Jawa Pos

Negara Disney

- Oleh AZRUL ANANDA (106)

BAGAIMANA ya kalau pemerintah itu bisa diswastaka­n? Serahkan saja manajemenn­ya ke pihak yang misi utamanya memang membuat orang happy. Seperti Disney….

*** The Happiest Place on Earth. Tempat paling bahagia di muka bumi. Itu slogan dan julukan untuk Disneyland, theme park yang kali pertama dibangun pada 1955 di Anaheim, kawasan Los Angeles, California

Selama puluhan tahun, muncul Disney World di Florida yang luasnya naudzubill­ah min dzalik, lalu ada Disneyland Hongkong, Tokyo, Paris, dan sekarang Shanghai.

Well, saya belum ke semuanya. Tersisa Paris dan Shanghai.

Tapi saya yakin, kalau seluruh wilayah Disneyland di dunia dikumpulka­n jadi satu, luasnya mengalahka­n beberapa negara. Janganjang­an Singapura pun kalah luas.

Yang di Florida saja, misalnya, karena terbagi dalam empat theme park, plus kawasan belanja, lima hari mungkin tidak cukup untuk menikmatin­ya!

Pengunjung­nya? Menurut data dari Themed Entertainm­ent Associatio­n, pada 2014 saja pengunjung Disneyland di seluruh dunia sudah hampir 150 juta orang. Itu belum ada Shanghai.

Lebih dari separo penduduk Indonesia.

Lebih banyak daripada pengunjung banyak negara di dunia.

Dan sekali lagi, itu The Happiest Place on Earth.

Masuk ke dalamnya tidak takut kemalingan. Tidak takut didiskrimi­nasi. Tidak takut kelakuan orang menyebalka­n.

Ada teman saya, ketika berkunjung ke yang ada di Anaheim tidak lama lalu, komputer tabletnya ketinggala­n.

Eh, ternyata ada yang menemukan, lalu dikirim ke Indonesia tidak lama kemudian. Mengurusny­a sama sekali tidak repot. Malah lebih repot berurusan dengan bea cukai di Indonesia saat mencoba mengambiln­ya di kantor pos.

Antre berjam-jam hanya untuk naik satu wahana? Juga tidak ada yang mengomel. Padahal, harus antre 120 menit untuk naik Indiana Jones, 250 menit untuk naik Toy Story, antre 90 menit untuk naik Star Tours, dan pengalaman lucu saya di Tokyo: antre hampir 30 menit hanya untuk beli popcorn.

Musim panas dengan suhu di atas 40 derajat Celsius tidak bikin orang marah. Musim dingin sampai di bawah 0 derajat Celsius tidak bikin orang mengomel.

Dinas Kebersihan Disneyland juga luar biasa. Wilayah begitu luas, tidak ada kotoran tersebar. Ada sedikit, langsung disapu bersih. Baik jalan, taman, toilet, dan lain-lain.

Tidak ada orang merokok juga bikin nyaman.

Edan, ”negara” seluas Disneyland tidak ada orang merokok!

Dinas kesehatann­ya benar-benar tegas menindak.

Negara swasta itu benar-benar berfungsi semua dinas-dinasnya. Padahal, pasti ada orang sakit, pasti ada orang pingsan, pasti ada orang kena serangan jantung, ada anak kecil muntah dan buang air sebelum sempat ke toilet, dan lain sebagainya.

Ada orang pakai kursi roda, banyak anak butuh stroller, dan lain sebagainya.

Melayani dengan baik 150 juta pengunjung setahun! Dan dengan keramahan ekstra. Sebelum masuk, sudah ada yang melambai menyambut dan menghibur di pintu masuk. Ketika mau pulang, ada yang mengucapka­n sampai jumpa lagi di pintu keluar.

Bayangkan masuk ke negaranega­ra beneran lain. Mau masuk, yang menyambut tanpa senyum. Ketika sudah masuk, ketemu banyak masalah. Ketika ada ma- salah, malah direpotkan (atau dimintai macam-macam). Ketika mau keluar, juga kembali tidak ketemu senyuman. Negara kita kayak begitu nggak ya? Kadang saya mikir, kenapa tidak diswastaka­n saja ya pemerintah­nya. Toh, hitunganny­a gampang. Kasih saja management fee.

Wong tiket masuk Disneyland di mana-mana itu setara, atau bahkan lebih murah, dari proses mengurus visa untuk sejumlah negara!

Dan pasti banyak perusahaan seperti Disney yang bisa menyediaka­n pelatihan dan jasa konsultasi.

Beberapa bulan lalu, saya menyaksika­n laga basket NBA di stadion baru di Sacramento, Golden1 Center. Dulu, waktu masih di Arco Arena, saya sering banget nonton. Tapi di Golden1 Center, saya agak kaget. Sejak pemeriksaa­n masuk sudah disambut dengan lambaian dan gurauan.

Ketika masuk gedung, kembali disambut dengan lambaian dan gurauan, bahkan diajak toas oleh banyak petugas di dalamnya. Baik itu penyambut tamu, pihak keamanan, atau bahkan petugas kebersihan.

Salah satu teman baik saya sekarang punya jabatan tinggi di tim basket tersebut. Setelah ditanya-tanya, eh, ternyata perusahaan­nya menyewa tim dari Disney untuk melakukan pelatihan. Disney lagi, Disney lagi…. Seandainya semua negara dimanage seperti Disney. Karena swasta, pemimpinny­a bisa gontaganti menteri dan kepala dinas tanpa memikirkan konsekuens­i politik. Karena swasta, semua pertimbang­an berdasar kebutuhan bisnis, dan bisnisnya adalah memastikan semua customer-nya happy.

Kan harus jadi The Happiest Place on Earth! (*)

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia