Jawa Pos

Jumlah Pelajar Bermotor Mulai Susut

Polisi Harus Terus Giat Operasi

- (jos/c15/hud)

SIDOARJO – Sudiman tampak bersunguts­ungut saat melepas knalpot brong Yamaha Mio merah di halaman Mapolsek Buduran kemarin (16/7). Warga Sukorejo, Buduran, itu terlihat kesal dengan modifikasi sepeda motor yang dilakukan keponakann­ya. Betapa tidak, Sudiman harus ikut repot serta berurusan dengan kepolisian karena ulah keponakann­ya tersebut,.

Saat mendatangi mapolsek, Sudiman tidak sen diri. Dia mengajak seorang mekanik se waan untuk membantuny­a mengganti knal pot dan pernik-pernik yang menempel di sepeda motor itu. Keduanya pun berupaya mengembali­kan sepeda matik tersebut ke posisi standar. Selain knalpot, ban yang se mula kecil diganti ban standar. Demikian juga shockbreak­er dan beberapa onderdil lain. ’’Ini milik keponakan,’’ kata Sudiman.

Sepeda motor modifikasi itu merupakan milik keponakann­ya yang masih duduk di bangku salah satu SMP negeri

Motor matik tersebut dikandangk­an anggota Polsek Buduran dalam operasi pelajar bermotor pekan lalu lantaran tidak sesuai standar. Selain itu, pengemudi kena tilang karena masih SMP atau belum cukup umur. ’’Sudah beberapa bulan terakhir ponakan naik motor untuk ke sekolah. Orang tuanya sibuk bekerja dan tak bisa mengantar,’’ jelasnya.

Setelah terjaring razia, Sudiman diutus keluarga untuk membantu mengambil sepeda motor tersebut. Meski surat-suratnya lengkap, motor modifikasi itu langsung dikandangk­an. Polisi mempersila­kan para pemilik untuk mengambil motor setelah kondisinya dikembalik­an seperti semula alias standar. Pengembali­an pun harus dilakukan di mapolsek. ’’ Ya, sepedanya baru boleh saya bawa pulang lagi asal dikembalik­an seperti awal,’’ ucapnya.

Sudiman tidak sendiri. Banyak orang tua yang ikut repot dengan tingkah anak- anaknya atau saudaranya. Mereka dipanggil polisi terkait pelanggara­n berkendara yang dilakukan pelajar di bawah umur.

Sejauh ini penertiban terhadap para pelajar di bawah umur yang menggunaka­n motor terus digencarka­n jajaran kepolisian. Kebijakan tersebut mendapat apresiasi dari banyak kalangan. Termasuk pemkab dan DPRD. Selain jelas melanggar aturan, anak-anak itu rawan mengalami kecelakaan lalu lintas. Sebab, emosi mereka masih belum normal alias labil. Tidak hanya berpotensi membahayak­an penggendar­a bersangkut­an, tetapi juga pengendara lain.

Kekhawatir­an itu pun terbukti. Pada awal Desember 2016, dua bocah SMP tewas akibat kecelakaan saat mengendara­i sepeda motor di Jalan Raya Dungus, Sukodono. Sejak saat itu fenomena semakin maraknya bocah-bocah SMP naik motor ke sekolah mendapat atensi banyak pihak. Termasuk dari Kapolda Jatim Irjen Pol Machfud Arifin.

Sementara itu, setelah Kapolresta Sidoarjo Kombespol Muhammad Anwar Nasir memerintah jajarannya untuk serentak melakukan penertiban, jumlah pelajar bermotor kini mulai menurun. Data tilang oleh polsek di sejumlah kawasan tidak banyak dibandingk­an saat awal-awal penertiban. Beberapa pelajar tidak berani lagi membawa sepeda motor ke sekolah. Banyak orang tua yang mulai sadar dan menyempatk­an mengantar anakanak mereka ke sekolah.

Penertiban yang dilakukan jajaran Polsek Gedangan, misalnya. Dari hasil operasi di perempatan Jalan Ahmad Yani menuju Jalan Sukodono kemarin, petugas hanya menjaring lima pelajar. Pada Sabtu lalu ada 10 siswa yang ditilang. Pemandanga­n serupa terlihat di kawasan Buduran. Berdasar hasil giat penertiban tim Polsek Buduran, petugas hanya menilang 15 pelajar. Padahal, Sabtu lalu mereka mengeluark­an 50 surat tilang untuk pelajar di bawah umur yang nekat membawa motor ke sekolah. Jajaran Polsek Buduran mengadakan operasi di sekitar flyover Jenggolo.

Polsek Candi kemarin juga kembali melakukan operasi di perempatan Pasar Larangan. Hasilnya, masih ada delapan pelajar yang terkena tilang. Namun, untuk kawasan Sidoarjo Kota, masih banyak pelajar yang ’’mokong’’. Saat merazia kawasan Sekardanga­n atau utara Pengadilan Agama Sidoarjo, petugas Polsek Sidoarjo Kota menilang 50 pelajar belum cukup umur yang memodifika­si sepeda motornya. Kapolsek Gedangan Kompol Sutriswoko menjelaska­n, jumlah pelajar bermotor memang menurun sejak diberlakuk­annya penertiban serentak di sejumlah wilayah. Banyak pelajar dan orang tua yang mendapat sosialisas­i. Mereka pun sadar akan tanggung jawabnya. ’’Betul, menurun karena tim kepolisian memantau dan terus bergerak menertibka­n. Kami juga memberikan sosialisas­i pada orang tua mereka,’’ jelasnya.

Di sisi lain, Bupati Saiful Ilah juga berterima kasih dengan ketegasan jajaran kepolisian yang telah menertibka­n pelajar bermotor. Menurut dia, sudah sepatutnya pelajar yang belum cukup umur dilarang menggunaka­n motor sebagai alat transporta­si ke sekolah. Pemkab tidak tinggal diam untuk ikut mengurai permasalah­an tersebut. ’’Instansi terkait sudah saya instruksik­an untuk menangani pelajar bermotor itu,’’ katanya.

Dia menuturkan, pihaknya siap menyediaka­n transporta­si khusus bagi siswa. Kini tim tengah merapatkan­nya. Terutama dinas perhubunga­n (dishub) serta dinas pendidikan dan kebudayaan (dikbud). ’’Sementara menunggu solusi itu, saya minta setiap wali murid bertanggun­g jawab atas anaknya. Di lain pihak, instansi terkait juga terus bekerja sesuai tugas masing-masing,’’ tuturnya.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia