Jumlah Pelajar Bermotor Mulai Susut
Polisi Harus Terus Giat Operasi
SIDOARJO – Sudiman tampak bersungutsungut saat melepas knalpot brong Yamaha Mio merah di halaman Mapolsek Buduran kemarin (16/7). Warga Sukorejo, Buduran, itu terlihat kesal dengan modifikasi sepeda motor yang dilakukan keponakannya. Betapa tidak, Sudiman harus ikut repot serta berurusan dengan kepolisian karena ulah keponakannya tersebut,.
Saat mendatangi mapolsek, Sudiman tidak sen diri. Dia mengajak seorang mekanik se waan untuk membantunya mengganti knal pot dan pernik-pernik yang menempel di sepeda motor itu. Keduanya pun berupaya mengembalikan sepeda matik tersebut ke posisi standar. Selain knalpot, ban yang se mula kecil diganti ban standar. Demikian juga shockbreaker dan beberapa onderdil lain. ’’Ini milik keponakan,’’ kata Sudiman.
Sepeda motor modifikasi itu merupakan milik keponakannya yang masih duduk di bangku salah satu SMP negeri
Motor matik tersebut dikandangkan anggota Polsek Buduran dalam operasi pelajar bermotor pekan lalu lantaran tidak sesuai standar. Selain itu, pengemudi kena tilang karena masih SMP atau belum cukup umur. ’’Sudah beberapa bulan terakhir ponakan naik motor untuk ke sekolah. Orang tuanya sibuk bekerja dan tak bisa mengantar,’’ jelasnya.
Setelah terjaring razia, Sudiman diutus keluarga untuk membantu mengambil sepeda motor tersebut. Meski surat-suratnya lengkap, motor modifikasi itu langsung dikandangkan. Polisi mempersilakan para pemilik untuk mengambil motor setelah kondisinya dikembalikan seperti semula alias standar. Pengembalian pun harus dilakukan di mapolsek. ’’ Ya, sepedanya baru boleh saya bawa pulang lagi asal dikembalikan seperti awal,’’ ucapnya.
Sudiman tidak sendiri. Banyak orang tua yang ikut repot dengan tingkah anak- anaknya atau saudaranya. Mereka dipanggil polisi terkait pelanggaran berkendara yang dilakukan pelajar di bawah umur.
Sejauh ini penertiban terhadap para pelajar di bawah umur yang menggunakan motor terus digencarkan jajaran kepolisian. Kebijakan tersebut mendapat apresiasi dari banyak kalangan. Termasuk pemkab dan DPRD. Selain jelas melanggar aturan, anak-anak itu rawan mengalami kecelakaan lalu lintas. Sebab, emosi mereka masih belum normal alias labil. Tidak hanya berpotensi membahayakan penggendara bersangkutan, tetapi juga pengendara lain.
Kekhawatiran itu pun terbukti. Pada awal Desember 2016, dua bocah SMP tewas akibat kecelakaan saat mengendarai sepeda motor di Jalan Raya Dungus, Sukodono. Sejak saat itu fenomena semakin maraknya bocah-bocah SMP naik motor ke sekolah mendapat atensi banyak pihak. Termasuk dari Kapolda Jatim Irjen Pol Machfud Arifin.
Sementara itu, setelah Kapolresta Sidoarjo Kombespol Muhammad Anwar Nasir memerintah jajarannya untuk serentak melakukan penertiban, jumlah pelajar bermotor kini mulai menurun. Data tilang oleh polsek di sejumlah kawasan tidak banyak dibandingkan saat awal-awal penertiban. Beberapa pelajar tidak berani lagi membawa sepeda motor ke sekolah. Banyak orang tua yang mulai sadar dan menyempatkan mengantar anakanak mereka ke sekolah.
Penertiban yang dilakukan jajaran Polsek Gedangan, misalnya. Dari hasil operasi di perempatan Jalan Ahmad Yani menuju Jalan Sukodono kemarin, petugas hanya menjaring lima pelajar. Pada Sabtu lalu ada 10 siswa yang ditilang. Pemandangan serupa terlihat di kawasan Buduran. Berdasar hasil giat penertiban tim Polsek Buduran, petugas hanya menilang 15 pelajar. Padahal, Sabtu lalu mereka mengeluarkan 50 surat tilang untuk pelajar di bawah umur yang nekat membawa motor ke sekolah. Jajaran Polsek Buduran mengadakan operasi di sekitar flyover Jenggolo.
Polsek Candi kemarin juga kembali melakukan operasi di perempatan Pasar Larangan. Hasilnya, masih ada delapan pelajar yang terkena tilang. Namun, untuk kawasan Sidoarjo Kota, masih banyak pelajar yang ’’mokong’’. Saat merazia kawasan Sekardangan atau utara Pengadilan Agama Sidoarjo, petugas Polsek Sidoarjo Kota menilang 50 pelajar belum cukup umur yang memodifikasi sepeda motornya. Kapolsek Gedangan Kompol Sutriswoko menjelaskan, jumlah pelajar bermotor memang menurun sejak diberlakukannya penertiban serentak di sejumlah wilayah. Banyak pelajar dan orang tua yang mendapat sosialisasi. Mereka pun sadar akan tanggung jawabnya. ’’Betul, menurun karena tim kepolisian memantau dan terus bergerak menertibkan. Kami juga memberikan sosialisasi pada orang tua mereka,’’ jelasnya.
Di sisi lain, Bupati Saiful Ilah juga berterima kasih dengan ketegasan jajaran kepolisian yang telah menertibkan pelajar bermotor. Menurut dia, sudah sepatutnya pelajar yang belum cukup umur dilarang menggunakan motor sebagai alat transportasi ke sekolah. Pemkab tidak tinggal diam untuk ikut mengurai permasalahan tersebut. ’’Instansi terkait sudah saya instruksikan untuk menangani pelajar bermotor itu,’’ katanya.
Dia menuturkan, pihaknya siap menyediakan transportasi khusus bagi siswa. Kini tim tengah merapatkannya. Terutama dinas perhubungan (dishub) serta dinas pendidikan dan kebudayaan (dikbud). ’’Sementara menunggu solusi itu, saya minta setiap wali murid bertanggung jawab atas anaknya. Di lain pihak, instansi terkait juga terus bekerja sesuai tugas masing-masing,’’ tuturnya.