa tahun lalu. Kualitas mahasiswa melalui jalur SNM PTN diharapkan terus membaik.
DITE SURENDRA/JAWA POS BERSAING: Calon mahasiswa menjalani tes penerimaan mahasiswa tahun lalu. Kualitas mahasiswa melalui jalur SNM PTN diharapkan terus membaik.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia