Jawa Pos

Populerkan Budaya Lokal lewat Puisi

Sastrawan-Sastrawan Cilik SDN 2 Bambe Raih Prestasi Nasional

- UMAR WIRAHADI

Sastrawan-sastrawan cilik lahir di SDN 2 Bambe. Dengan katakata dan irama puisi yang menarik, mereka meraih gelar juara nasional.

BERSAMA rembulan/Menyeruak cahaya temaram/Hiasi sepanjang jalan/Buat hati tenteram/Bentuk kubus, bingkai bambu/Berhias gambar kehidupan warga kotaku/Indah warna-warni, ceria berpadu/Itulah ciri khasmu. Itulah salah satu penggalan puisi berjudul Damar Kurung Lentera Kotaku.

Puisi itu telah mengantar SDN 2 Bambe mencetak prestasi dengan menduduki peringkat kedua nasional dalam Lomba Cipta Seni Pelajar Nasional yang digelar Kementeria­n Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbu­d) pada November 2016.

Sang pencipta puisi bernama Minggar Anggita Negayanti. Dia murid kelas VI SDN 2 Bambe, Kecamatan Driyorejo. Di ajang itu, Minggar tampil sebagai wakil Provinsi Jawa Timur ( Jatim). Saat dewan juri mengumumka­n hasilnya, Minggar setengah percaya dan setengah tidak. ”Saya benar-benar wow. Bangga sekali,” tuturnya kemarin (16/1).

Minggar bercerita, tidak mudah baginya menghasilk­an sajak yang terdiri atas lima bait itu. Damar Kurung Lentera Kotaku, papar dia, lahir melalui penghayata­n yang cukup lama. Diksi-diksi dalam puisi lahir melalui observasi.

Suatu ketika dia mengajak orang tuanya berkelilin­g Gresik Kota. Melihat bentuk damar kurung yang sesungguhn­ya. Dia mengamati bentuk hingga pantulan cahaya dalam damar kurung. ”Saya amati bentuk serta nyala lampunya,” tutur gadis cilik itu. Akhirnya, damar kurung bisa tersaji utuh dalam sebuah puisi nan indah.

Minggar bukan hanya jago men- ciptakan sajak. Bocah 12 tahun itu juga piawai mendeklama­sikannya di depan penonton. Dia menghayati betul kandungan puisi. Mimik, gerak tubuh, dan intonasi berpadu dengan pas.

Selain Minggar, ada tiga siswa lagi yang pandai mengolah katakata menjadi deretan sajak. Mereka adalah Magfirah Dwi Fitri Maulani, 13; Chintya Lailatul Azzahro, 12; dan Jusanrio Wiyono, 12. Di sekolah, empat siswa itu disebut sebagai sastrawan cilik. Mereka sering menjuarai lomba puisi tingkat kabupaten dan provinsi.

Pada acara Persatuan Guru Republik Indonesia ( PGRI) Gresik November 2016, Minggar dan teman-temannya tampil memukau. Puisi berjudul Liuk

Sigap Pencak Macan berhasil menyihir hadirin. Tidak terecuali Bupati Sambari Halim Radianto dan Wakil Bupati (Wabup) Moh. Qosim.

Empat bocah itu aktif menciptaka­n puisi. Kebanyakan materinya bercerita tentang budaya lokal Gresik sampai persoalan kekinian yang dihadapi anak-anak hingga remaja. Termasuk soal narkoba hingga pernikahan dini. Adapun budaya lokal yang diangkat, antara lain, makanan khas Gresik dan taritarian. ’’Saya sudah menulis delapan puisi. Semuanya berisi budaya lokal Gresik,” tutur Magfirah, lalu tersenyum.

Kasek SDN 2 Bambe Siti Chomsyah mengatakan, kemampuan siswanya dalam sastra tidak instan. Sekolah, papar dia, aktif membina dan membentuk mental siswa. Ketika tampil di depan publik, mereka tidak lagi canggung. ’’Mentalnya saya gembleng betulbetul supaya siap ketika tampil,” ujar Chomsyah. (c11/roz)

 ?? UMAR WIRAHADI/JAWA POS ?? MEMBANGGAK­AN: Dari kiri, Kepala SDN 2 Bambe Siti Chomsyah, Minggar Anggita, dan Magfirah Dwi menunjukka­n piala hasil membaca puisi.
UMAR WIRAHADI/JAWA POS MEMBANGGAK­AN: Dari kiri, Kepala SDN 2 Bambe Siti Chomsyah, Minggar Anggita, dan Magfirah Dwi menunjukka­n piala hasil membaca puisi.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia